Semua Bab LEGENDA PENDEKAR MABUK: Bab 131 - Bab 140

180 Bab

131. Ilmu Dinding Gaib

Sekarang kita ikuti pertarungan Saka Sinting melawan Bardi Sugala. Mereka juga mencari tempat terpisah dari pertempuran yang lain."Sudah lama aku dengar nama Pendekar Mabuk yang tersohor itu, tapi aku tidak yakin kau hebat seperti yang dikatakan orang-orang!" Bardi Sugala sesumbar lagi. Seperti dia selalu menganggap enteng orang lain."Alaaah ... Kau bisa besar mulut karena dekat dengan ayahmu yang sebenarnya tidak apa-apanya dibandingkan Ki Arga Saketi!" balas Saka."Buktikan omong besarmu itu, otak sinting!" bentak Bardi Sugala sambil mendengkus keras."Bukankah kau yang omong besar?""Ayo tunjukkan semua kemampuanmu. Aku ingin tahu seperti apa kehebatan Pendekar Mabuk Sinting!""Baik, sebelum bertarung cobalah kau pegang dan angkat bumbung tuak ini!" Saka Sinting langsung melemparkan bumbung tuak ke arah Bardi Sugala.Bardi Sugala yang tidak tahu tentang bumbung tersebut menganggapnya hanya bambu biasa wadah tuak saja. Dia mengulurkan tangan menangkap bumbung tersebut.Tepp!Awaln
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-19
Baca selengkapnya

132. Sosok Masa Lalu

Sosok yang datang tiba-tiba itu terlempar keras sampai jatuh menggelinding hingga ke depan Saka Sinting.Saka mengenal orang ini, yaitu wanita bertopeng yang menjadi pelayan di Wisma Bahagia. Dia heran mengapa wanita ini muncul seperti hendak menyelamatkan dirinya.Padahal Saka tidak memerlukan pertolongan karena sudah sangat siap menghadapi ilmu Dinding Gaib.Kejap berikutnya terdengar suara ledakan besar disertai jeritan keras juga. Itu adalah ledakan akibat adu ilmu antara Ki Arga Saketi dengan Gendrayaksa.Bardi Sugala tahu persis teriakan siapa yang dia kenal. Dia lebih panik mendengar pekikan tersebut. Maka segera dia meninggalkan pertarungannya, lebih memilih menghampiri Gendrayaksa.Saka juga membiarkan saja karena dia terfokus pada wanita bertopeng pelayan Wisma Bahagia. Dia segera menghampiri.Berjongkok di samping wanita tersebut lalu mengulurkan tangan membuka topengnya. Pada saat itu dua sosok berkelebat mendarat di sebelah Saka."Kami terlambat!" ujar salah seorang yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-20
Baca selengkapnya

133. Petualangan Baru

Di sebuah kedai yang cukup ramai. Sambil menunggu hidangan datang, Saka tampak sedang menimang-nimang sebuah gelas bambu.Jika dilihat lebih jelas lagi gelas bambu tersebut mirip bumbung tuak miliknya. Bumbung bambu tersebut seperti jadi pendek seukuran gelas dan garis tengahnya pun sedikit mengecil sehingga bisa digenggam dengan nyaman."Ada-ada saja ilmu Ki Arga Saketi," gumam Saka.Gelas bambu tersebut memang bumbung berisi tuak sakti yang tidak pernah habis. Mengapa bisa jadi kecil?Pada pertemuan terakhir kali dengan Ki Arga Saketi, pendekar sepuh tersebut memberikan sebuah ilmu ringan yang bisa dibutuhkan sewaktu-waktu."Ilmu Meringkas Benda!" sebut Ki Arga Saketi waktu itu.Dengan ilmu itu bisa membuat benda-benda jadi berukuran lebih kecil sesuai yang diinginkan. Saka membuat bumbung tuaknya sekecil gelas bambu.Dengan begitu dia tidak perlu ribet lagi selalu menggendong bumbung tuak di punggungnya walaupun sebenarnya sangat ringan.Namun, dengan bumbung lebih kecil bisa jadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-21
Baca selengkapnya

134. Begal Penggada Sirah

Namun tak lama ia pun mulai bisa menduga kalau tantangannya terhadap si Penggada Sirah pasti telah menyebar cepat. Saka tak perlu menunggu lama titik ketika sinar matahari mulai merata menerangi tanah, kerumunan penduduk di sisi sebelah kanannya tiba-tiba tersibak.Lalu tampak sosok Penggada Sirah yang didampingi tiga kawannya dari belakang. Penggada Sirah rupanya sangat yakin dengan kepandaian sendiri. Ia melihat orang yang menantangnya adalah seperti orang kemarin sore.Itu pula sebabnya berita pertarungannya disebarkan kepada penduduk. Maksudnya adalah agar namanya ditakuti. Sekaligus menjadikan penantangnya itu sebagai contoh bagi mereka yang berani menentangnya.Lelaki tukang begal ini melangkah pongah dengan wajah dibuat seseram mungkin. Langkahnya terlihat dibuat-buat. Segera saja ia menuju ke tengah Arena.Kerumunan penduduk memang tanpa sengaja seolah telah membuat sebuah lingkaran untuk ajang pertarungan.Kira-kira sejarak tiga tombak di depan Saka, penggada sirah menghent
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-22
Baca selengkapnya

135. Hampir Saja

Gadis galak itu menunggang kuda yang sebelumnya ditambatkan tak jauh dari lapangan. Sementara empat tawanannya yang kedua tangannya terikat berjalan di belakang kuda. Tali ikatan tangan mereka dihubungkan ke badan kuda si gadis.Beberapa lama kemudian.Penggada Sirah dan tiga kawannya menjatuhkan tubuh di atas tanah berumput saat si gadis melompat turun dari kudanya.Mereka ikut melepaskan lelah ketika gadis itu melepas kepenatan setelah menambatkan kudanya. Mereka hanya biss menelan air liur melihat si gadis membuka bekal dan menyantap tanpa peduli.Hari telah menjelang siang. Perjalanan memang cukup jauh. Usai melahap bekalnya, gadis berpakaian serba putih ini memeriksa keadaan tawanannya.Setelah merasa yakin kalau mereka tengah kelelahan, ia segera turun ke tepian sungai yang hanya berjarak beberapa belas langkah dari tempat itu.Gadis cantik dan galak itu rupanya tidak menyadari, atau lupa siapa keempat tawanannya. Mereka ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-23
Baca selengkapnya

136. Ada Yang Lebih Berkuasa

Saka manelengkan kepala. Matanya menatap dengan kening berkerut, ditunggunya kata-kata Penggada Sirah selanjutnya."Sebagian besar harta jarahan itu sudah kuserahkan kepada ... kepada ... Tokoh yang paling berkuasa di seluruh wilayah ini, yang merupakan pelindung kami.""Sebutkan gelar tokoh pelindungmu itu!" desak Saka. Penggada Sirah dan tiga begundalnya tampak pucat. Mereka mendadak gelisah. Kepala mereka menoleh ke kiri kanan, menampakan rasa takut yang amat sangat."Jawab!" bentak Saka disertai tenaga dalam.Penggada Sirah dan begundal-begundalnya berjingkrak saking kagetnya. "Raja Naga Jenggot Putih!" sahut penggada sirah dalam kekagetannya."Antarkan aku ke tempat datukmu tinggal!" ujar Saka lagi, dengan suara tajam berpengaruh."Kami tidak berani," jawab Penggada Sirah dengan suara lirih mirip keluhan dari hati yang putus asa."Mengapa?" Saka terus menyudutkan."Kami bisa dibinasakann
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-24
Baca selengkapnya

137. Raja Naga Jenggot Putih

Intan tampak ragu. Sikapnya terlihat gelisah. Matanya lantas mengerling kepada Saka."Aku bersedia membantumu, Intan," jawab Saka telah dapat menebang apa yang hendak disampaikan si gadis.Wajah Intan langsung berseri. Senyumnya merekah. Memang merasa malu dan enggan untuk mengatakannya. Kini ia merasa sangat berterima kasih karena Saka mengerti tentang keinginannya.Singkat cerita Penggada Sirah dan kawan-kawannya telah sampai membawa Saka dan Intan ke tempat kediaman Raja Naga Jenggot Putih yang berada di atas sebuah bukit.Semula Saka menduga bakal mendapat sambutan tak mengenakkan yang bisa saja berupa serangan mendadak, tapi juga hanya ternyata keliru.Empat penjaga pintu gerbang istana kecil milik Raja Naga Jenggot Putih menyambutnya dengan senyum ramah, kendati kelihatan dibuat-buat.Para penjaga itu lalu mengantarkan Pendekar Mabuk dan Intan ke bangsal utama untuk menjumpai Raja Naga Jenggot Putih.Kening Saka mengerut curiga. Hatinya yakin penyambutan itu tidak sewajarnya. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-25
Baca selengkapnya

138. Terjebak

Intan tak dapat menahan pekikannya. Wajahnya bias seketika, tangannya langsung menutup wajah, tak sanggup menyaksikan pemandangan mengerikan yang terjadi pada Penggada Sirah.Gadis ini bangkit. Sesaat warna pucat menghias wajahnya, yang kemudian menjadi merah padam oleh kemarahan membludak.Yang lebih terkejut lagi adalah ketiga kawan Penggada Sirah. Begitu hebat kengerian yang nampak di wajah mereka. Dalam hati merasa bersyukur, karena bukan mereka yang disuruh memeriksa isi kotak itu.Sedangkan di tengah ruangan, Penggada Sirah masih menjerit-jerit. Peluhnya langsung menganak sungai. Matanya terus-menerus memandangi kedua belah tangannya.Jemari tangannya membengkak cepat dengan warna hitam semakin melebar. Bau yang memuakkan perut pun menebar, seiring membusuknya dua telapak tangan Penggada Sirah yang begitu cepat.Sementara warna hitam terus menjalar ke pergelangan, dan masih terus merambat. Perhiasan itu ternyata telah dilumuri racun yang luar biasa ganas."Keparat keji!" desis I
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-26
Baca selengkapnya

139. Lorong Bawah Tanah

Pendekar Mabuk bersama Intan mulai melangkah lambat-lambat, mengelilingi ruangan seluas kira-kira dua tombak lebih.Mendadak langkah mereka terhenti karena tertarik dengan bongkahan-bongkahan batu yang menurut dugaan adalah akibat pukulan tenaga dalam.Diduga bongkahan tersebut berasal dari pukulan orang sebelum mereka terjatuh ke sini. Ternyata cukup banyak juga.Namun, di mana atau ke mana orang yang terjebak sebelum mereka? Maka segera diteliti empat dinding ruangan tersebut.Hati Saka sempat bergetar ketika matanya membentur sebuah lubang pada salah satu dinding yang kira-kira berada dua tombak tingginya dari tempatnya berpijak.Lubang itu sepertinya tertutup oleh bongkahan batu dan adanya sempalan batu yang belum gugur, membangkitkan dugaan kalau lubang itu cukup besar.Merasa penasaran, Saka menggeser langkahnya. Berdiri tegak menghadap dinding tempat lubang itu berada.Sekali mengebutkan tangan, dihantamnya dindin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

140. Nenek Gua

Si nenek tampak berseru menyiratkan kelegaan dan harapan."Kau, kepandaianmu sungguh membuatku kagum. Sungguh hebat dan sukar dipercaya. Dan ... kau pasti bisa menolongku. Asal kau mau berjanji, aku akan menunjukkan sebuah jalan rahasia yang akan membawa kita keluar dari neraka ini."Pendekar Mabuk kembali tertegun. Keningnya mengkerut, antara percaya dan tidak. Karena kalau memang ada jalan keluar, mengapa nenek itu tidak segera pergi?Padahal kalau menilik dari pakaiannya yang kelihatan usang, Saka yakin kalau si nenek sudah cukup lama berada di tempat ini."Aku tidak mengada-ada," lanjut si nenek, mengetahui keraguan pada lawan bicaranya. "Kalau saja kedua tulang-tulang kakiku tidak dihancurkan keparat jahanam itu, sudah dari dulu aku cabut dari sini!"Seperti baru sadar Saka segera memperhatikan kaki si nenek. Barulah ia mengerti mengala sejak tadi nenek itu terus saja duduk walau sedang menyerang sekalipun. Rupanya kedua kaki si nene
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status