Kemarahan Devan telah berada dipuncaknya. Rania yang terus terisak--frustasi memikirkan dirinya yang dipecat membuat Devan tak mampu menahan dirinya untuk segera bertemu dengan sang kakek. Dalam balutan pakaian kasualnya, pria itu setengah berlari saat membawa langkah kakinya menuju lantai bawa. Rania sontak menghentikan tangisan itu, nampak terperanjat saat mendapati Devan yang nampak akan pergi, dan pria itu terlihat terburu-buru. Devan seperti tengah mengejar sesuatu."Devan---." Rania menyeruhkan nama sang suami, pria itu bahkan mengaikan keberadaan dirinya.Pemilik tubuh jangkung itu sontak menghentikan langkah kakinya, dan berbalik menatap Rania, "Apakah kau, akan pergi?" Seolah melupakan kesedihan yang tengah dia rasakan--kini Rania menatap Devan dengan tatapan penasaran."Iya," sahut Devan pendek. Awan hitam kembali ada di wajah Rania. Wajah itu menunduk, airmata kembali luruh membasahi kedua pipi Rania, "Aku sedang bersedih, tapi ini kau malah ingin pergi," lirih Rania, wan
Baca selengkapnya