Kepastian yang Devan berikan benar-benar menggelitik perut Rania. Gadis itu terus saja tertawa. Hingga, saat mendapati tatapan Devan yang serasa ingin membunuhnya--membuat tawa itu luntur seketika. "Mana mungkin aku tidak merasa lucu. Apakah kamu sudah lupa dengan surat perjanjian, kita?" tanya Rania. "Ya, sudah kalau kamu tidak mau menjawabnya. Dan, lupakan tentang pertanyaanku tadi!" ujar Devan ketus, pria itu kembali melanjutkan langkah kakinya. Namun, langkah kaki itu Devan jeda saat Rania menghalangi jalannya, "Ada apa?" tanya Devan datar, pria itu menatap Rania dengan dingin."Ayo kita makan. Aku sudah masak makan malam untuk kita berduya.""Aku sedang tidak lapar," sahut Devan dengan malas, pria itu akan menyerobotkan tubuhnya. Namun, kembali gagal saat lagi-lagi Rania kembali menghalangi jalannya, "Ada apa, lagi?!" lanjut Devan. Terkesan biasa namun nada suara pria itu telah mengandung emosi.'"Walaupun kamu sedang tidak lapar-aku ingin kamu tetap memakan-masakan buatanku, d
Read more