Rencana pasukan Bhayangkara yang hendak memberantas perguruan golongan putih memang sudah bocor.Rahyang Jatmika bukan orang yang bekerja sendirian. Masih tergolong muda, tapi sudah mempunyai pengikut yang setia.Sang putra sulung Maharaja memerintahkan pengikutnya untuk memberi tahu setiap perguruan aliran putih tentang rencana pasukan Bhayangkara.Termasuk perguruan Awan Putih. Begitu mendapat kabar tersebut, mereka segera mempersiapkan diri, tapi bukan melawan, melainkan menjalankan rencana yang disiapkan oleh Rahyang Jatmika.Jika Ki Rembong mengirimkan mata-matanya, maka Ki Awan Seta juga melakukan hal yang sama. Menyelidiki dan mengintai keberadaan pasukan Bhayangkara.Berpura-pura tetap melakukan kegiatan sehari-hari ketika mata-mata Ki Rembong mengintai. Kemudian begitu kedua pengintai itu pergi, semua murid segera meninggalkan perguruan melalui jalan rahasia yang luput dari pengawasan.Sekarang begitu pasukan Bhayangkara telah tiba dan mengepung perguruan, semua penghuninya t
Pasukan Bhayangkara lebih dari setengahnya ternyata para pendekar murid-murid perguruan aliran hitam. Anggota yang asli seketika langsung sadar apa yang terjadi, maka mereka segera memisahkan diri bahkan ada yang ikut bergabung dengan pasukan khusus.Terdengar Ranggapati memberi aba-aba, lalu pasukan khusus menerjang maju menyerang pasukan Bhayangkara.Ki Rembong sebagai wakil Panglima segera maju mengejar Ranggapati, tetapi setengah jalan dia dihadang Ki Awan Seta."Bukankah kita masih ada urusan yang tersisa, Rembong?""Awan Seta, hari ini kita selesaikan. Bersiaplah menemui ajalmu!"Di tempat lain Ki Balakosa dihadang dua orang yang tidak lain Dewinta bersama Ki Jati Kusuma."Dia yang telah membunuh guru dan saudara-saudaraku!" Dewinta menunjuk tegas ke arah Ki Balakosa."Oh, seperti itu orangnya?" sahut Ku Jati Kusuma terdengar merendahkan dengan wajah tampak lucu."Kalian juga ingin menyusul mereka?" sentak Ki Balakosa."Kau yang akan kubuat berlutut kepada adikku di alam kubur!"
Tidak kehabisan akal, Tiga Genderuwo Bukit Gintung alirkan tenaga dalam pada senjatanya. Ayunan rantai berbandul bola berduri bertambah kuat disertai hawa panas.Bola berduri ini seperti memiliki mata, bergerak menyambut pukulan jarak jauh yang dilepaskan sepasang pendekar suami istri tersebut.Dess!Pyarr!Kali ini Wirasoma dan Citrawati terkejut melihat serangan mereka dihempaskan begitu saja. Mereka tidak menyangka lawan mengubah cara menyerangnya."Gila!" seru Wirasoma.Walau demikian sepasang pendekar ini terus melancarkan serangan dengan maksud agar lawan tidak sempat memberikan balasan.Pukulan yang dilepaskan tetap diarahkan pada beberapa sasaran. Yaitu tali rantai, tangan yang memegang senjata tersebut dan bagian tubuh lain seperti perut atau kaki.Namun, ayunan bola berduri bagaikan bergerak sendiri tanpa dikendalikan pemiliknya. Arahnya selalu menghadang arus pukulan lawan Wukk!Pyarr!Sejurus berikutnya pasangan pendekar mulai dibikin repot. Dua lawan memainkan bandul ber
Ki Rembong tidak terpancing ucapan Ranggapati. Dia memang terus memberikan perlawanan sengit terhadap pimpinan Pasukan Khusus tersebut, tetapi tetap mencari kesempatan untuk melarikan diri.Dugaannya tentang Bardi Sugala yang tidak banyak perhitungan memang benar. Buktinya tidak tahu kalau musuh telah bersekutu dengan pendekar aliran putih.Sementara Ranggapati terus mencecar lawannya. Tidak akan memberi ruang untuk kabur. Makanya dia mendesak Ki Rembong agar lebih ke dalam. Jangan sampai dekat ke sisi benteng istana.Ketua perguruan Naga Hitam itu sudah sejak tadi mengeluarkan ilmu paling sakti yang dia miliki. Hawa sakti memancar kuat, selain melindungi diri juga untuk menekan gerakan lawan.Kedua tangan selalu terisi tenaga dalam. Siap melepaskan pukulan sakti bila ada kesempatan. Tidak tanggung-tanggung dia kerahkan seluruh kekuatannya.Namun, ternyata peluang itu tidak kunjung datang. Lawan selalu memberikan serangan cepat sehingga tenaga Ki Rembong lebih banyak digunakan untuk b
Lalu menyeruak hawa sakti begitu kuat menandingi yang dipancarkan Gendrayaksa bersamaan dengan munculnya dua orang.Seorang lelaki setengah baya bersama pria yang lebih muda. Yang muda ini semua orang sudah tahu siapa adanya, yaitu Saka Sinting si Pendekar Mabuk.Sedang yang lebih tua hanya dua orang yang tahu, Maharaja dan Gendrayaksa saja. Tokoh satu ini juga bisa dibilang sudah jarang muncul di dunia persilatan."Ki Arga Saketi, sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya bisa melihatmu lagi!" sambut Maharaja sambil tersenyum ramah.Ki Arga Saketi adalah orang yang dulu menitipkan surat kepada Saka Sinting untuk disambut kepada Arya Kumbara. Isi surat tersebut tentang pengkhianat yang menyusup di perguruan Girisoca.Dia adalah ayahnya Ki Sempana, kakeknya Arya Kumbara. Dua pendekar kotaraja yang berpengaruh besar, yang beberapa waktu lalu telah menemui ajalnya.Kabar tentang kematian anak dan cucunya tentu saja sampai ke telinganya. Hal inilah yang membuatnya muncul lagi ke luar.Dalam per
Sekarang kita ikuti pertarungan Saka Sinting melawan Bardi Sugala. Mereka juga mencari tempat terpisah dari pertempuran yang lain."Sudah lama aku dengar nama Pendekar Mabuk yang tersohor itu, tapi aku tidak yakin kau hebat seperti yang dikatakan orang-orang!" Bardi Sugala sesumbar lagi. Seperti dia selalu menganggap enteng orang lain."Alaaah ... Kau bisa besar mulut karena dekat dengan ayahmu yang sebenarnya tidak apa-apanya dibandingkan Ki Arga Saketi!" balas Saka."Buktikan omong besarmu itu, otak sinting!" bentak Bardi Sugala sambil mendengkus keras."Bukankah kau yang omong besar?""Ayo tunjukkan semua kemampuanmu. Aku ingin tahu seperti apa kehebatan Pendekar Mabuk Sinting!""Baik, sebelum bertarung cobalah kau pegang dan angkat bumbung tuak ini!" Saka Sinting langsung melemparkan bumbung tuak ke arah Bardi Sugala.Bardi Sugala yang tidak tahu tentang bumbung tersebut menganggapnya hanya bambu biasa wadah tuak saja. Dia mengulurkan tangan menangkap bumbung tersebut.Tepp!Awaln
Sosok yang datang tiba-tiba itu terlempar keras sampai jatuh menggelinding hingga ke depan Saka Sinting.Saka mengenal orang ini, yaitu wanita bertopeng yang menjadi pelayan di Wisma Bahagia. Dia heran mengapa wanita ini muncul seperti hendak menyelamatkan dirinya.Padahal Saka tidak memerlukan pertolongan karena sudah sangat siap menghadapi ilmu Dinding Gaib.Kejap berikutnya terdengar suara ledakan besar disertai jeritan keras juga. Itu adalah ledakan akibat adu ilmu antara Ki Arga Saketi dengan Gendrayaksa.Bardi Sugala tahu persis teriakan siapa yang dia kenal. Dia lebih panik mendengar pekikan tersebut. Maka segera dia meninggalkan pertarungannya, lebih memilih menghampiri Gendrayaksa.Saka juga membiarkan saja karena dia terfokus pada wanita bertopeng pelayan Wisma Bahagia. Dia segera menghampiri.Berjongkok di samping wanita tersebut lalu mengulurkan tangan membuka topengnya. Pada saat itu dua sosok berkelebat mendarat di sebelah Saka."Kami terlambat!" ujar salah seorang yang
Di sebuah kedai yang cukup ramai. Sambil menunggu hidangan datang, Saka tampak sedang menimang-nimang sebuah gelas bambu.Jika dilihat lebih jelas lagi gelas bambu tersebut mirip bumbung tuak miliknya. Bumbung bambu tersebut seperti jadi pendek seukuran gelas dan garis tengahnya pun sedikit mengecil sehingga bisa digenggam dengan nyaman."Ada-ada saja ilmu Ki Arga Saketi," gumam Saka.Gelas bambu tersebut memang bumbung berisi tuak sakti yang tidak pernah habis. Mengapa bisa jadi kecil?Pada pertemuan terakhir kali dengan Ki Arga Saketi, pendekar sepuh tersebut memberikan sebuah ilmu ringan yang bisa dibutuhkan sewaktu-waktu."Ilmu Meringkas Benda!" sebut Ki Arga Saketi waktu itu.Dengan ilmu itu bisa membuat benda-benda jadi berukuran lebih kecil sesuai yang diinginkan. Saka membuat bumbung tuaknya sekecil gelas bambu.Dengan begitu dia tidak perlu ribet lagi selalu menggendong bumbung tuak di punggungnya walaupun sebenarnya sangat ringan.Namun, dengan bumbung lebih kecil bisa jadi