Semua Bab Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder: Bab 401 - Bab 410

541 Bab

Bab 401

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa suaramu terdengar nggak senang? Apakah ada yang membuatmu marah?" tanya Dimas dengan prihatin."Nggak ada yang membuatku marah. Keluarga Sentana sepertinya sedang menghadapi kebangkrutan. Mereka sudah menjual rumah dan mobil mereka. Itu .... Mereka sangat membutuhkan uang sekarang. Sebagai sahabat Lidya selama bertahun-tahun, aku sudah memberikan semua uang yang aku punya. Aku benar-benar nggak bisa melihat Lidya dan Bibi Mirna menghadapi kesulitan. Maaf, aku nggak mendiskusikannya denganmu lebih dulu," jelas Amel. Setelah kembali tenang, Amel merasa sedikit bersalah pada Dimas.Sebagian besar uang itu adalah milik Dimas, jadi sebenarnya agak tidak pantas bagi Amel untuk mentransfer uang itu tanpa memberi tahu Dimas terlebih dahulu."Kamu meminjamkan semua uangmu pada mereka?""Ya, aku ingin meminjamkan lebih banyak pada mereka. Maafkan aku," kata Amel. Dia meminta maaf lagi karena merasa bersalah."Nggak masalah, Sayang. Kalau aku jadi kamu, aku juga akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

Bab 402

"Aku nggak tahu bagaimana keadaan Bibi Mirna sekarang," ucap Amel seraya menghela napasnya."Jangan khawatir, Keluarga Sentana akan baik-baik saja," hibur Dimas dengan lembut.Amel tidak menganggap serius apa yang dikatakan Dimas, dia pikir Dimas hanya sedang menghibur dirinya saja.Begitu mereka tiba di rumah, mereka melihat sepasang sepatu tambahan yang tergeletak di depan pintu. Mereka sudah mengetahuinya tanpa perlu menebak, itu pasti milik Andi.Amel takut ketika Andi berkunjung, pria itu akan terkunci di luar ketika sedang tidak ada orang di rumah, jadi Amel memberi tahu kata sandi rumahnya kepada Andi."Andi, kenapa kamu tiba-tiba kemari?""Kudengar Bibi Erna dan keluarganya membuat masalah lagi. Aku datang untuk melihat mereka, tapi sepertinya mereka sedang nggak ada di rumah. Aku sudah di sini selama hampir setengah jam dan masih belum melihat mereka," kata Andi dengan kesal."Mungkin mereka sedang keluar.""Kak Amel, kurasa kamu memang punya temperamen yang sangat baik, itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

Bab 403

"Amel, kalau kalian bertiga pergi ke rumah sakit, lalu bagaimana dengan kami? Siapa yang akan memasak untuk kami?" tanya Yeri yang menganggap Amel seperti pelayan mereka."Kamu lebih tua dari istriku, juga punya tangan dan kaki. Memangnya kamu nggak bisa memasak sendiri?" sahut Dimas dengan ekspresi dingin. Awalnya dia tidak ingin berdebat dengan mereka karena mereka adalah kerabat Amel, tetapi mereka sudah bersikap terlalu berlebihan.Yeri tersinggung oleh kata-kata Dimas. Dia bisa masak, tetapi dia tidak ingin bergerak begitu dia datang di sini. Dia hanya ingin makan makanan yang sudah disiapkan."Amel, kenapa kamu nggak memasak untuk kami dulu, baru kalian pergi?" sambung Erna tanpa ragu-ragu."Istriku nggak punya waktu. Kalau kalian lapar, masaklah sendiri. Kalau kalian nggak mau masak, jangan makan," kata Dimas. Setelah bicara demikian, dia segera menyeret Amel dan Andi untuk pergi."Huh, suami macam apa yang dicari Amel ini? Dia benar-benar nggak berpendidikan. Dia berbicara kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

Bab 404

"Itu semua karena kamu. Waktu itu kamu sedang minum-minum di bar. Saat aku pergi menjemputmu, kebetulan aku melihat gadis kecil ini diintimidasi oleh preman di bar, jadi aku pun membantunya. Kira-kira begitu yang terjadi," jelas Dimas dengan berani sambil duduk tegak."Oh, ternyata begitu.""Kak Dimas, apa kamu menyadari kalau pelayan barusan itu agak mirip dengan kakakku?" tanya Andi yang ternyata juga memperhatikannya."Penampilannya agak mirip, tapi di hatiku cuma istriku yang paling cantik!"Andi menatap mereka berdua dengan tajam. Apalagi yang ingin dia makan? Rasanya Andi sudah merasa kenyang."Kak Dimas, kamu benar-benar menggelikan. Aku nggak mau makan bersama kalian berdua lagi," ungkap Andi dengan jijik.Tidak lama kemudian, gadis kecil itu datang sambil mendorong gerobak kecil penuh hidangan."Kak, ini adalah hidangan yang kalian pesan, sementara yang ini adalah hadiah untuk kalian. Silakan menikmati, aku nggak akan mengganggu kalian lagi," jelas Nana. Setelah berkata demiki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

Bab 405

"Ketika aku mau bayar, dia bersikeras nggak mau dibayar. Katanya dia ingin berterima kasih atas kebaikan Kak Dimas. Kupikir, kalau dia nggak mau dibayar, bosnya pasti akan memotong gajinya karena dia hanya seorang pelayan biasa. Itu sebabnya aku juga bersikeras. Akhirnya, dia membiarkanku membayar sebesar 400 ribu saja," jelas Andi secara singkat mengenai apa yang baru saja terjadi."Ternyata begitu. Pantas saja kamu lama sekali membayarnya."Ketika mereka berdiri dan bersiap untuk pergi, Nana berlari-lari kecil menghampiri mereka."Kakak-kakak sekalian, jangan lupa datang lagi, ya.""Hotpot di restoran ini memang enak. Lain kali kami pasti akan datang lagi. Kerja yang bagus," kata Amel sambil memeluk lengan Dimas dengan santai.Nana melirik tangan Amel sambil berkata, "Baiklah, silakan datang lagi."Setelah mengantar mereka pergi, senyum di wajah Nana tiba-tiba menghilang. Dia menatap punggung Amel dengan sedikit cemburu. Nana benar-benar tidak menyangka jika Dimas sudah menikah.Seja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

Bab 406

"Kalau kotor 'kan bisa dibersihkan lagi nanti. Kenapa harus berlebihan seperti itu?" balas Yeri dengan sinis sambil berdiri. Dia juga bersikap tidak sopan dengan langsung membuang semua kulit kacangnya ke lantai.Mendengar suara kulit kacang yang jatuh ke lantai, Amel langsung menggertakkan giginya kuat-kuat sampai rasanya giginya hampir hancur. Saat amarahnya sudah hampir meledak, tiba-tiba saja Dimas menggenggam tangannya."Serahkan saja padaku," kata Dimas dengan lembut.Dimas pergi ke rak penyimpanan untuk mengambil sapu dan pengki. Kemudian, dia menyapu sampah-sampah yang ada di lantai dengan tekun."Lihatlah, betapa rajinnya Dimas. Amel, kamu harus belajar darinya," sindir Erna dengan tidak tahu malu.Kemudian, Dimas membuang semua sampah yang sudah disapunya ke atas kepala mereka. Begitu Erna selesai bicara, dia sudah kembali berteriak."Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" teriak Erna dengan keras. Suaranya menggema di seluruh vila."Aku nggak gila. Aku hanya membuang s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

Bab 407

Segera setelah itu, Amel kembali membersihkan bagian dalam dan luar rumahnya. Bahkan, seprai dan selimut yang digunakan Erna dan yang lainnya untuk tidur juga dicuci dan disterilkan oleh Amel. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Amel baru kembali ke kamarnya untuk beristirahat."Sayang, terima kasih banyak untuk hari ini. Kalau bukan karena kamu, aku nggak tahu berapa lama lagi mereka akan tinggal di rumah kita." Amel bersandar di kepala tempat tidur dengan perasaan senang dan mengacungkan jempol pada Dimas."Kalau begitu, kamu bisa memberiku hadiah untuk hari ini, Sayang." Dimas menaikkan alisnya ke arah Amel dengan gaya yang berbeda.Amel menarik kembali senyumnya dan melirik Dimas. "Cepatlah mandi dan tidur."Setelah berkata seperti itu, Amel langsung tidur tengkurap. Dimas pun mengerucutkan bibirnya. Dia buru-buru mandi dan kembali ke tempat tidur. Kemudian, Dimas memeluk Amel dari belakang dan ingin 'bertukar perasaan' dengan Amel. Namun, tiba-tiba Dimas menyadari jika Amel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

Bab 408

Keesokan harinya, Amel terbangun dan merasa ragu-ragu untuk menghubungi Andi."Kak, kenapa meneleponku sepagi ini?" Suara Andi terdengar seperti belum bangun tidur."Andi, apa kamu punya banyak uang?" tanya Amel dengan malu."Kak, saat ini aku ada 120 juta. Uang itu kutabung selama aku bekerja setelah lulus. Kenapa? Apa Kakak butuh uang?" tanya Andi sambil mengucek-ucek matanya yang masih mengantuk."Bukan aku yang butuh uang, tapi keluarga Lidya. Investasi Paman Kelvin gagal. Sekarang, dia punya banyak utang luar negeri." Setelah Andi mendengar berita tersebut dari Amel, rasa kantuknya hilang seketika. Dia langsung duduk di tempat tidur."Aku mengerti, Kak. Aku langsung telepon Kak Lidya saja nanti." Setelah berkata seperti itu, Andi pun buru-buru menutup teleponnya.Saat mengetahui keluarga Lidya tengah menghadapi masalah, Andi seakan-akan lupa jika hubungannya dengan Lidya tengah memburuk. Tanpa ragu-ragu lagi, dia langsung mentransfer semua tabungannya kepada Lidya."Kamu di mana?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

Bab 409

"Aku nggak peduli. Selama aku bisa bersamamu, semua itu nggak masalah bagiku," kata Andi dengan tulus. Dibandingkan dengan uang, Lidya lebih penting."Andi ...." Lidya bersandar di pelukan Andi sambil menangis sesenggukan. Seperti kata pepatah, rintangan membuktikan semuanya. Tampaknya Andi benar-benar tulus padanya.Sementara itu, Kelvin tampak seakan menua dalam semalam. Dia duduk di kamar tidur dengan cemas, merokok satu demi satu hingga keesokan paginya.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Dia mengira itu adalah panggilan dari penagih utang. Dia pun mengangkat telepon, lalu ingin menutup teleponnya. Namun, dia menyadari bahwa itu adalah panggilan dari asistennya.Dia akhirnya menjawab telepon, lalu mendengar, "Kabar baik, Pak Kelvin, perusahaan kita bisa selamat!"Ketika Kelvin mendengar suara gembira asistennya di telepon, dia tertegun sejenak. Kemudian, dia bertanya seolah tidak bisa memercayai telinganya, "Apa katamu?""Pak Kelvin, aku bilang perusahaan kita bisa diselamatkan. Asis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

Bab 410

"Kamu urus sendiri investasi kali ini. Pastikan saja perusahaan Kelvin nggak bangkrut," kata Dimas dengan santai. Selama bisa diselesaikan dengan uang, itu bukan masalah untuknya."Pak Dimas, aku sudah membuat perkiraan awal. Perusahaannya memiliki utang sekitar 7,4 miliar. Kalau mau perusahaannya beroperasi dengan normal, dia perlu setidaknya 8 miliar." Irfan memberi tahu Dimas tentang hasil penyelidikannya."Kalau begitu, kita investasikan 8 miliar. Karena masalah ini sudah aku serahkan kepadamu, kamu yang akan bertanggung jawab untuk itu," kata Dimas sebelum menutup telepon dengan cepat.Irfan menyimpan ponselnya, mengambil dokumen, lalu keluar dari mobil. Di luar, Kelvin sudah berdiri di depan pintu perusahaan sambil menatap pintu dengan penuh harap.Ketika melihat Irfan berjalan sambil membawa dokumen, Kelvin langsung menyapanya dengan gembira, "Halo, apakah kamu Pak Irfan?"Irfan mengangguk sembari berujar, "Ya, aku Irfan. Direktur kami terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3940414243
...
55
DMCA.com Protection Status