Tak ada senyuman sama sekali di wajah Rania, sedari tadi wanita itu terus memasang wajah juteknya. Bagaimana tidak, marah? Devan terus mengingatkan tahi lalat kecil yang berada di dekat area intinya. "Bisakah, kau berhenti menggodaku? Dan, apakah perlu aku ingatkan?! Kalau milikmu-itu---." Rania sengaja menggantungkan kalimatnya, saat tatapan Devan semakin menusuk padanya--pria itu seolah tengah melemparkan ancaman bagi Rania. Namun, justru hal itu merupakan kebahagiaan bagi Rania. Dia merasa menang dari pria itu. "Dan, aku rasa-aku tidak perlu mengatakannya lagi!" ujar Rania, dengan senyuman yang membungkus--berusaha menahan tawa yang hampir meledak. Devan menarik napasnya dalam, dan membuangnya dengan pelan. Pria itu tengah membendung rasa kesalnya pada Rania. Menahan gejolak di dalamnya, dan bersuara setelah beberapa menit kemudian, "Lanjutkan makanmu!" titah Devan, seraya menatap Rania dengan sorot mata tajam. "Baiklah," sahut Rania dengan seulas senyum, dan kembali melan
Read more