Share

125. Selir

Nyai Pinasih langsung bersimpuh membungkuk sampai wajahnya hampir menyentuh lantai. Prabu Wretikandayun duduk tegap di hadapan wanita itu.

"Aku yang salah," ucap sang Prabu datar. "Sejak mengangkatmu jadi selir, tidak pernah aku sentuh sama sekali."

Walau bicara datar dan terkesan merendah, tapi Nyai Pinasih tak bisa meredam gemuruh dalam dadanya. Rasa takut menguasai dirinya. Tak terasa keringat menetes di dahinya.

"Aku memang hanya mementingkan diri sendiri. Demi sahabat yang sudah berjuang banyak hingga akhir hayatnya, aku ingin memuliakan istri yang ditinggalkannya menjadi manusia terhormat di istana. Tapi ternyata aku salah."

Nyai Pinasih semakin gemetar. Dia tahu maksud yang sebenarnya dari sang Prabu bukan seperti yang diucapkannya. Dia hanya bisa berharap ada sesuatu atau seseorang yang bisa menolongnya saat ini.

Sang selir merasa bagaikan sedang dalam gigitan pemangsa. Sekali menggigit maka habislah dirinya.

"Karena kesalahanku itu," lanjut Maharaja. "Mungkin kau mencari pele
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status