Share

Bab 6

Author: Cahaya Asa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Papa!" Samudra urung membalikkan badan saat suara putrinya memanggil.

"Sini masuk! Lihat Mama menguncir rambut cantik! Bagus nggak, Pa?" Gadis kecil itu meminta pendapat papanya atas penampilan barunya.

"Iya, bagus. Cantika selalu cantik dalam kondisi apapun," jawab Samudra datar.

"Kalau Mama cantik nggak, Pa?"

Spontan sepasang pengantin baru itu saling tatap.

***

"Kalau Mama cantik nggak, Pa?" tanya Cantika dengan mata berbinar-binar.

Samudra melirik Kiara sekilas, laluengelus puncak kepala sang buah hati.

"Mama masih kalah cantik dengan putri Papa. Karena putri Papa ini nggak ada tandingannya," jawab Samudra lembut.

Berbeda sekali ketika berbicara dengan orang lain, termasuk Kiara. Samudra akan menunjukkan sisi lain yang berbeda pada putri semata wayangnya. Tak ada sakit hati pada diri Kiara karena dia tahu bahwa Samudra mengatakan itu untuk menyenangkan hati putrinya. Dirinya pun tak merasa kecewa dikatakan kalah cantik dengan bocah yang kini menjadi putri sambungnya itu karena pada dasarnya Kiara tidak pernah gila pujian.

Sarapan pagi kali ini terasa lebih hidup dari biasanya. Celotehan Cantika mewarnai pagi itu. Mau tak mau semua orang ikut tersenyum mendengarnya.

"Papa, nanti hari Minggu kita jalan-jalan bertiga ke Dufan ya? Cantika ingin merasakan ke Dufan sama Mama dan Papa seperti teman-teman Cantika yang lain."

Permintaan gadis itu sangat sederhana sebenarnya. Namun sangat sulit untuk dikabulkan oleh Samudra mengingat hari Minggu sudah memiliki janji dengan seseorang.

"Berdua saja sama Mama, ya? Papa nggak bisa," ujar Samudra.

Seketika wajah Cantika berubah muram. Bibirnya mengerucut dengan mata berkaca-kaca. Kiara langsung memeluk putri sambungnya dengan kasih sayang.

"Nggak papa, Sayang. Kita pergi berdua saja. Kita puas-puasin naik wahana yang ada di sana, gimana?" bujuk Kiara.

Sengaja dia melakukan itu karena dirinya juga belum siap pergi dengan suaminya. Entah mengapa mengetahui kalau suaminya tidak menginginkan pernikahan ini sungguhan, hatinya terasa sakit. Sebisa mungkin Kiara membangun benteng yang tinggi agar tidak jatuh cinta pada pria dingin itu.

Selesai sarapan, Samudra mengantar Kiara dan Cantika ke sekolah. Seperti permintaannya kemarin, hari ini Kiara mendampingi Cantika lomba. Semalam dia juga sudah izin pada kepala sekolah tempatnya mengajar kalau hati ini tidak bisa masuk karena ada kepentingan mendesak.

Memang Kiara tidak mengatakan kalau dirinya sudah menikah karena menurutnya tidak perlu. Toh pernikahannya baru nikah siri saja. Prosesnya yang mendadak tidak sempat mengurus surat-surat ke KUA. Samudra menjanjikan akan mengurusnya nanti dan Kiara harap lelaki itu tidak lupa.

Meskipun pernikahan ini tidak diharapkan, tapi baginya tidak ada pernikahan main-main. Prinsipnya menikah hanya sekali seumur hidup.

Sepanjang jalan menuju sekolah, Cantika tampak ceria. Wajahnya berseri-seri. Sesekali dia menyanyi lalu mengomentari apapun yang dia lihat di jalan. Hanya suara bocah itu yang mendominasi dan sesekali Kiara menanggapi.

"Sudah sampai!" ucap Samudra datar.

Kiara langsung membuka pintu samping tanpa menunggu lelaki itu turun dan membukakannya. Wanita itu sadar diri kalau keberadaannya hanya untuk melengkapi keluarga kecil yang tumpang karena ditinggal salah satu orang penting dalam hidup mereka. Ya, Kiara hanya sebagai pengganti mama Cantika yang lebih dulu meninggalkan keluarga kecil itu.

"Yuk, Ma!" Cantika menarik tangan Kiara menuju ke kelasnya yang tampak sudah ramai dari luar. Di teras juga ada beberapa ibu-ibu yang masih berbincang.

Samudra hanya memandang kepergian Cantika dan Kiara dari dalam mobil. Tidak ada niatan lelaki itu untuk sekadar turun dan mengantar sampai depan kelas. Baginya, kebahagiaan sang buah hati yang nomor satu. Dan kini ia melihat kebahagiaan putri kecilnya itu sudah menyertai sehingga ia merasa tidak perlu terlalu dalam ikut terlibat lagi dalam mengasuh Cantika.

Ya, sejak saat ini, ia menyerahkan kebahagiaan putrinya pada wanita yang telah ia nikahi itu.

"Eh, Cantika sama siapa ini?" sapa seseibu dengan dandanan maksimal.

"Mama! Ini mamaku!" jawab Cantika ceria.

Akibat ucapannya yang lantang itu, semua yang ada di sana langsung menatap bocah dengan rambut dikucir dan berhias pita warna pink itu. Ada yang menatap Kiara dengan tatapan kagum ada juga yang menatapnya dengan tatapan sinis.

"Kamu sudah punya mama? Beneran ini mama kamu? Bukan pengasuhmu?" Entah apa yang ada dalam pikiran seseibu tersebut. Kenapa begitu tega mengatakan hal itu pada Cantika.

Kiara sendiriasih terdiam sambil mengulas senyum tipis. Membaca situasi sebelum bertindak.

"Ini mamaku! Tadi malam Mama baru aja menikah dengan papan. Iya kan, Ma?" Cantika meminta dukungan pada mamanya.

Sementara orang yang barusan berbicara menatap Kiara tak suka. Lalu tatapannya memindai penampilan Kiara dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dan kembali lagi ke ujung kepala seolah-olah sedang menilai.

"Kok bisa sih, Pak Sam yang ganteng maksimal itu menikah dengan wanita model begini? Nggak ada menarik-menariknya sama sekali," gumam wanita itu.

Sejak tadi wanita yang memakai pakaian glamour dengan make up tebal itu menatap Kiara tak suka. Sementara ibu-ibu yang lain hanya diam menyaksikan mereka.

Dalam hati Kiara terus mengucap istighfar agar tidak meladeni mulut pedasnya. Bagaimanapun dia ke sini untuk Cantika. Dia tak mau merusak kebahagiaan putrinya dengan meladeni wanita itu.

"Ya bisalah, mamaku kan baik!" Cantika memasang badan untuk membela mama sambungnya. Keberanian gadis kecil itu mendadak naik berkali-kali lipat.

Jika sebelumnya dia hanya diam saja saat di-bully karena tidak memiliki ibu, sekarang dengan adanya Kiara, gadis kecil itu menjadi lebih berani. Nampak sekali dia tengah membanggakan Kiara sebagai ibunya.

Tak berapa lama terdengar pengumuman bahwa acara lomba ibu dan anak akan segera dimulai. Semua peserta lomba diminta untuk berkumpu di aula.

"Yang sabar ya, Mbak. Bu Heni memang begitu. Dia sudah lama sekali naksir sama Pak Sam, tapi tidak pernah digubris. Mungkin dia cemburu karena Mbak ...?"

"Kiara. Panggil saja Kiara," potong Kiara.

"Ya, Mbak Kiara. Bahkan setiap hari Bu Heni akan dandan seperti itu untuk menarik perhatian Pak Sam. Sayangnya Pak Sam memang tidak tertarik padanya. Siapa juga yang mau sama wanita model begitu?" bisik wanita itu lagi.

Saat ini Kiara duduk berdampingan dengan wanita yang terlihat lebih ramah dibanding ibu-ibu lainnya. Penampilannya juga sederhana dan tidak neko-neko. Sepertinya Kiara cocok berteman dengannya nanti.

"Kenalkan, saya Yulia," wanita itu mengulurkan tangan kembali mengulas senyum.

Kiara menerima uluran itu dan tersenyum ramah. Di depan tampak seorang MC tengah membuka acara. Untuk sesaat fokus mereka teralihkan.

"Mbak Kiara berarti pengantin baru dong!" Tiba-tiba Yulia kembali berbisik.

Kiara hanya menanggapi dengan mengangguk serasa tersenyum.

"Wah, masih anget-angetnya ini. Gimana, Pak Sam pasti hot banget ya? Lihat postur tubuhnya, pasti hot." Yulia tersenyum sembari mengedipkan mata.

Kiara hanya tersenyum kikuk. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa karena semalam terlewat begitu saja. Bahkan hingga pagi, lelaki itu masih datar-datar saja.

"Tukeran nomor HP yuk! Kayaknya kita bakalan cocok!" Yulia menyodorkan ponselnya pada Kiara.

Meski agak ragu, wanita berhijab itu tetap menuliskan nomor di ponsel Yulia lalu mengembalikannya.

"Aku Miss call, ya?"

"Iya."

Kiara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu membuka kunci dengan pola yang sudah dia setting. Saat itulah sebuah pesan masuk dari nomor asing.

"Nanti saya nggak bisa jemput. Pulangnya naik taksi saja! Saya juga sudah transfer uang bulanan buatmu. Terserah mau digunakan buat apa saja. Kalau untuk kebutuhan dapur sudah diatur Mama!"

Tak berselang lama notifikasi M-banking berbunyi. Kiara membukanya dan seketika kedua matanya membelalak.

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 7

    Kiara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu membuka kunci dengan pola yang sudah dia setting. Saat itulah sebuah pesan masuk dari nomor asing."Nanti saya nggak bisa jemput. Pulangnya naik taksi saja! Saya juga sudah transfer uang bulanan buatmu. Terserah mau digunakan buat apa saja. Kalau untuk kebutuhan dapur sudah diatur Mama!" Tak berselang lama notifikasi M-banking berbunyi. Kiara membukanya dan seketika kedua matanya membelalak. ***Deretan angka dengan jumlah nol sebanyak 7 itu membuat pikiran Kiara mendadak blank. Dia memang bukan orang miskin sebelum perusahaan ayahnya bangkrut. Namun dia tidak pernah diberi uang bulanan sebanyak itu oleh sang ayah karena ayahnya senantiasa mendidik Kiara untuk menjadi gadis yang pandai bersyukur berapapun uang jajan yang diberikan. Kini baru sehari menjadi istri Samudra, lelaki itu sudah membuat rekeningnya mendadak gendut. Mahar dua miliar yang dikasih kemarin pun belum dia sentuh sama sekali. Dan sekarang dia mendapatkan 50 juta per

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 8

    "Sayang, maafin Mama ya? Mama nggak tahu kalau Cantik alergi sama kacang," ucap Kiara dengan penuh penyesalan. "Nggak papa, Mama. Cantik sudah nggak sesak nafas lagi. Yang penting Cantik sudah tahu rasanya makan es cream," jawab Cantika membuat Kiara yang menangis jadi terkekeh. "Jadi kamu mencoba meracuni anak saya?!"***"Jadi kamu mencoba meracuni anak saya? Baru sehari menjadi ibunya, dan kamu sudah berani membahayakan nyawa anak saya! Saya kecewa sama kamu!" Samudra melangkah ke depan lalu memeluk putrinya yang tengah terbaring di atas brankar. Kalau hanya diabaikan, Kiara masih bisa terima. Tapi dituduh membahayakan Cantika dan dibentak di depan para perawat membuat hatinya sangat sakit. Andai Kiara tidak ceroboh dan bertanya dulu sebelum mengajak Cantika makan di luar, pasti kejadian ini tak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa kembali seperti semula. "Maaf, Mas. Aku tidak tahu kalau Cantika alergi kacang," lirih Kiara sambil menunduk. Dadanya berg

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 9

    Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai perlahan mendekat. Spontan semua tatapan mata tertuju pada sumber suara. "Samudra, apa benar kamu sudah menikah lagi?"Semua pasang mata menatap wanita paruh baya dengan dandanan bak sosialita yang baru saja masuk tanpa salam. "Jeng Winda, sini ikut makan bersama," sambut mamanya Samudra.Wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu berdiri. Mengulas senyum terbaik untuk wanita yang pernah menjadi besannya di masa lalu. Namun sayangnya wanita seumuran tapi tampil lebih glamor itu hanya tersenyum sinis. Tatapannya justru tertuju pada Kiara yang menunduk menekuri makannya. "Apa benar Samudra sudah menikah lagi?" ulangnya dengan tatapan masih tertuju pada Kiara. "Mari duduk makan dulu, Jeng. Nanti kita bicara setelah ini." Melinda tetap kalem meski Winda tampak sedang menahan emosi. "Nggak usah basa-basi lagi, Jeng. Saya sudah dengar kalau Samudra menikah lagi. Wanita itu kan yang menggantikan posisi anak saya?" Winda melengos. Samudra

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 10

    Kiara baru saja akan berbaring ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membukanya. "Ibu.""Assalamualaikum, Bu. Bagaimana kondisi ayah?"[...]"Apa?!" Spontan tangan Kiara bergetar hingga ponselnya terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu Samudera keluar dari kamar mandi."Ada apa?" Samudra berjalan menuju ranjang. Namun sempat terhenti melihat raut wajah sang istri yang tampak shock.Kiara bergeming. Pikirannya kosong dengan bulir-bulir air mata sudah saling berebut lirih membasahi pipinya. "Hei, apa kamu tuli? Ada apa?" Pria tampan tapi dingin itu setengah membernya. Tak suka diabaikan oleh wanita yang sudah ia nikahi tersebut.Mendengar suara yang cukup nyaring membuat Kiara terlonjak. Kesadarannya pulih kembali. Namun tak berlangsung lama karena mendadak ia teringat telepon barusan. Gegas ia berdiri dan meraih tas slempang yang tergantung."Saya izin pergi dulu, Mas!" Menghiraukan pertanyaan sang suami, Kiara memasukkan ponsel yang baru saja ia pungut di lantai kendalam s

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 11

    "Cantika suka baca buku apa? Mau Mama bacakan buku cerita?" tawar Kiara. "Mau, Ma! Cantik mau cerita putri Elsa!"Baru saja hendak mengambil buku di rak, Kiara merasakan punggungnya menabrak seseorang.Spontan Kiara memekik. Lalu membalikkan badan karena merasakan sebuah tangan menahan kedua bahunya. "Ma-mas? Bu-bukannya tadi sedang tidur?" Kiara tergagap-gagap mendapat tatapan seintens itu. Menyadari posisinya yang terlalu dekat, spontan Samudra melepas tangannya membuat tubuh Kiara oleng dan hampir terjatuh. Beruntung lantai kamar ini dialasi dengan karpet bulu yang cukup tebal sehingga andai dia benar-benar jatuhpun tidak akan terlalu sakit. "Saya mau memastikan keadaan putri saya!" Jawaban singkat dan dingin itu mengakhiri kontak antara keduanya. Karena deuim berikutnya Samudra sudah melangkah menuju Canuika yang asik main ayunan. "Papa, tadi di bawah kok ada suara ribut-ribut? Siapa yang bertengkar, Pa? Bertengkar itu kan nggak baik ya, Pa? Kalau salah minta maaf aja nggak u

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 12

    "Bik, tamu yang tadi apa ... masih ada di bawah?" tanya Kiara ragu-ragu.Bibik melirik Cantika yang asik dengan mainan di tangannya. "Sudah pergi, Mbak. Baru saja. Tapi ...""Tapi?" potong Kiara."Tapi beliau pergi sambil terus mengumpat. Kayaknya masih belum terima," ucapnya. Sedetik kemudian ia menutup mulut dengan tangannya. "Maafkan bibik, Mbak Kia. Duh, mulut ini suka keceplosan!" Setelah mengatakan itu buru-buru bibik pergi karena takut ditanya lebih banyak lagi oleh Kiara. Setelah menyuapi Cantika, Kiara keluar kamar putrinya. Tepat saat tangannya hendak membuka hendel pintu kamar, sebuah tangan kekar juga melakukan hal yang sama. Alhasil kini tangan Kiara digenggam oleh tangan pria tersebut. Keduanya spontan saling tatap hingga menyebabkan sengatan listrik yang membuat tubuh keduanya menegang."Maaf," ucap Kiara kikuk. Wanita itu segera menggeser tubuhnya dari depan pintu, memberi akses pada Samudra untuk masuk lebih dulu. Sesampainya di k

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 13

    "Kalian kompak sekali," puji Melinda.Kiara duduk di sebelah Samudra. Sedangkan di sebelah kirinya Cantika yang tidak mau jauh-jauh darinya. "Pagi semuanya!" Tiba-tiba seorang gadis dengan pakaian glamour masuk dan bergabung dengan mereka seolah-olah sudah terbiasa melakukannya. Wanita itu langsung duduk di samping Samudra seperti sudah terbiasa. Mendadak suasana menjadi hening. Melinda menatap wanita itu dan Kiara bergantian. Sedangkan Samudra tetap cuek seperti sebelumnya. "Kenapa Tante selalu datang ke sini? Emang di rumah Tante tidak ada sarapan ya?" tanya Cantika. Wajah bocah itu tidak bersahabat. Tatapannya tajam seolah ingin mengintimidasi wanita tersebut. Namun dengan wajahnya yang kecil itu justru membuatnya terlihat makin menggemaskan. "Sayang, Tante ke sini untuk menemani Cantika. Katanya Cantika mau ikut lomba, jadi Tante sengaja datang untuk mengantar Cantika," jawab wanita itu lembut. Lebih tepatnya dibuat lembut. "Cantika nggak m

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 14

    Wanita kelahiran Solo itu memejamkan mata sejenak sembari menarik nafas panjang. Setelah mampu menguasai diri ia mengetuk pintu dua kali."Masuk!" Suara bariton itu serupa lonceng kematian baginya. Dengan tangan gemetar Kiara membuka pintu tersebut. Sebuah tatapan tajam langsung menyambut kedatangannya. Namun yang lebih mencengangkan lagi adalah keberadaan seseorang yang dikenalnya duduk di sana sambil menatapnya juga."Silakan duduk, Bu Kia!" Pria berusia awal tiga puluh tahunan yang sangat disegani seluruh guru dan murid itu menatap Kiara dengan tatapan yang sulit diartikan.Jika biasanya Pak Arsel-panggilan untuk kepala sekolah-selalu bersikap ramah dan murah senyum pada Kiara, kali ini berbeda. Pria itu tampak dingin dan tegas. Membuat tubuh Kiara yang sudah diliputi kecemasan mendadak semakin menggigil. Terlebih di sofa yang berhadapan dengan Arsel duduk pria yang sejak tadi membuatnya jengkel karena ditinggal sendirian di sekolah putrinya. "Te-terima

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 85

    Melinda menatap mantan besan dan putrinya dengan tatapan datar. Sejak tadi dia sudah mendengar perdebatan mereka. Hanya saja, ia tak mau ikut campur ketika melihat Samudera sudah turun tangan untuk membela istrinya. "Be-besan, ma-maaf kami pamit pulang dulu. Ada acara penting yang harus kami hadiri," ucap wanita paruh baya yang semula berapi-api itu. Namun setelah diingatkan akan status kepemilikan rumah yang ia tempati, keberaniannya mendadak surut, dan kinj berubah seperti kerupuk tersiram air. Bahkan suaranya yang tadinya lantang menghina Kiara, mendadak jadi gagap. Wajahnya pun berubah pias."Baiklah, kalau begitu. Saya harap ini terakhir kalinya kalian mengganggu dan menghina menantu saya," ujar Melinda datar. Mantan besan itu langsung menunduk. Tentu saja dia sungkan karena Melinda tidak pernah bersikap demikian selama menjadi besan. Namun kali ini, semua berubah gara-gara perbuatannya sendiri dan putrinya. Entah, ke depan hubungan mereka dengan keluarga Samudra masih bisa di

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 84

    Kiara berusaha menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang imam. Dia tak mau mengingatkan masa kelam itu di saat sedang bahagia. Melihat binar di wajah Cantika membuat Kiara merasa bersalah karena sempat berandai-andai. Bukankah masih ada banyak waktu untuk berusaha membuatkan adik untuk Cantika lagi?Seketika wajah wanita berhijab itu bersemu merah membayangkan apa yang ia pikirkan barusan. Sebuah elusan di puncak kepala kembali menarik Kiara ke dunia nyata. "Kenapa? Apa ada masalah, Sayang?" tanya Samudra.Lelaki tampan itu tak ingin membuat Kiaranya kembali bersedih setelah apa yang ia perjuangkan. Ia sudah berjanji dalam hati untuk selalu membahagiakan keluarga kecilnya. Cukup sudah ia kehilangan bayinya dan senyum Kiara. Kini dirinya tak mau lagi kehilangan senyum wanita yang sudah menghuni seluruh ruang hatinya itu untuk ke sekian kalinya. Kesempatan yang diberikan oleh sang bidadari hati tak boleh dia sia-siakan begitu saja terlebih setelah tahu kalau sahabat dekatnya adalah m

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 83

    Tanpa Vino sadari Samudra diam-diam mengikutinya. Dia sudah mendengar semua percakapan antara Vino dengan Melisa yang seolah ingin menusuk dirinya dari belakang dengan cara bernegosiasi. Entah apa yang diinginkan Vino sampai-sampai lelaki yang sudah dianggap sahabatnya itu tega melakukan negosiasi dengan penjahat yang jelas-jelas sudah merusak rumah tangganya.Mendengar teriakan Samudra Vino langsung mundur dan memasang wajah datar kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelum ini. Pria itu menatap sahabatnya dengan tatapan misterius. "Penjahat sepertimu tidak akan pernah mendapatkan kebebasan dari sini karena di sinilah tempat yang cocok untukmu!" ucap Samudra tajam kepada Melisa. "Samudra kamu salah paham. Please keluarkan Aku dari sini. Kamu tahu kan aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu. Aku nggak mau kehilangan kamu, Samudra. Tolong bebaskan aku dari tempat terkutuk ini!" Melisa menatap Samudra dengan tatapan memohon. Wanita itu benar-benar merendahkan harg

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 82

    Melisa mengamuk saat dirinya diseret ke kantor polisi. Semua bukti-bukti kejahatan yang pernah ia lakukan tak bisa ia tampik. Samudra menyerahkan urusan Melisa pada kuasa hukumnya yang selama ini sudah ia percaya. Semua bukti-bukti jelas memberatkan Melisa dan itu membuatnya tak bisa lolos meskipun kakak kandungnya berusaha untuk menjamin. Melisa seperti orang kesetanan ketika dia harus mendekam di balik jeruji besi dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tak ada spring bed atau fasilitas mewah lainnya seperti yang biasa ia dapatkan. Di sini ia diperlakukan sama dengan para narapidana lainnya meskipun dirinya mantan model terkenal. Bahkan kedatangannya disambut dengan hardikan dan semua mohon oleh penunggu lapas yang sudah lama di sini. Melisa mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para senior penghuni lapas. "Berisik! bisa diam tidak?" hardik seorang wanita dengan rambut dipotong cepak dan tato hampir memenuhi seluruh tubuhnya. Dibentak seperti itu Melisa tidak terima. Wan

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 81

    Melisa sudah mirip seperti orang yang sedang kesetanan. Baju pengantin yang ia kenakan menambah tanda tanya di benak orang-orang yang hadir pada pesta tersebut. Dia memang sudah gila. Dengan percaya diri datang mengenakan gaun pengantin berharap bisa memengaruhi keluarga besar Samudra dan para tamu kalau dirinyalah pengantin perempuan yang seharusnya bersanding di pelaminan, bukan Kiara. Namun karena ketidaksabarannya, niat itu kandas dan berakhir dirinya digelandang para security ke pos keamanan. Tak hanya gagal memengaruhi keluarga besar Samudra dan para tamu undangan, Melisa juga harus menanggung malu.Sementara para tamu undangan saling berbisik melihat kedatangan Melisa dengan gaun pengantin. Terlebih kedatangannya disertai dengan kegaduhan. Berita tentang Melisa yang diboikot oleh banyak industri hiburan sudah menyebar ke mana-mana. Juga klarifikasi bantahan oleh Samudra jika dirinya tidak memiliki hubungan khusus dengan Melisa juga sempat menggegerkan publik. Pasalnya selama i

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 80

    "Halo!""Selamat atas kehancuranmu, Marco Erlando. Selamat menyemai apa yang sudah kau tabur. Dalam hitungan 1x24 jam, kamu akan melihat apa yang akan kau dapat dari hasil kejahatanmu.""Omong kosong! Siapa ini? Jangan coba-coba menerorku ya!"Namun belum juga Marco selesai memuntahkan amarahnya, sambungan sudah diputus. Pria itu mencoba menghubungi kembali nomor asing tersebut tapi sudah tidak aktif. "S*al! Siapa yang berani mengancamku seperti ini? Dia kira mudah menghancurkanku, hah?" Rahang pria itu mengetat.Namun di saat amarahnya sedang meluap-luap, ponselnya kembali berdering. Tanpa melihat siapa yang menelpon, pria itu langsung marah-marah."Jangan jadi pengecut! Siap-""Pak Marco, investor dari Bina Sanjaya mencabut kerjasamanya dengan kita. Lalu PT. Pambudi Raharja juga membatalkan kontrak kerja sama dengan kita. Harga saham perusahaan kita juga mendadak turun, Pak!""Apa?!"Marco langsung melihat apa yang dikirim oleh asistennya via email. Berita yang baru saja ia dengar

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 79

    Samudra menggiring ibu dan anaknya untuk sesikit menjauh dari Kiara agar tidurnya tidak terganggu. Di saat yang bersamaan, seorang pria berpakaian khas dokter dan menggunakan masker masuk dan segera mendekati Kiara. Ketiga orang penunggu itu tidak mencurigai apapun bahkan setelah sosok dokter menyuntikkan sesuatu pada selang infus. Sebelum tubuh Kiara bereaksi.Sesaat setelah dokter itu keluar tubuh Kiara kejang-kejang. Samudra langsung berteriak memanggil manggil nama sang istri sementara Melinda meskipun panik dia langsung memencet tombol darurat sehingga beberapa perawat dan dokter langsung berlarian masuk."Apa yang terjadi, kenapa bisa seperti ini?" tanya dokter yang merawat Kiara, bukan dokter yang baru menyuntikkan obat pada selang infus."Barusan seorang dokter masuk dan menyuntikkan obat di selang infus istri saya, Dok.n tak berselang lama setelah dokter itu keluar tubuh biar langsung kejang-kejang," jawab Samudra."Dokter?" Dokter itu tampak kebingungan. Pasalnya dia tidak

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 78

    "Tapi-tapian, Bos. Bayaran saya mana?"Seketika kedua mata pria bertato naga itu menatap tajam dengan wajah memerah. "Masih berani minta bayaran atas kegagalanmu itu? Apa di otakmu itu isinya cuma duit, duit, duit aja?!"Kalau bukan karena terpaksa, tentu pria itu sudah pergi dari tadi. Dibentak-bentak dan dihina tentu membuat ego dan harga dirinya terlukai. Namun sebagai anak buah, harga dirinya sudah sirna sejak awal. Tiba-tiba datang seorang wanita cantik dengan penampilan asal-asalan. Namun tetap saja terlihat cantik."Kakak, aku dengar dia sudah tertangkap ya? Mana, aku mau melakukan sesuatu padanya!" ***’Wanita yang tak lain adalah Melisa, menatap pria beranting yang sudah babak-belur dan hampir tak bisa dikenali oleh ulah kakaknya. "Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia terlihat menyedihkan? Atau malah sudah gila?" Marco, kakak Melisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah adiknya yang makin hari makin aneh. Obsesinya pada Samudra membuat akal sehat adik semata wayangnya

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 77

    Vino segera menyuruh anak buahnya untuk membekap mulut pria itu agar tidak berteriak. Lalu dengan langkah lebar ia pergi meninggalkan gudang tak terpakai tempat penyekapan menuju rumah sakit di mana Kiara sedang di tangan saat ini.Menyetir mobil dengan sangat ugal-ugalan karena emosi yang masih membara di dalam dada. Beberapa pengendara lain membunyikan klakson karena cara mengendara Vino yang membuat pengendara lain spot jantung."Hei, Lo pikir ini jalan nenek moyang Lo? Kalau mau celaka jangan ngajak-ngajak dong!" teriak salah satu pengendara yang terpaksa harus banting setir ke kiri karena Vino menyalip dan dari arah berlawanan ada sebuah truk besar. Meski sudah dimaki-maki, Vino tetap melaju dengan kencang. Tak ia pedulikan teriakan-teriakan itu. Baginya sekarang sampai di rumah sakit jauh lebih penting karena dia belum tahu keadaan Kiara. Kekhawatiran pria itu pada istri sahabatnya lebih dominan dari kemarahannya pada dalang penculikan Kiara. Perputaran roda mobil terhenti set

DMCA.com Protection Status