Semua Bab Istri Sah Presdir Arogan: Bab 91 - Bab 100

110 Bab

90. Pagi Penuh Kekacauan

Mata Lucius terbuka sempurna dengan suara ketukan dari balik pintu. Tersentak pelan karena tidurnya yang tak benar-benar nyenyak. Rasanya matanya baru saja terpejam dan diganggu dengan suara yang berisik tersebut.Menepis pusing yang mulai muncul, ia lekas menyingkap selimut. Mengurai pelukannya pada sang istri yang masih terlelap dengan mata yang sedikit sembab. Dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Calia. Calia pun juga baru tertidur setelah pagi menjelang.“Ada apa?” Salah satu tangan Lucius berpegangan pada pinggiran pintu. Mempertahankan keseimbangan tubuhnya.“Tuan Zayn dan Nona Cailey sudah ditemukan. Keduanya dalam perjalanan kembali.”Lucius mengangguk singkat. Ingin berpuas diri tetapi jelas permasalahan tak akan selesai hanya dengan mereka ditemukan.“Dan …”Salah satu alis Lucius terangkat dengan keraguan yang mulai menyelimuti wajah anak buahnya tersebut. Tampak ada hal lain yang tidak menyenangkannya yang akan segera dikabarkan, tetapi terlalu cemas dengan ama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-06
Baca selengkapnya

91. Rencana Pernikahan

“Ada apa denganmu?” tanya Zale begitu masuk ke dalam mobil dan wajah Zesil dipenuhi sembab dan jejak basah yang masih menyelimuti wajah mungil gadis itu. “Kau menangisiku?”Zesil menggeleng, air matanya kembali merebak dan hanya menatap wajah Zale. Sementara di jok depan, Lucius dan Calia hanya saling pandang.“Lalu?” Nada bercanda yang awalnya sempat menyelimuti suara Zale seketika berubah serius. Menyadari ada yang janggal dengan Zesil pagi ini. “Ada masalah? Sesuatu terjadi denganmu? Atau si Roland …”Zesil terisak dan air matanya semakin membanjir, menghampiri pelukan Zale.*** “Kalian tidak naik?” Zayn yang sudah menginjak anak tangga pertama menoleh kea rah Zsazsa dan Zaiden yang berbelok ke ruang keluarga. Keduanya bersamaan membanting tubuh mereka di masing-masing sofa panjang dan menatap langit-langit ruangan. Embusan napas keras lolos dari mulut mereka dan diam.Zayn ikut terdiam, menatap kedua saudaranya dan ikut bergabung. Duduk di sofa tunggal. “Apakah menurut kalian ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

92. Keberengsekan Zaiden

Gerakan tangan memutar tersebut membuat Zsazsa menggigit bibirnya. Luca menyingkap rambutnya yang terurai ke samping. Menampilkan pundaknya dan kemudian tangan pria itu bergerak menurunkan kerah jubahnya. Wajah pria itu bergerak turun, mengecup kulit di ujung pundak sebelum kemudian bergerak ke leher, dengan tatapan yang tak lepas dari kedua mata Zsazsa di cermin.“Kau menolak kesepakatan pernikahan yang kutawarkan untuk menikah dengan pria lain?”“Kau mendengar kabar terlalu cepat dari seharusnya, Alessio.”“Hmm, kau tahu aku mengawasimu.”Napas Zsazsa kembali tertahan. Mengawasi dalam bahasa seorang Luca Alessio adalah menguntit. Ia mencoba bernapas dalam hati, menepis pertanyaan seberapa banyak yang diketahui oleh pria itu tentangnya.“Kenapa papamu tidak melemparkan undangan lamaran ini padaku?”“Mungkin kau bukan bujangan paling dicari dikota ini.”Bibir Luca tersenyum, salah satu tangannya menelusup di antara belahan jubah Zsazsa. Menyentuh kulit telanjang wanita itu. “Tapi aku p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-08
Baca selengkapnya

93. Luca Alessio

“K-kenapa kakak di sini?” Satu tangan Zesil bergerak memegang gagang pintu sementara tangannya yang lain berada di dada. Menggigit bibir bagian dalamnya ketika mengingat bagaimana dirinya yang tak berdaya di atas paksaan Zaiden yang begitu kuat.Zaiden terkekeh. “Kau ingin lari?”“A-apa yang kakak inginkan?” Bibir Zesil masih bergetar hebat.“Entahlah. Kau ingin apa yang kuinginkan darimu?”Zesil menelan ludahnya. Air mata mulai merebak di kedua matanya. “K-kenapa kakak lakukan ini pada Zesil?”Seringai di ujung bibir Zaiden semakin tinggi. Ia bangkit berdiri, yang membuat pegangan Zesil pada gagang pintu semakin menguat dan bergerak turun akan membuka pintu. “Jika kau lari, aku akan menangkapmu, Zesil. Jangan membuat keributan yang tak berarti.”Pegangan Zesil membeku, tak berani membuka tetapi ketakutan akan jarak yang semakin dipangkas oleh Zaiden membuat tubuhnya semakin beringsut. Zaiden berhenti tepat di depan Zesil. Salah satu tangannya terpaku di pintu sementara wajahnya berg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

94. Pernikahan Ketiga Kembar

“Jadi, apa yang akan kau lakukan?” Lucius memecahkan keheningan di ruangan tersebut setelah beberapa saat Luca Alessio meninggalkan ruangan ini. Bersama omong kosong tentang pertanggung jawaban dan lamaran yang akan menyusul setelah keadaan Zsazsa membaik.Lucius sendiri tak punya pilihan untuk mengelak, keseriusan seorang Luca Alessio memang tak bisa ia remehkan. Ia mengenal pria itu dalam dunia bisnis dan cukup berpengaruh. Itulah membuat pria itu tetap dikagumi, pun dengan semua gosip yang menyebar di kalangan mereka.Zsazsa menggeleng dengan pilu. Darimana Luca tahu pun, rasanya bukan pertanyaan yang penting. Pria itu tahu dan tak akan membiarkannya melenggang pergi dari hidup pria itu begitu saja.“Apakah kau begitu tidak menyukainya?” Suara lembut Calia mencoba meredakan kesunyian yang begitu mengkhawatirkan tersebut. Tangannya menggenggam telapak tangan Zsazsa. “Ini bukan soal Zsazsa menyukainya atau tidak, Calia. Alessio memang bukan orang yang tepat untuk menjadi anak menant
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-10
Baca selengkapnya

95. Ibu Kandung Ken

"A-apa maksud kakak?" Suara Zesil mulai diselimuti getaran. Kedua kakinya bergerak turun, dan ia sangat sadar kedua mata sang kakak mengamati setiap gerakannya."Kau yakin bisa kabur dariku?"Zesil menelan ludahnya. Ialah yang berada paling jauh dari pintu. Saat ia berlari memutari tempat tidur, Zaiden bisa menangkapnya dengan mudah. Membantingnya ke tempat tidur, melucuti pakaiannya dan melakukan seperti yang dilakukan sang kakak pada malam itu."Kenapa kakak lakukan ini? Tidak cukupkah dengan pernikahan ini? Juga kehamilan ini? Kakak sudah menghancurkan hidup Zesil. Kakak juga sudah melenyapkan impian Zesil untuk …""Menikah dengan pujaan hatimu?" sambar Zaiden dengan kesengitan. Wajahnya yang berkilat oleh kelicikan, kini diselimuti kegelapan ketika Zesil mengungkit tentang Roland. Bahkan sebelum namanya disebut saja, dadanya sudah dipenuhi oleh gemuruh. "Aku sudah bilang, kan? Sebulan yang lalu kalau kau lupa. Lupakan apa pun itu tentang menjalin hubungan apalagi menikah dengannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

96. Pernikahan Yang Baru Dimulai

“Sungguh?” Zsazsa mengulang, dengan ketidak percayaan yang memekat seluruh permukaan wajahnya. Luca mengangguk. “Apakah itu menjadi masalah untukmu?”Zsazsa mengerjap. Terkejut dengan keterkejutannya sendiri. “Jadi dia mantanmu, begitu?”Senyum di wajah Luca membeku, menelengkan wajahnya ke arah Zsazsa dengan kerutan di antara kedua alis. “Begitukah?”Zsazsa terdiam, ada ejekan di kedua mata Luca yang seolah mempermainkannya. “Aku ingin istirahat,” ucapnya sinis. Melangkah masuk ke dalam rumah Luca. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam tempat ini. Tak tahu harus berjalan ke arah mana. Ada dua tangga yang menyatu ke lantai dua, lampu hias yang begitu besar, foto Luca dan Ken yang begitu besar. Satu di dinding ruang tamu dan entah ini ruang tengah atau ruang apa. “Nyonya?” Seorang pelayan mendekati Zsazsa. “Bisakah kau tunjukkan di mana kamar … tamu, mungkin?”Kening pelayan tersebut tampak menyatu dengan keheranan. “T-tuan mengatakan Anda adalah istri …”“Lantai dua, pintu pertama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

97. Dia Memang Sengaja Merobek Gaunku

Suara ketukan di pintu memaksa mata Zesil yang rasanya baru saja terpejam untuk terbuka. Sejenak terkejut dengan lengan yang menelusup di balik selimut, tetapi ingatannya dengan cepat memenuhi kepalanya apa yang telah terjadi tadi malam. Lengan yang masih melingkar di perutnya adalah milik Zaiden.“Zesil?” Suara memanggil dari arah pintu sekali lagi menyentakkan Zesil. Menoleh ke arah pintu yang sudah didorong terbuka dan sang mama melangkah masuk.Calia sempat terkejut menemukan Zesil dan Zaiden yang masih berbaring di tempat tidur. Menunggu sejenak untuk meminimalisir keterkejutannya. “Setidaknya ingatkan Zaiden untuk mengunci pintunya, Zesil,” ucapnya kemudian mendekati ranjang. Menepuk punggung telanjang Zaiden yang setengah tertutup selimut.“Bangun, Zaiden. Kau harus ke kantor.” Calia menggoyang pundak sang putra lebih keras, Zaiden menggeliat. Matanya perlahan terbuka. “Pergilah ke kamarmu. Kau harus bersiap untuk ke kantor. Papamu bilang kalian kau harus ikut di pertemuan.”Za
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

98 .Hanya Sebagai Seorang Kakak

“Lepaskan!” sentak Zsazsa pada cekalan Luca yang berhasil mencegahnya membuka pintu darurat.Luca meraih tas di pundak Zsazsa. “Sopirku yang akan membawa mobilmu.”“Aku mau pulang sendiri, Luca.”Cekalan Luca semakin menguat. Setengah menyeret membawa Zsazsa kembali ke dalam lift, tepat ketika Joanna muncul. Zsazsa yang tak ingin mempermalukan diri dengan keributan tersebut, terpaksa bersikap patuh. “Aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Zsazsa. Memasang sabuknya sendiri.“Jam berapa hari ini Ken pulang?” tanya Joanna begitu duduk di dalam mobil. Sementara Luca hendak memasangkan sabuk pengaman Zsazsa. Menarik perhatian Luca yang menatap sisi wajah Zsazsa yang berpaling.“Setelah makan siang. Dua jam lagi.” Luca memperbaiki duduknya, menyalakan mesin dan mulai melajukan mobil.Joanna hanya mengangguk singkat. Matanya tak berhenti mengamati gelagat Zsazsa dan Luca yang tampaknya terlibat dalam perdebatan yang cukup serius. Meski ada rasa tak suka ketika Luca mengulurkan tangan ke arah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-14
Baca selengkapnya

99. Saling Mencintai Ternyata Masih Belum Cukup

“Luca? Luca?!” Suara panggilan yang dibarengi gedoran membangunkan Zsazsa dan Luca pagi itu. Bahkan matahari masih belum memunculkan sinarnya dan di luar masih subuh.“Bangun, Luca! Cepat. Ini benar-benar gawat!” Suara Joanna kembali terdengar dari balik pintu. Diselimuti kecemasan dan gedoran yang semakin kuat. Membuat Luca lekas menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur, mengenakan celana karetnya sebelum mencapai pintu. Matanya masih setengah terpejam ketika memutar kunci dan membuka pintu.“A-ada a- …” Suara serak khas bangun tidurnya tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Joanna memegang kedua lengannya dengan panik.“K-ken?” Joanna menggoyang lengan Luca, wajahnya sudah berurai air mata ketika melanjutkan kalimatnya. “Kita harus membawanya ke rumah sakit.”Kantuk yang masih tersisa seketika lenyap. Kedua mata Luca melebar sempurna. “A-ada apa dengannya?” tanyanya sembari melangkah keluar.“Ken demam. Kita harus …”Zsazsa sempat mendengarkan keadaan Ken sebelum Luca dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status