Share

Bab 5

Penulis: Cahaya Asa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-15 10:11:56

Kiara terlonjak mendengar ucapan dingin lelaki yang baru saja menjadi suaminya. Jantungnya berdebar kencang ketika sorot mata pria tersebut seperti menembus tubuhnya. Langkah kaki Kiara terasa sangat berat. Tentu saja karena ini adalah malam pertama mereka. Bayangan ritual malam pertama dengan pria yang baru dikenalnya itu membuat aliran darah Kiara perpacu deras bersamaan keringat dingin yang mengucur di seluruh pori-pori kulitnya.b

"Ma-maaf, Tuan saya harus menidurkan Cantika dulu," cicit Kiara.

Suaranya tersangkut di tenggorokan sehingga lebih mirip seperti kucing sedang terjepit. Kiara melangkah masuk dengan kaki gemetar. Ditambah lagi pandangan pria itu terus mengikuti setiap pergerakan Kiara.

Saat Kiara tengah kebingungan hendak melakukan apa, tiba-tiba pria dingin itu melempar bantal dan selimut padanya.

"Kamu tidur di sofa!" ucap Samudra dingin.

"Tap-"

"Kita menikah karena Cantika. Saya lihat dia sangat menyayangimu. Dia juga menjadi lebih ceria setelah bertemu denganmu, jadi saya harap kamu paham dengan situasi ini," lanjut Samudra.

Kiara menghela nafas panjang. Tidak menyangka pernikahannya akan berjalan seperti ini. Tidak ada malam pertama yang indah layaknya pengantin baru sesungguhnya. Kiara harus menerima keadaan ini demi keluarganya. Ya, dia menerima pernikahan ini juga bukan karena cinta melainkan karena tawaran menggiurkan dari sosok yang sudah menghalalkan dirinya tersebut.

Demi bisa membayar biaya rumah sakit sang ayah, juga untuk mempertahankan rumah agar tidak terjual, Kiara rela menikah dengan pria yang tidak dicintai. Namun dia sama sekali tidak pernah berpikir jika dirinya tidak dianggap sebagai istri oleh suaminya.

"Memangnya apa yang sedang kamu harapkan, Kiara? Lelaki itu butuh mama untuk putri kesayangannya. Dan kamu butuh uang untuk kelangsungan hidup keluargamu. Bukankah itu adalah kesepakatan yang bagus? Jangan pernah menuntut lebih," batin Kiara memperingatkan dirinya sendiri.

Dengan senyum tipis, Kiara menerima bantal dan selimut itu. Lalu berjalan menuju sofa untuk membaringkan tubuhnya yang terasa pegal. Beberapa hari ini dia sudah bekerja keras. Dan sekarang ia merasakan tubuhnya sangat letih.

"Kamu mau tidur dengan pakaian seperti itu?" Suara bariton Samudra menghentikan gerakan Kiara.

Wanita berhijab itu menatap dirinya sendiri lalu mendesah pelan. Saking sibuknya memikirkan situasi yang terjadi saat ini, Kiara sampai lupa masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang ia pakai saat ijab kabul di rumah sakit tadi.

Tak mau membuat suaminya ilfeel, Kiara segera bangkit menuju tas yang teronggok di sudut ruangan. Hanya ras ransel berisi dua setelah baju karena dia tak sempat untuk membawa lebih dari itu. Semua serba dadakan dan tak ada waktu untuk mempersiapkan semuanya.

Samudra tampak sibuk membalas email dari gawainya ketika Kiara keluar kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Aroma sabun mandi menguar memenuhi indera penciumannya. Bohong jika Samudra tidak mngagumi wajah cantik alami Kiara. Hanya saja dia bukan tipe pria yang mudah tertarik pada wanita.

Lima tahun menduda nyatanya tidak membuat Samudra yang tampan dan sukses menjadi petualang perempuan. Atau seperti pria-pria kaya di luaran sana yang akan membeli wanita sekadar untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.

"Ma-maaf, Mas arah kiblatnya sebelah mana ya?" tanya Kiara.

Samudra tergeragap. Dalam hati merutuki kebodohannya yang telah mengagumi wajah sang istri.

"Ya itu sudah benar. Posisimu sekarang sudah menghadap kiblat," jawab Samudra datar.

Kiara lalu menunaikan shalat isya' yang tertunda. Dalam doanya ia selipkan permintaan agar pernikahannya ini sakinah mawadah warahmah. Meskipun pernikahan ini dilakukan bukan atas dasar cinta, tapi bagi Kiara pernikahan tetap harus dijaga sampai maut memisahkan.

Selesai shalat, gadis itu melanjutkan dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Suaranya ia buat sepelan mungkin agar tidak menggangu suaminya yang mungkin sudah tertidur.

Tak bisa dipungkiri, ada sesuatu yang menenangkan menyusup dalam sanubari Samudra. Hanya saja dia memilih diam sambil menikmati lantunan ayat-ayat itu. Sudah cukup lama lelaki bergelar ayah itu melupakan kewajibannya sebagai hamba. Dia sibuk dengan urusan dunia dan cara membahagiakan putri semata wayangnya.

Kini kehadiran Kiara dalam hidupnya sedikit banyak membantu Samudra mengurangi beban sebagai orang tua tunggal. Putri tunggalnya itu adalah prioritas utama dalam hidup. Namun ia tak paham cara membahagiakan buah hatinya kecuali dengan memenuhi seluruh kebutuhan hidup dengan kemewahan. Belakangan ia sadar bahwa yang dibutuhkan Cantika bukan hanya kemewahan, tapi kasih sayang dari orang tua yang lengkap.

"Sudah cukup beribadahnya. Tidurlah, karena mulai besok tugasmu sebagai seorang ibu dimulai. Jangan sampai Cantika kecewa memiliki mama yang tidak perhatian padanya!" ujar Samudra bersamaan dengan ayat terakhir yang dibaca Kiara.

Wanita itu menoleh sekilas lalu mengangguk begitu saja. Sebagai istri baru, tentu Kiara harus belajar memahami karakter suaminya.

"Iya, Tuan."

"Sampai kapan kamu memanggilku dengan sebutan itu? Berasa menikah dengan pembantu saja!" Aura dingin mendadak menguar di dalam ruangan serba hitam itu.

"Ma-maaf, Ma-mas," lirih Kiara kikuk.

"Satu lagi, berhenti mengucap maaf!" Setelah mengatakan hal itu Samudra meletakkan ponselnya di nakas lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Kiara yang masih terpaku di tempatnya.

Kiara hanya bisa menghela nafas panjang dengan sikap suaminya. "Ini baru permulaan, Kiara. Kamu harus kuat," batinnya.

***

"Selamat pagi cantiknya Mama," bisik Kiara di samping telinga Cantika yang masih tertidur pulas.

Mendengar suara lembut dari Mama barunya, Cantika mengerjap-ngerjapkan matanya. Seketika senyumnya mengembang melihat wanita yang ia sayangi sudah ada di sampingnya.

"Mama! Ini beneran ya? Berarti Cantika nggak mimpi punya Mama baru?" Gadis kecil itu langsung melompat dalam pelukan Kiara.

"Iya, Sayang. Ini bukan mimpi. Mandi yuk! Katanya mau ikut lomba," ucap Kiara sembari menjawil hidung Cantika yang mancung seperti papanya.

"Tapi dimandiin Mama ya?" Kedua bola mata Cantika berbinar-binar memandang Kiara yang begitu dekat.

Gadis itu bahkan tidak mau melepas tangannya dari leher Kiara seolah takut ditinggal pergi. Tak hanya itu, Cantika juga menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Kiara yang tertutup khimar.

"Mama wangi," celetuk Cantika sembari terus mengendus-endus Kiara membuat gadis berhijab itu kegelian sendiri.

Tanpa mereka ketahui, dibalik pintu yang terbuka sedikit ada sosok yang mengamati dari tadi. Melihat kedekatan buah hati dengan mama barunya itu membuat hati Samudra menghangat.

"Mama senang akhirnya Cantika bisa tersenyum lagi," ujar Melinda yang entah sejak kapan juga sudah berdiri di ambang pintu. Tangan wanita paruh baya itu mengelus bahu putranya.

"Dia wanita yang baik. Jangan sia-siakan dia apapun alasan kamu menikahinya," bisik Melinda lalu pergi meninggalkan Samudra yang masih betah di tempatnya.

Entah terbuat apa hati pria itu. Meski sudah nampak di depan mata sang buah hati begitu bahagia bersama Kiara, tapi hatinya masih belum bisa menerima wanita itu. Tak ada getaran saat mata saling bertatap. Tak ada sengatan saat kulit saling bersentuhan. Meski hanya sekali saat bersalaman setelah ijab qabul kemarin.

"Papa!" Samudra urung membalikkan badan saat suara putrinya memanggil.

"Sini masuk! Lihat Mama menguncir rambut cantik! Bagus nggak, Pa?" Gadis kecil itu meminta pendapat papanya atas penampilan barunya.

"Iya, bagus. Cantika selalu cantik dalam kondisi apapun," jawab Samudra datar.

"Kalau Mama cantik nggak, Pa?"

Spontan sepasang pengantin baru itu saling tatap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 6

    "Papa!" Samudra urung membalikkan badan saat suara putrinya memanggil."Sini masuk! Lihat Mama menguncir rambut cantik! Bagus nggak, Pa?" Gadis kecil itu meminta pendapat papanya atas penampilan barunya. "Iya, bagus. Cantika selalu cantik dalam kondisi apapun," jawab Samudra datar. "Kalau Mama cantik nggak, Pa?" Spontan sepasang pengantin baru itu saling tatap. ***"Kalau Mama cantik nggak, Pa?" tanya Cantika dengan mata berbinar-binar. Samudra melirik Kiara sekilas, laluengelus puncak kepala sang buah hati. "Mama masih kalah cantik dengan putri Papa. Karena putri Papa ini nggak ada tandingannya," jawab Samudra lembut. Berbeda sekali ketika berbicara dengan orang lain, termasuk Kiara. Samudra akan menunjukkan sisi lain yang berbeda pada putri semata wayangnya. Tak ada sakit hati pada diri Kiara karena dia tahu bahwa Samudra mengatakan itu untuk menyenangkan hati putrinya. Dirinya pun tak merasa kecewa dikatakan kalah cantik dengan bocah yang kini menjadi putri sambungnya itu ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 7

    Kiara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu membuka kunci dengan pola yang sudah dia setting. Saat itulah sebuah pesan masuk dari nomor asing."Nanti saya nggak bisa jemput. Pulangnya naik taksi saja! Saya juga sudah transfer uang bulanan buatmu. Terserah mau digunakan buat apa saja. Kalau untuk kebutuhan dapur sudah diatur Mama!" Tak berselang lama notifikasi M-banking berbunyi. Kiara membukanya dan seketika kedua matanya membelalak. ***Deretan angka dengan jumlah nol sebanyak 7 itu membuat pikiran Kiara mendadak blank. Dia memang bukan orang miskin sebelum perusahaan ayahnya bangkrut. Namun dia tidak pernah diberi uang bulanan sebanyak itu oleh sang ayah karena ayahnya senantiasa mendidik Kiara untuk menjadi gadis yang pandai bersyukur berapapun uang jajan yang diberikan. Kini baru sehari menjadi istri Samudra, lelaki itu sudah membuat rekeningnya mendadak gendut. Mahar dua miliar yang dikasih kemarin pun belum dia sentuh sama sekali. Dan sekarang dia mendapatkan 50 juta per

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 8

    "Sayang, maafin Mama ya? Mama nggak tahu kalau Cantik alergi sama kacang," ucap Kiara dengan penuh penyesalan. "Nggak papa, Mama. Cantik sudah nggak sesak nafas lagi. Yang penting Cantik sudah tahu rasanya makan es cream," jawab Cantika membuat Kiara yang menangis jadi terkekeh. "Jadi kamu mencoba meracuni anak saya?!"***"Jadi kamu mencoba meracuni anak saya? Baru sehari menjadi ibunya, dan kamu sudah berani membahayakan nyawa anak saya! Saya kecewa sama kamu!" Samudra melangkah ke depan lalu memeluk putrinya yang tengah terbaring di atas brankar. Kalau hanya diabaikan, Kiara masih bisa terima. Tapi dituduh membahayakan Cantika dan dibentak di depan para perawat membuat hatinya sangat sakit. Andai Kiara tidak ceroboh dan bertanya dulu sebelum mengajak Cantika makan di luar, pasti kejadian ini tak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa kembali seperti semula. "Maaf, Mas. Aku tidak tahu kalau Cantika alergi kacang," lirih Kiara sambil menunduk. Dadanya berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 9

    Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai perlahan mendekat. Spontan semua tatapan mata tertuju pada sumber suara. "Samudra, apa benar kamu sudah menikah lagi?"Semua pasang mata menatap wanita paruh baya dengan dandanan bak sosialita yang baru saja masuk tanpa salam. "Jeng Winda, sini ikut makan bersama," sambut mamanya Samudra.Wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu berdiri. Mengulas senyum terbaik untuk wanita yang pernah menjadi besannya di masa lalu. Namun sayangnya wanita seumuran tapi tampil lebih glamor itu hanya tersenyum sinis. Tatapannya justru tertuju pada Kiara yang menunduk menekuri makannya. "Apa benar Samudra sudah menikah lagi?" ulangnya dengan tatapan masih tertuju pada Kiara. "Mari duduk makan dulu, Jeng. Nanti kita bicara setelah ini." Melinda tetap kalem meski Winda tampak sedang menahan emosi. "Nggak usah basa-basi lagi, Jeng. Saya sudah dengar kalau Samudra menikah lagi. Wanita itu kan yang menggantikan posisi anak saya?" Winda melengos. Samudra

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 10

    Kiara baru saja akan berbaring ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membukanya. "Ibu.""Assalamualaikum, Bu. Bagaimana kondisi ayah?"[...]"Apa?!" Spontan tangan Kiara bergetar hingga ponselnya terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu Samudera keluar dari kamar mandi."Ada apa?" Samudra berjalan menuju ranjang. Namun sempat terhenti melihat raut wajah sang istri yang tampak shock.Kiara bergeming. Pikirannya kosong dengan bulir-bulir air mata sudah saling berebut lirih membasahi pipinya. "Hei, apa kamu tuli? Ada apa?" Pria tampan tapi dingin itu setengah membernya. Tak suka diabaikan oleh wanita yang sudah ia nikahi tersebut.Mendengar suara yang cukup nyaring membuat Kiara terlonjak. Kesadarannya pulih kembali. Namun tak berlangsung lama karena mendadak ia teringat telepon barusan. Gegas ia berdiri dan meraih tas slempang yang tergantung."Saya izin pergi dulu, Mas!" Menghiraukan pertanyaan sang suami, Kiara memasukkan ponsel yang baru saja ia pungut di lantai kendalam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 11

    "Cantika suka baca buku apa? Mau Mama bacakan buku cerita?" tawar Kiara. "Mau, Ma! Cantik mau cerita putri Elsa!"Baru saja hendak mengambil buku di rak, Kiara merasakan punggungnya menabrak seseorang.Spontan Kiara memekik. Lalu membalikkan badan karena merasakan sebuah tangan menahan kedua bahunya. "Ma-mas? Bu-bukannya tadi sedang tidur?" Kiara tergagap-gagap mendapat tatapan seintens itu. Menyadari posisinya yang terlalu dekat, spontan Samudra melepas tangannya membuat tubuh Kiara oleng dan hampir terjatuh. Beruntung lantai kamar ini dialasi dengan karpet bulu yang cukup tebal sehingga andai dia benar-benar jatuhpun tidak akan terlalu sakit. "Saya mau memastikan keadaan putri saya!" Jawaban singkat dan dingin itu mengakhiri kontak antara keduanya. Karena deuim berikutnya Samudra sudah melangkah menuju Canuika yang asik main ayunan. "Papa, tadi di bawah kok ada suara ribut-ribut? Siapa yang bertengkar, Pa? Bertengkar itu kan nggak baik ya, Pa? Kalau salah minta maaf aja nggak u

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 12

    "Bik, tamu yang tadi apa ... masih ada di bawah?" tanya Kiara ragu-ragu.Bibik melirik Cantika yang asik dengan mainan di tangannya. "Sudah pergi, Mbak. Baru saja. Tapi ...""Tapi?" potong Kiara."Tapi beliau pergi sambil terus mengumpat. Kayaknya masih belum terima," ucapnya. Sedetik kemudian ia menutup mulut dengan tangannya. "Maafkan bibik, Mbak Kia. Duh, mulut ini suka keceplosan!" Setelah mengatakan itu buru-buru bibik pergi karena takut ditanya lebih banyak lagi oleh Kiara. Setelah menyuapi Cantika, Kiara keluar kamar putrinya. Tepat saat tangannya hendak membuka hendel pintu kamar, sebuah tangan kekar juga melakukan hal yang sama. Alhasil kini tangan Kiara digenggam oleh tangan pria tersebut. Keduanya spontan saling tatap hingga menyebabkan sengatan listrik yang membuat tubuh keduanya menegang."Maaf," ucap Kiara kikuk. Wanita itu segera menggeser tubuhnya dari depan pintu, memberi akses pada Samudra untuk masuk lebih dulu. Sesampainya di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 13

    "Kalian kompak sekali," puji Melinda.Kiara duduk di sebelah Samudra. Sedangkan di sebelah kirinya Cantika yang tidak mau jauh-jauh darinya. "Pagi semuanya!" Tiba-tiba seorang gadis dengan pakaian glamour masuk dan bergabung dengan mereka seolah-olah sudah terbiasa melakukannya. Wanita itu langsung duduk di samping Samudra seperti sudah terbiasa. Mendadak suasana menjadi hening. Melinda menatap wanita itu dan Kiara bergantian. Sedangkan Samudra tetap cuek seperti sebelumnya. "Kenapa Tante selalu datang ke sini? Emang di rumah Tante tidak ada sarapan ya?" tanya Cantika. Wajah bocah itu tidak bersahabat. Tatapannya tajam seolah ingin mengintimidasi wanita tersebut. Namun dengan wajahnya yang kecil itu justru membuatnya terlihat makin menggemaskan. "Sayang, Tante ke sini untuk menemani Cantika. Katanya Cantika mau ikut lomba, jadi Tante sengaja datang untuk mengantar Cantika," jawab wanita itu lembut. Lebih tepatnya dibuat lembut. "Cantika nggak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 95

    Pagi ini ada yang berbeda dengan Kiara. Jika biasanya sepagi ini ia sibuk menyiapkan putrinya untuk berangkat sekolah dengan membuatkan bekal makan yang lezat dengan bentuk yang unik, kali ini wanita itu meminta bibik untuk menggantikan tugasnya. Bukan karena sudah tak mau lagi menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Hanya saja semenjak sang suami memberinya tugas di kantor untuk menjadi seorang CFO, dia tak memiliki banyak waktu luang di rumah. Selain bekerja, Kiara diwajibkan untuk belajar secara privat agar bisa menjalankan tugasnya. Beruntung Kiara termasuk seorang pembelajar dan pengingat yang baik. Sehingga dia tidak kesulitan salam memahami setiap materi yang diberikan.Dan saat ini, Kiara sudah siap dengan gamis warna mocca dipadu blazer hitamnya. Tampak anggun dan berkelas meskipun memakai pakaian syar'i. Di depan cermin, Kiara berdiri mengamati pantulan tubuhnya yang tampak berbeda. Samudra tersenyum menatap sang istri penuh cinta. Perlahan pria itu mendekat lalu meling

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 94

    "Kenapa aku harus ikut? Apa Mas nggak takut keberadaanku justru mengganggu pekerjaan Mas?" Tak mudah tersenyum penuh makna. Sudah ada kejutan yang ia siapkan di kantor untuk menyambut kedatangan sang istri. Melihat suaminya hanya senyum-senyum wanita itu tak tahan lalu mencubit lengan sang suami. "Mas, aku serius bertanya. Kenapa malah senyum-senyum nggak jelas?" Ingin rasanya Kiara menjitak kepala suaminya adik iya tak takut dosa. Sungguh saat ini ia merasa suaminya begitu misterius. Tidak lebih tepatnya sejak dua hari yang lalu. Setelah mobil terparkir sempurna pasangan suami istri itu keluar dan berjalan dengan elegan menuju kantor yang begitu menjulang. Anehnya Kiara merasa kondisi kantor terasa tidak biasa. Dalam hati ia bertanya kenapa jam segini masih sangat sepi bahkan tidak ada seorangpun yang terlibat di lobi. Belum hilang rasa penasaran Kiara tiba-tiba dia mendengar derap langkah yang saling bersahutan dari balik lift yang tiba-tiba terbuka. Kiara menutup mulutnya den

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 93

    Pagi-pagi sekali di kediaman Samudra sudah terjadi keributan lantaran Cantika masih ngambek karena belum bisa melihat papa dan mamanya. Gadis kecil itu terus membuat ulah sampai pengasuh yang biasa membantunya kewalahan."Gak mau! Cantik nggak mau mandi kalau nggak sama mama!" teriak gadis kecil itu sambil melempar bantal serta bonekanya hingga berserakan di lantai. "Oma bohong! Katanya mama akan pulang tapi kenapa sampai sekarang belum datang juga?" Suara Cantika makin melemah karena kelelahan. Melinda menghela nafas panjang menyaksikan cucu kesayangan tampak begitu rapuh menunggu kehadiran menantunya, Kiara. Sebenarnya bisa saja wanita paruh baya itu langsung menghubungi Mama sambung Cantika tapi dia tidak melakukannya karena ada niat berselubung. Mumpung ada kesempatan mereka bisa keluar berduaan maka tak ingin menyia-nyiakan. Dia sangat yakin Kiara akan bertahan jika sudah hamil.Walaupun saat ini gadis yang dinikahi secara dadakan oleh putra semata wayangnya itu sudah memaafkan

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 92

    Aroma masakan menguar hingga memenuhi rongga hidung wanita cantik yang masih terbaring di atas kasur. Kedua matanya perlahan membuka seiring dengan perutnya yang berbunyi. Kiara menoleh ke kanan dan sebuah senyum menyambutnya. Samudra menatap sang istri dengan mata berbinar. Posisinya yang menghadap Sanga istri dengan tangan menyangga kepala dan siku sebagai tumpuan. Kiara mengerjap-ngerjapkan matanya. Mendadak bayangan peristiwa beberapa jam lalu berputar bak film di benaknya membuat pipi putihnya memerah karena malu. Terlebih saat ini sang suami tengah menatapnya begitu intens. "Ma-mas?" ucapnya terbata-bata.Samudra tersenyum lalu menyelipkan helaian rambut sang istri ke belakang telinga. "Nyenyak sekali boboknya. Sampai-sampai aku mengira tengah bersama putri tidur," ujar lelaki itu. Kiara memukul dada bidang suaminya dengan pukulan yang lebih terasa seperti elusan bagi Samudra. Setelah beberapa menit menggoda sang istri, Lelaki berhidung mancung itu membuka selimut hingga tub

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 91

    "Kita butuh waktu berdua untuk membuatkan adik Cantika. Kalau di rumah terus, adik pesanan Cantika nggak akan pernah terbentuk," bisik Samudra membuat wajah Kiara memanas. Lelaki itu tersenyum nakal ketika sudah memasuki suit room yang begitu mewah. Dengan menggunakan satu kaki, ia mendorong pintu hingga tertutup dan terkunci otomatis. Sedangkan tangan pria itu tak mau lepas dari pinggang ramping sang istri. Tatapan mereka saling beradu dengan deru nafas saling berlomba. Kiara tahu bagaimana cara meredam api cemburu yang sempat membakar dada lelaki yang telah menghalalkannya itu akibat kehadiran pria bernama Aldo. Meski dengan wajah malu-malu, tapi wanita berhijab itu tahu tugasnya untuk membuat sang suami meleleh. Detik berikutnya hanya ledakan kembang api yang begitu indah mendominasi perasaan pasangan suami istri tersebut. Entah kapan Samudra menyiapkan semua ini. Yang jelas dari dekorasi kamar hotel ini dengan banyaknya kelopak bunga mawar, lilin aroma terapi, musik klasik yang

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 90

    Sepanjang perjalanan dari mall menuju ke rumah Samudra tidak buka suara. Tiara sendiri hanya bisa takut-takut pada suaminya. Wanita berhijab itu tahu kalau saat ini sang suami sedang menahan emosi. Tapi dia tidak berani untuk mengatakan sesuatu sampai pria itu sendiri yang mengajaknya berbicara. Tepat saat mobil berhenti di lampu merah Samudra menoleh ke samping kiri lalu kedua matanya menatap dalam sang istri. "Sejauh mana hubunganmu dengan Aldo dulu?" Pertanyaan Samudra membuat hati Kiara tergelitik. Bagaimana tidak Tiara tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelum menikah karena dia memiliki prinsip pacaran setelah menikah. Itulah sebabnya dulu meskipun Aldo adalah pria populer di kampusnya dan digilai oleh para mahasiswi dia sendiri tidak tertarik untuk mengenal lebih dekat walaupun pria tersebut berusaha untuk mendekatinya. Kiara menatap suaminya dengan tatapan lembut lalu telapak tangannya diletakkan di atas punggung telapak tangan sang suami yang sedang ber

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 89

    "Kamu bilang apa barusan?""Gak ada! Aku cuma bilang lanjutkan sampai para jomblo kejer-kejer lihat tingkah kalian berdua yang norak!" Sontak tawa Kiara dan Samudera berderai. Yeni yang semula kesal mendadak terkesima dengan ketampanan Samudra yang meningkat berkali-kali lipat ketika tertawa. "Busyet, ada malaikat tak bersayap," batinnya memuji. "Tuhan, masih adakah stock pria seperti dia," batin Yeni lagi. Namun detik berikutnya iawngucap istigfar karena sudah memuji bahkan menginginkan orang yang dibencinya. Di saat situasi masih belum terkendali, tiba-tiba datang seorang pria. "Maaf, apa saya boleh bergabung?""Maaf apa saya boleh bergabung?"Sontak tiga orang dewasa yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing itu menoleh. Ketiganya menatap pria yang berdiri dengan pakaian casual itu dengan ekspresi berbeda-beda. Yeni dengan senyumnya yang mengembang sempurna, Kiara dengan ekspresi tak tergambarkan, sedangkan Samudra dengan wajah datar seperti biasanya. "Aldo!" Yeni be

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 88

    "Sayang, apa susah selesai?" Samudra sengaja merangkul pundak sang istri untuk menunjukkan kepemilikannya. "Eh, Ma-mas Sam su-sudah dari tadi di sini?" Mendadak Kiara gagap."Ya lumayan. Sejak temanmu mengatakan ada pria bernama Aldo masih mencintaimu."Sontak dua wanita itu membuka mulutnya karena ucapan Samudra yang terang-terangan.Samudra mengabaikan pertanyaan sang istri lalu memilih untuk duduk di samping wanita yang ia cinta itu. Dengan satu wajah datar yaitu menatap Yeni sekilas lalu kembali menatap sang istri dengan senyum menawannya. "Sudah selesai makannya, sayang?"Meskipun Samudra bertanya dengan bibir tersenyum tapi kilatan cemburu di matanya membuat Kiara senam jantung. Wanita berhijab itu duduk dengan gelisah karena ia tahu persis bagaimana suaminya kalau sedang cemburu. Kedua bola mata Tiara melirik Yeni yang menatap dirinya dan suaminya bergantian. Tidak seperti sebelumnya Yeni tampak tidak suka dengan kedatangan Samudra. Wanita itu merekam semua perkataan ibunya

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 87

    Kiara melangkah dengan elegan menuju tempat janjian dengan teman lamanya, Yeni. Sementara Samudra berbelok arah menuju ruang manager karena memang tujuannya datang kemari untuk bertemu dengan manager. "Kiara, sini!" Yeni melambaikan tangan dengan antusias melihat kehadiran Kiara. Meskipun mereka sudah lama tidak bertemu, tapi Yeni masih bisa mengenali Kiara. Memang penampilan Kiara sekarang jauh lebih berkelas dan elegan dibanding dulu saat kuliah yang sederhana. Namun cara berjalan dan postur tubuhnya tidak berubah sama sekali sehingga Yeni bisa langsung mengenali meskipun jarak mereka cukup jauh. Kiara mengulas senyum sambil terus melangkah maju. Tidak ada suara ketukan sepatu yang bikin berisik karena Kiara berjalan dengan sangat tenang. Tidak tergesa-gesa dan tidak juga terlalu lambat. "Assalamualaikum my sister!" Kiara tersenyum melihat antusiasme Yeni. Wanita yang dulu sangat tomboi itu kini tampak lebih anggun meski sikapnya yang heboh tetap tidak berubah. Iya langsung ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status