Ki Rembong tidak terpancing ucapan Ranggapati. Dia memang terus memberikan perlawanan sengit terhadap pimpinan Pasukan Khusus tersebut, tetapi tetap mencari kesempatan untuk melarikan diri.Dugaannya tentang Bardi Sugala yang tidak banyak perhitungan memang benar. Buktinya tidak tahu kalau musuh telah bersekutu dengan pendekar aliran putih.Sementara Ranggapati terus mencecar lawannya. Tidak akan memberi ruang untuk kabur. Makanya dia mendesak Ki Rembong agar lebih ke dalam. Jangan sampai dekat ke sisi benteng istana.Ketua perguruan Naga Hitam itu sudah sejak tadi mengeluarkan ilmu paling sakti yang dia miliki. Hawa sakti memancar kuat, selain melindungi diri juga untuk menekan gerakan lawan.Kedua tangan selalu terisi tenaga dalam. Siap melepaskan pukulan sakti bila ada kesempatan. Tidak tanggung-tanggung dia kerahkan seluruh kekuatannya.Namun, ternyata peluang itu tidak kunjung datang. Lawan selalu memberikan serangan cepat sehingga tenaga Ki Rembong lebih banyak digunakan untuk b
Lalu menyeruak hawa sakti begitu kuat menandingi yang dipancarkan Gendrayaksa bersamaan dengan munculnya dua orang.Seorang lelaki setengah baya bersama pria yang lebih muda. Yang muda ini semua orang sudah tahu siapa adanya, yaitu Saka Sinting si Pendekar Mabuk.Sedang yang lebih tua hanya dua orang yang tahu, Maharaja dan Gendrayaksa saja. Tokoh satu ini juga bisa dibilang sudah jarang muncul di dunia persilatan."Ki Arga Saketi, sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya bisa melihatmu lagi!" sambut Maharaja sambil tersenyum ramah.Ki Arga Saketi adalah orang yang dulu menitipkan surat kepada Saka Sinting untuk disambut kepada Arya Kumbara. Isi surat tersebut tentang pengkhianat yang menyusup di perguruan Girisoca.Dia adalah ayahnya Ki Sempana, kakeknya Arya Kumbara. Dua pendekar kotaraja yang berpengaruh besar, yang beberapa waktu lalu telah menemui ajalnya.Kabar tentang kematian anak dan cucunya tentu saja sampai ke telinganya. Hal inilah yang membuatnya muncul lagi ke luar.Dalam per
Sekarang kita ikuti pertarungan Saka Sinting melawan Bardi Sugala. Mereka juga mencari tempat terpisah dari pertempuran yang lain."Sudah lama aku dengar nama Pendekar Mabuk yang tersohor itu, tapi aku tidak yakin kau hebat seperti yang dikatakan orang-orang!" Bardi Sugala sesumbar lagi. Seperti dia selalu menganggap enteng orang lain."Alaaah ... Kau bisa besar mulut karena dekat dengan ayahmu yang sebenarnya tidak apa-apanya dibandingkan Ki Arga Saketi!" balas Saka."Buktikan omong besarmu itu, otak sinting!" bentak Bardi Sugala sambil mendengkus keras."Bukankah kau yang omong besar?""Ayo tunjukkan semua kemampuanmu. Aku ingin tahu seperti apa kehebatan Pendekar Mabuk Sinting!""Baik, sebelum bertarung cobalah kau pegang dan angkat bumbung tuak ini!" Saka Sinting langsung melemparkan bumbung tuak ke arah Bardi Sugala.Bardi Sugala yang tidak tahu tentang bumbung tersebut menganggapnya hanya bambu biasa wadah tuak saja. Dia mengulurkan tangan menangkap bumbung tersebut.Tepp!Awaln
Sosok yang datang tiba-tiba itu terlempar keras sampai jatuh menggelinding hingga ke depan Saka Sinting.Saka mengenal orang ini, yaitu wanita bertopeng yang menjadi pelayan di Wisma Bahagia. Dia heran mengapa wanita ini muncul seperti hendak menyelamatkan dirinya.Padahal Saka tidak memerlukan pertolongan karena sudah sangat siap menghadapi ilmu Dinding Gaib.Kejap berikutnya terdengar suara ledakan besar disertai jeritan keras juga. Itu adalah ledakan akibat adu ilmu antara Ki Arga Saketi dengan Gendrayaksa.Bardi Sugala tahu persis teriakan siapa yang dia kenal. Dia lebih panik mendengar pekikan tersebut. Maka segera dia meninggalkan pertarungannya, lebih memilih menghampiri Gendrayaksa.Saka juga membiarkan saja karena dia terfokus pada wanita bertopeng pelayan Wisma Bahagia. Dia segera menghampiri.Berjongkok di samping wanita tersebut lalu mengulurkan tangan membuka topengnya. Pada saat itu dua sosok berkelebat mendarat di sebelah Saka."Kami terlambat!" ujar salah seorang yang
Di sebuah kedai yang cukup ramai. Sambil menunggu hidangan datang, Saka tampak sedang menimang-nimang sebuah gelas bambu.Jika dilihat lebih jelas lagi gelas bambu tersebut mirip bumbung tuak miliknya. Bumbung bambu tersebut seperti jadi pendek seukuran gelas dan garis tengahnya pun sedikit mengecil sehingga bisa digenggam dengan nyaman."Ada-ada saja ilmu Ki Arga Saketi," gumam Saka.Gelas bambu tersebut memang bumbung berisi tuak sakti yang tidak pernah habis. Mengapa bisa jadi kecil?Pada pertemuan terakhir kali dengan Ki Arga Saketi, pendekar sepuh tersebut memberikan sebuah ilmu ringan yang bisa dibutuhkan sewaktu-waktu."Ilmu Meringkas Benda!" sebut Ki Arga Saketi waktu itu.Dengan ilmu itu bisa membuat benda-benda jadi berukuran lebih kecil sesuai yang diinginkan. Saka membuat bumbung tuaknya sekecil gelas bambu.Dengan begitu dia tidak perlu ribet lagi selalu menggendong bumbung tuak di punggungnya walaupun sebenarnya sangat ringan.Namun, dengan bumbung lebih kecil bisa jadi
Namun tak lama ia pun mulai bisa menduga kalau tantangannya terhadap si Penggada Sirah pasti telah menyebar cepat. Saka tak perlu menunggu lama titik ketika sinar matahari mulai merata menerangi tanah, kerumunan penduduk di sisi sebelah kanannya tiba-tiba tersibak.Lalu tampak sosok Penggada Sirah yang didampingi tiga kawannya dari belakang. Penggada Sirah rupanya sangat yakin dengan kepandaian sendiri. Ia melihat orang yang menantangnya adalah seperti orang kemarin sore.Itu pula sebabnya berita pertarungannya disebarkan kepada penduduk. Maksudnya adalah agar namanya ditakuti. Sekaligus menjadikan penantangnya itu sebagai contoh bagi mereka yang berani menentangnya.Lelaki tukang begal ini melangkah pongah dengan wajah dibuat seseram mungkin. Langkahnya terlihat dibuat-buat. Segera saja ia menuju ke tengah Arena.Kerumunan penduduk memang tanpa sengaja seolah telah membuat sebuah lingkaran untuk ajang pertarungan.Kira-kira sejarak tiga tombak di depan Saka, penggada sirah menghent
Gadis galak itu menunggang kuda yang sebelumnya ditambatkan tak jauh dari lapangan. Sementara empat tawanannya yang kedua tangannya terikat berjalan di belakang kuda. Tali ikatan tangan mereka dihubungkan ke badan kuda si gadis.Beberapa lama kemudian.Penggada Sirah dan tiga kawannya menjatuhkan tubuh di atas tanah berumput saat si gadis melompat turun dari kudanya.Mereka ikut melepaskan lelah ketika gadis itu melepas kepenatan setelah menambatkan kudanya. Mereka hanya biss menelan air liur melihat si gadis membuka bekal dan menyantap tanpa peduli.Hari telah menjelang siang. Perjalanan memang cukup jauh. Usai melahap bekalnya, gadis berpakaian serba putih ini memeriksa keadaan tawanannya.Setelah merasa yakin kalau mereka tengah kelelahan, ia segera turun ke tepian sungai yang hanya berjarak beberapa belas langkah dari tempat itu.Gadis cantik dan galak itu rupanya tidak menyadari, atau lupa siapa keempat tawanannya. Mereka ad
Saka manelengkan kepala. Matanya menatap dengan kening berkerut, ditunggunya kata-kata Penggada Sirah selanjutnya."Sebagian besar harta jarahan itu sudah kuserahkan kepada ... kepada ... Tokoh yang paling berkuasa di seluruh wilayah ini, yang merupakan pelindung kami.""Sebutkan gelar tokoh pelindungmu itu!" desak Saka. Penggada Sirah dan tiga begundalnya tampak pucat. Mereka mendadak gelisah. Kepala mereka menoleh ke kiri kanan, menampakan rasa takut yang amat sangat."Jawab!" bentak Saka disertai tenaga dalam.Penggada Sirah dan begundal-begundalnya berjingkrak saking kagetnya. "Raja Naga Jenggot Putih!" sahut penggada sirah dalam kekagetannya."Antarkan aku ke tempat datukmu tinggal!" ujar Saka lagi, dengan suara tajam berpengaruh."Kami tidak berani," jawab Penggada Sirah dengan suara lirih mirip keluhan dari hati yang putus asa."Mengapa?" Saka terus menyudutkan."Kami bisa dibinasakann