All Chapters of Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin: Chapter 1 - Chapter 10

85 Chapters

Bab 1

"Kalau nggak bisa naik motor jangan berkendara di jalan raya!" Seperti tuli, gadis berhijab yang masih memakai seragam mengajar bergegas menegakkan kembali motornya, tanpa melihat ke arah pengendara mobil yang ia tabrak akibat ia tidak menyadari bahwa ia melajukan motor matic merahnya di jalur yang salah.Tanpa mengatakan satu patah kata pun, Kiara Ramadhani kembali menaiki motornya dan melajukan benda itu kembali, mengabaikan ucapan-ucapan dari sosok berpakaian mewah yang ia tabrak tadi."Hei! Kamu mau ke mana? Kamu terluka!" teriak pria tersebut. Meski awalnya marah-marah, melihat gadis yang bertabrakan dengannya terluka, sisi kemanusiaan pria itu tersentil. Akan tetapi, Kiara sudah telanjur pergi. Gadis itu bahkan tidak merasakan sakit, padahal darah merembes di bagian lutut dan sikunya yang tadi terbentur aspal jalanan.Air mata Kiara terus mengalir. Pandangan matanya membuaram karena terhalang oleh genangan air yang tak berhenti mengalir. Bayangan sang ayah yang tergolek lemah
Read more

Bab 2

"Yuk sekarang kita mulai belajarnya.” Kiara mengeluarkan kartu huruf yang akan dijadikan sebagai alat peraga untuk pembelajaran kali ini. “Hari ini kita belajar merangkai huruf ya." Beberapa hari, setelah operasi ayahnya dinyatakan berhasil, Kiara secara berkala mendatangi alamat yang membutuhkan guru les sesuai informasi yang ia terima. Beruntung sebelumnya ia masih punya tabungan setengah dari uang deposit yang dipinta, jadi ayahnya bisa operasi.Namun, biaya yang dibutuhkan untuk pemulihan pasti lebih banyak lagi. Hasil penjualan rumah akan dialokasikan untuk membayar gaji.Inilah satu-satunya jalan yang bisa diusahakan kembali oleh Kiara.Untungnya, Cantika, gadis cilik yang menjadi murid les Kiara itu sangat manis. Meskipun mereka memang sedang belajar serius, tapi bocah itu merasa seperti sedang bermain sehingga tidak mudah bosan. Tampak jelas bahwa Cantika menyukai kehadiran Kiara dan antusias belajar bersama gurunya tersebut.Meskipun, di awal pertemuan, Cantika sempat salah m
Read more

Bab 3

Kiara melanjutkan langkahnya setelah beberapa detik terhenti karena ucapan konyol papanya Cantika. "Dia pikir aku ini apa? Jadi mamanya Cantika? Heh, yang benar saja!" Batin Kiara terus menggerutu hingga langkahnya terhenti di depan motor matic kesayangannya. Gadis itu mengambil helm dan memakainya. Saat kunci sudah tertanam di tempatnya, tiba-tiba ada sebuah tangan berotot yang mencabutnya tanpa izin. Spontan Kiara menoleh dan mendapati sosok dengan muka datar itu sudah berdiri di samping motornya dengan memainkan kunci. "Maaf, Tuan saya harus segera pulang," ucap Kiara masih mencoba untuk menjaga kesopanannya. "Saya belum selesai bicara, Bu guru. Kenapa Anda pergi begitu saja?" Samudra memasukkan kunci motor Kiara ke dalam saku celana membuat gadis berhijab itu melotot tak suka. "Apa yang Anda inginkan, Tuan? Kenapa Anda menghalangi saya?" Kali ini intonasi suara Kiara berubah datar tapi penuh penekanan. Tidak peduli meski pria yang saat ini ada di samping motornya itu adalah p
Read more

Bab 4

"Saya terima nikah dan kawinnya Kiara Ramadhani binti Hadi Wijaya dengan mas kawin uang tunai sebesar 2 miliar rupiah dan logam mulia seberat 2 kg dibayar tunai!"Tangis haru mengiringi prosesi sakral yang dilakukan di dalam ruang rawat di rumah sakit tersebut. Kiara dengan gaun putih dan kerudung putih serta mahkota di kepalanya tampak begitu cantik dan menawan. Namun tidak ada raut bahagia di wajahnya mengingat pernikahan yang dilakukan secara dadakan.Hadi Wijaya tersenyum lembut menatap Putri semata wayangnya kini sudah menjadi istri orang. Tanggung jawab atas Putri tunggalnya itu kini sudah beralih pada seorang pria bernama Samudra. "Nak Samudra tolong jaga putri saya satu-satunya ini. Dia adalah harta yang paling berharga bagi kami. Tolong bahagiakan dia seperti saya selalu memprioritaskannya. Jika nanti sudah tak ada lagi cinta pulangkan dia dengan cara baik-baik sebagaimana Samudra memintanya dengan cara baik-baik pula," ucap Hadi Wijaya dengan suara parau. Pria paruh baya it
Read more

Bab 5

Kiara terlonjak mendengar ucapan dingin lelaki yang baru saja menjadi suaminya. Jantungnya berdebar kencang ketika sorot mata pria tersebut seperti menembus tubuhnya. Langkah kaki Kiara terasa sangat berat. Tentu saja karena ini adalah malam pertama mereka. Bayangan ritual malam pertama dengan pria yang baru dikenalnya itu membuat aliran darah Kiara perpacu deras bersamaan keringat dingin yang mengucur di seluruh pori-pori kulitnya.b"Ma-maaf, Tuan saya harus menidurkan Cantika dulu," cicit Kiara. Suaranya tersangkut di tenggorokan sehingga lebih mirip seperti kucing sedang terjepit. Kiara melangkah masuk dengan kaki gemetar. Ditambah lagi pandangan pria itu terus mengikuti setiap pergerakan Kiara. Saat Kiara tengah kebingungan hendak melakukan apa, tiba-tiba pria dingin itu melempar bantal dan selimut padanya. "Kamu tidur di sofa!" ucap Samudra dingin."Tap-""Kita menikah karena Cantika. Saya lihat dia sangat menyayangimu. Dia juga menjadi lebih ceria setelah bertemu denganmu, jad
Read more

Bab 6

"Papa!" Samudra urung membalikkan badan saat suara putrinya memanggil."Sini masuk! Lihat Mama menguncir rambut cantik! Bagus nggak, Pa?" Gadis kecil itu meminta pendapat papanya atas penampilan barunya. "Iya, bagus. Cantika selalu cantik dalam kondisi apapun," jawab Samudra datar. "Kalau Mama cantik nggak, Pa?" Spontan sepasang pengantin baru itu saling tatap. ***"Kalau Mama cantik nggak, Pa?" tanya Cantika dengan mata berbinar-binar. Samudra melirik Kiara sekilas, laluengelus puncak kepala sang buah hati. "Mama masih kalah cantik dengan putri Papa. Karena putri Papa ini nggak ada tandingannya," jawab Samudra lembut. Berbeda sekali ketika berbicara dengan orang lain, termasuk Kiara. Samudra akan menunjukkan sisi lain yang berbeda pada putri semata wayangnya. Tak ada sakit hati pada diri Kiara karena dia tahu bahwa Samudra mengatakan itu untuk menyenangkan hati putrinya. Dirinya pun tak merasa kecewa dikatakan kalah cantik dengan bocah yang kini menjadi putri sambungnya itu ka
Read more

Bab 7

Kiara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu membuka kunci dengan pola yang sudah dia setting. Saat itulah sebuah pesan masuk dari nomor asing."Nanti saya nggak bisa jemput. Pulangnya naik taksi saja! Saya juga sudah transfer uang bulanan buatmu. Terserah mau digunakan buat apa saja. Kalau untuk kebutuhan dapur sudah diatur Mama!" Tak berselang lama notifikasi M-banking berbunyi. Kiara membukanya dan seketika kedua matanya membelalak. ***Deretan angka dengan jumlah nol sebanyak 7 itu membuat pikiran Kiara mendadak blank. Dia memang bukan orang miskin sebelum perusahaan ayahnya bangkrut. Namun dia tidak pernah diberi uang bulanan sebanyak itu oleh sang ayah karena ayahnya senantiasa mendidik Kiara untuk menjadi gadis yang pandai bersyukur berapapun uang jajan yang diberikan. Kini baru sehari menjadi istri Samudra, lelaki itu sudah membuat rekeningnya mendadak gendut. Mahar dua miliar yang dikasih kemarin pun belum dia sentuh sama sekali. Dan sekarang dia mendapatkan 50 juta per
Read more

Bab 8

"Sayang, maafin Mama ya? Mama nggak tahu kalau Cantik alergi sama kacang," ucap Kiara dengan penuh penyesalan. "Nggak papa, Mama. Cantik sudah nggak sesak nafas lagi. Yang penting Cantik sudah tahu rasanya makan es cream," jawab Cantika membuat Kiara yang menangis jadi terkekeh. "Jadi kamu mencoba meracuni anak saya?!"***"Jadi kamu mencoba meracuni anak saya? Baru sehari menjadi ibunya, dan kamu sudah berani membahayakan nyawa anak saya! Saya kecewa sama kamu!" Samudra melangkah ke depan lalu memeluk putrinya yang tengah terbaring di atas brankar. Kalau hanya diabaikan, Kiara masih bisa terima. Tapi dituduh membahayakan Cantika dan dibentak di depan para perawat membuat hatinya sangat sakit. Andai Kiara tidak ceroboh dan bertanya dulu sebelum mengajak Cantika makan di luar, pasti kejadian ini tak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa kembali seperti semula. "Maaf, Mas. Aku tidak tahu kalau Cantika alergi kacang," lirih Kiara sambil menunduk. Dadanya berg
Read more

Bab 9

Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai perlahan mendekat. Spontan semua tatapan mata tertuju pada sumber suara. "Samudra, apa benar kamu sudah menikah lagi?"Semua pasang mata menatap wanita paruh baya dengan dandanan bak sosialita yang baru saja masuk tanpa salam. "Jeng Winda, sini ikut makan bersama," sambut mamanya Samudra.Wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu berdiri. Mengulas senyum terbaik untuk wanita yang pernah menjadi besannya di masa lalu. Namun sayangnya wanita seumuran tapi tampil lebih glamor itu hanya tersenyum sinis. Tatapannya justru tertuju pada Kiara yang menunduk menekuri makannya. "Apa benar Samudra sudah menikah lagi?" ulangnya dengan tatapan masih tertuju pada Kiara. "Mari duduk makan dulu, Jeng. Nanti kita bicara setelah ini." Melinda tetap kalem meski Winda tampak sedang menahan emosi. "Nggak usah basa-basi lagi, Jeng. Saya sudah dengar kalau Samudra menikah lagi. Wanita itu kan yang menggantikan posisi anak saya?" Winda melengos. Samudra
Read more

Bab 10

Kiara baru saja akan berbaring ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membukanya. "Ibu.""Assalamualaikum, Bu. Bagaimana kondisi ayah?"[...]"Apa?!" Spontan tangan Kiara bergetar hingga ponselnya terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu Samudera keluar dari kamar mandi."Ada apa?" Samudra berjalan menuju ranjang. Namun sempat terhenti melihat raut wajah sang istri yang tampak shock.Kiara bergeming. Pikirannya kosong dengan bulir-bulir air mata sudah saling berebut lirih membasahi pipinya. "Hei, apa kamu tuli? Ada apa?" Pria tampan tapi dingin itu setengah membernya. Tak suka diabaikan oleh wanita yang sudah ia nikahi tersebut.Mendengar suara yang cukup nyaring membuat Kiara terlonjak. Kesadarannya pulih kembali. Namun tak berlangsung lama karena mendadak ia teringat telepon barusan. Gegas ia berdiri dan meraih tas slempang yang tergantung."Saya izin pergi dulu, Mas!" Menghiraukan pertanyaan sang suami, Kiara memasukkan ponsel yang baru saja ia pungut di lantai kendalam s
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status