Share

Bab 4

Penulis: Cahaya Asa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 19:31:27

"Saya terima nikah dan kawinnya Kiara Ramadhani binti Hadi Wijaya dengan mas kawin uang tunai sebesar 2 miliar rupiah dan logam mulia seberat 2 kg dibayar tunai!"

Tangis haru mengiringi prosesi sakral yang dilakukan di dalam ruang rawat di rumah sakit tersebut. Kiara dengan gaun putih dan kerudung putih serta mahkota di kepalanya tampak begitu cantik dan menawan. Namun tidak ada raut bahagia di wajahnya mengingat pernikahan yang dilakukan secara dadakan.

Hadi Wijaya tersenyum lembut menatap Putri semata wayangnya kini sudah menjadi istri orang. Tanggung jawab atas Putri tunggalnya itu kini sudah beralih pada seorang pria bernama Samudra.

"Nak Samudra tolong jaga putri saya satu-satunya ini. Dia adalah harta yang paling berharga bagi kami. Tolong bahagiakan dia seperti saya selalu memprioritaskannya. Jika nanti sudah tak ada lagi cinta pulangkan dia dengan cara baik-baik sebagaimana Samudra memintanya dengan cara baik-baik pula," ucap Hadi Wijaya dengan suara parau.

Pria paruh baya itu sesekali menahan sakit. Namun Dinar bahagia tanpa begitu nyata pada wajah kecap lelaki itu.

"Terima kasih Ayah sudah mengizinkan saya untuk menjadi pendamping putri Ayah," ucap Samudra sembari mencium tangan hati yang tidak tertancap jarum infus. "Saya pasti akan memperlakukan putri Ayah dengan baik karena dia sekarang sudah menjadi tanggung jawab saya."

Meskipun pernikahan ini masih berstatus pernikahan siri mengingat semuanya dilakukan secara mendadak dan tidak ada waktu untuk mengurus administrasi ke KUA tapi rasa sakralnya tetap tidak bisa hilang.

Malam itu juga Tiara langsung diboyong ke rumah Samudra. Ada perasaan berat kalau gadis yang baru saja berubah status itu harus meninggalkan kedua orang tuanya.

"Mama, malam ini Mama tidur sama Cantik, kan?" Tiba-tiba Cantika bertanya di tengah keheningan dalam kendaraan.

Kiara melirik pria yang baru beberapa menit lalu menghalalkan dirinya. Ia berharap lelaki itu mengizinkan dirinya tidur bersama Cantika karena Kiara sendiri masih merasa canggung harus sekamar dengan Samudra.

"Jangan malam ini, Sayang. Malam ini Cantika tidur sama Oma dulu ya?" Melinda menjawab permintaan cucunya karena putra dan menantunya hanya terdiam.

"Kenapa, Oma? Padahal sudah sangat lama Cantik ingin tidur ditemani mama. Dibacakan cerita sebelum tidur seperti teman-teman Cantik." Bocah berumur 5 tahun itu menunduk dengan mata sudah berkaca-kaca.

"Tu-tuan, boleh 'kan?" lirih Kiara meminta persetujuan pada suaminya.

"Terserah!" jawab Samudra acuh tak acuh.

Entah mengapa mendapatkan jawaban seperti itu membuat hati Kiara berdenyut nyeri.

"Emangnya apa yang kamu harapkan dari pernikahan ini, Kiara? Lelaki dingin itu hanya ingin kamu menjadi mamanya Cantika. Jangan berharap lebih." Kiara memperingati dirinya sendiri.

"Nak, kamu tidak harus-"

"Tidak apa-apa, Ma. Biarkan Kiara tidur sama Cantika malam ini. Itung-itung latihan menjadi ibu," potong Samudra cepat.

"Asik! Kiara tidur sama Mama. Nanti Mama bacakan cerita untuk Cantik ya, Ma!" Seketika gadis kecil itu bersorak girang. Bersamaan dengan mobil yang berhenti di halaman rumah mewah milik Samudra.

Kiara turun lebih dulu. Jangan pernah membayangkan adegan romantis pasangan pengantin baru seperti di novel-novel dimana sang pria akan membukakan pintu untuk wanitanya. Hal itu jelas tidak akan terjadi mengingat pernikahan mereka hanya sebatas simbiosis mutualisme.

Cantika langsung menarik tangan Mama barunya ketika sudah sampai di dalam rumah. Dengan perasaan campur aduk, Kiara melangkah menapaki tangga satu per satu mengikuti anak tirinya. Baru dua hari dirinya bekerja di sini dan belum pernah memasuki rumah ini sampai ke dalam. Karena selama dua hari itu pula dirinya hanya mengajar di ruang tamu.

Rumah ini begitu mewah dengan ornamen yang sangat elegan. Belum lagi furniture mahal yang melengkapi rumah ini.

"Ini kamarnya Cantik, Mama! Semoga Mama suka tidur di kamar Cantik, ya?" Suara ceria Cantika mengembalikan jiwa Kiara pada dunia nyata.

"Kamarnya cantik sekali, Sayang. Mama pasti betah berlama-lama di sini," sahut Kiara jujur.

Baru saja Kiara hendak menjatuhkan bobot tubuhnya di atas kasur empuk dengan cover warna pink bergambar princess itu, pintu kamar sudah terbuka menampilkan sosok tinggi tegap dengan tatapan datar.

"Kamar kita ada di sebelah. Selisih satu ruangan dengan kamar ini jika kamu sudah selesai menidurkan Cantika!" ucap Samudra membuat darah Kiara berdesir hebat.

"Sa-saya akan tidur di sini," lirih Kiara.

"Dengan baju seperti itu?" Samudra menaikkan sebelah alisnya.

Spontan Kiara menatap dirinya sendiri. Benar, dia masih menggunakan gaun yang dipakai untuk akad nikah tadi. Ah, Kiara sampai lupa hal itu.

"Cepat selesaikan urusanmu dengan Cantika. Saya tunggu di kamar!"

Ucapan Samudra lagi-lagi menciptakan riak gelombang di dalam dada Kiara. Kata "saya tunggu di kamar" membuat pikirannya jadi traveling ke mana-mana.

"Mama, Cantik mau dibacakan buku ini!" Entah sejak kapan gadis kecil itu sudah mengambil buku cerita.

"Ganti baju dulu sayang terus kita gosok gigi baru Mama bacakan ceritanya," ujar Kiara.

Gadis berhijab yang baru saja berupa status menjadi seorang mama itu harus menyibukkan diri dengan putrinya agar ucapan Samudra tidak kembali terngiang-ngiang di kepala.

Dengan patuh Cantika meletakkan buku cerita yang ia pegang lalu berjalan menuju lemari. Mengambil baju yang bisa ia jangkau tanpa meminta pertolongan kepada Kiara. Sepertinya bocah itu sudah terlatih mandiri sehingga semua bisa dilakukan sendiri padahal umurnya baru 5 tahun.

"Mama bisa bantuin Cantik membuka baju ini? Tangan Cantika tidak nyampai, Mama!" Cantika menunggui Kiara agar wanita itu bisa leluasa membuka resleting di punggungnya.

Dengan telaten Tiara membantu untuk mengganti baju putrinya. Ada rasa yang tak bisa tergambarkan ketika ia melakukan hal itu. Sungguh Kiara benar-benar merasa bahagia berperan menjadi seorang ibu meskipun anak itu bukan lahir dari rahimnya tapi Kiara merasakan ikatan batin yang cukup kuat. Mungkin karena Cantika menerimanya dengan sukacita sehingga dirinya juga merasa dibutuhkan.

Baru setengah buku cerita yang ia bacakan, rupanya Cantika sudah tidak tahan untuk menahan kantuk. Gadis kecil itu tertidur di samping Mama barunya.

Kiara bangun dengan sangat pekan karena takut gadis cantik itu ikut terbangun. Setelah menyelimuti tubuh Cantika, lalu menyetel suhu ruangan agar sesuai. Mencium kening Cantika dengan lembut dan membisikkan sesuatu di telinga gadis tersebut.

"Good night, anak Mama. Have a nice dream."

Kiara menutup pintu dengan sangat pelan. Lalu melangkah ragu menuju kamar suaminya. Saat kakinya sampai di depan pintu, jantungan gadis itu berdetak sangat kencang. Dalam hati ia terus merapal do'a berharap sang suami sudah tertidur.

Dengan gerakan sangat pelan, Kiara membuka pintu. Kedua matanya membola kala sosok yang ia harapkan sudah terlelap sedang duduk bersandar di atas ranjang dengan mata menyorot tajam padanya.

"Kenapa lama sekali?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ai Siti Rahmayati
ih.....samudra galak..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 5

    Kiara terlonjak mendengar ucapan dingin lelaki yang baru saja menjadi suaminya. Jantungnya berdebar kencang ketika sorot mata pria tersebut seperti menembus tubuhnya. Langkah kaki Kiara terasa sangat berat. Tentu saja karena ini adalah malam pertama mereka. Bayangan ritual malam pertama dengan pria yang baru dikenalnya itu membuat aliran darah Kiara perpacu deras bersamaan keringat dingin yang mengucur di seluruh pori-pori kulitnya.b"Ma-maaf, Tuan saya harus menidurkan Cantika dulu," cicit Kiara. Suaranya tersangkut di tenggorokan sehingga lebih mirip seperti kucing sedang terjepit. Kiara melangkah masuk dengan kaki gemetar. Ditambah lagi pandangan pria itu terus mengikuti setiap pergerakan Kiara. Saat Kiara tengah kebingungan hendak melakukan apa, tiba-tiba pria dingin itu melempar bantal dan selimut padanya. "Kamu tidur di sofa!" ucap Samudra dingin."Tap-""Kita menikah karena Cantika. Saya lihat dia sangat menyayangimu. Dia juga menjadi lebih ceria setelah bertemu denganmu, jad

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 6

    "Papa!" Samudra urung membalikkan badan saat suara putrinya memanggil."Sini masuk! Lihat Mama menguncir rambut cantik! Bagus nggak, Pa?" Gadis kecil itu meminta pendapat papanya atas penampilan barunya. "Iya, bagus. Cantika selalu cantik dalam kondisi apapun," jawab Samudra datar. "Kalau Mama cantik nggak, Pa?" Spontan sepasang pengantin baru itu saling tatap. ***"Kalau Mama cantik nggak, Pa?" tanya Cantika dengan mata berbinar-binar. Samudra melirik Kiara sekilas, laluengelus puncak kepala sang buah hati. "Mama masih kalah cantik dengan putri Papa. Karena putri Papa ini nggak ada tandingannya," jawab Samudra lembut. Berbeda sekali ketika berbicara dengan orang lain, termasuk Kiara. Samudra akan menunjukkan sisi lain yang berbeda pada putri semata wayangnya. Tak ada sakit hati pada diri Kiara karena dia tahu bahwa Samudra mengatakan itu untuk menyenangkan hati putrinya. Dirinya pun tak merasa kecewa dikatakan kalah cantik dengan bocah yang kini menjadi putri sambungnya itu ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 7

    Kiara mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu membuka kunci dengan pola yang sudah dia setting. Saat itulah sebuah pesan masuk dari nomor asing."Nanti saya nggak bisa jemput. Pulangnya naik taksi saja! Saya juga sudah transfer uang bulanan buatmu. Terserah mau digunakan buat apa saja. Kalau untuk kebutuhan dapur sudah diatur Mama!" Tak berselang lama notifikasi M-banking berbunyi. Kiara membukanya dan seketika kedua matanya membelalak. ***Deretan angka dengan jumlah nol sebanyak 7 itu membuat pikiran Kiara mendadak blank. Dia memang bukan orang miskin sebelum perusahaan ayahnya bangkrut. Namun dia tidak pernah diberi uang bulanan sebanyak itu oleh sang ayah karena ayahnya senantiasa mendidik Kiara untuk menjadi gadis yang pandai bersyukur berapapun uang jajan yang diberikan. Kini baru sehari menjadi istri Samudra, lelaki itu sudah membuat rekeningnya mendadak gendut. Mahar dua miliar yang dikasih kemarin pun belum dia sentuh sama sekali. Dan sekarang dia mendapatkan 50 juta per

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 8

    "Sayang, maafin Mama ya? Mama nggak tahu kalau Cantik alergi sama kacang," ucap Kiara dengan penuh penyesalan. "Nggak papa, Mama. Cantik sudah nggak sesak nafas lagi. Yang penting Cantik sudah tahu rasanya makan es cream," jawab Cantika membuat Kiara yang menangis jadi terkekeh. "Jadi kamu mencoba meracuni anak saya?!"***"Jadi kamu mencoba meracuni anak saya? Baru sehari menjadi ibunya, dan kamu sudah berani membahayakan nyawa anak saya! Saya kecewa sama kamu!" Samudra melangkah ke depan lalu memeluk putrinya yang tengah terbaring di atas brankar. Kalau hanya diabaikan, Kiara masih bisa terima. Tapi dituduh membahayakan Cantika dan dibentak di depan para perawat membuat hatinya sangat sakit. Andai Kiara tidak ceroboh dan bertanya dulu sebelum mengajak Cantika makan di luar, pasti kejadian ini tak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa kembali seperti semula. "Maaf, Mas. Aku tidak tahu kalau Cantika alergi kacang," lirih Kiara sambil menunduk. Dadanya berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 9

    Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai perlahan mendekat. Spontan semua tatapan mata tertuju pada sumber suara. "Samudra, apa benar kamu sudah menikah lagi?"Semua pasang mata menatap wanita paruh baya dengan dandanan bak sosialita yang baru saja masuk tanpa salam. "Jeng Winda, sini ikut makan bersama," sambut mamanya Samudra.Wanita yang selalu bersikap lemah lembut itu berdiri. Mengulas senyum terbaik untuk wanita yang pernah menjadi besannya di masa lalu. Namun sayangnya wanita seumuran tapi tampil lebih glamor itu hanya tersenyum sinis. Tatapannya justru tertuju pada Kiara yang menunduk menekuri makannya. "Apa benar Samudra sudah menikah lagi?" ulangnya dengan tatapan masih tertuju pada Kiara. "Mari duduk makan dulu, Jeng. Nanti kita bicara setelah ini." Melinda tetap kalem meski Winda tampak sedang menahan emosi. "Nggak usah basa-basi lagi, Jeng. Saya sudah dengar kalau Samudra menikah lagi. Wanita itu kan yang menggantikan posisi anak saya?" Winda melengos. Samudra

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 10

    Kiara baru saja akan berbaring ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membukanya. "Ibu.""Assalamualaikum, Bu. Bagaimana kondisi ayah?"[...]"Apa?!" Spontan tangan Kiara bergetar hingga ponselnya terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu Samudera keluar dari kamar mandi."Ada apa?" Samudra berjalan menuju ranjang. Namun sempat terhenti melihat raut wajah sang istri yang tampak shock.Kiara bergeming. Pikirannya kosong dengan bulir-bulir air mata sudah saling berebut lirih membasahi pipinya. "Hei, apa kamu tuli? Ada apa?" Pria tampan tapi dingin itu setengah membernya. Tak suka diabaikan oleh wanita yang sudah ia nikahi tersebut.Mendengar suara yang cukup nyaring membuat Kiara terlonjak. Kesadarannya pulih kembali. Namun tak berlangsung lama karena mendadak ia teringat telepon barusan. Gegas ia berdiri dan meraih tas slempang yang tergantung."Saya izin pergi dulu, Mas!" Menghiraukan pertanyaan sang suami, Kiara memasukkan ponsel yang baru saja ia pungut di lantai kendalam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 11

    "Cantika suka baca buku apa? Mau Mama bacakan buku cerita?" tawar Kiara. "Mau, Ma! Cantik mau cerita putri Elsa!"Baru saja hendak mengambil buku di rak, Kiara merasakan punggungnya menabrak seseorang.Spontan Kiara memekik. Lalu membalikkan badan karena merasakan sebuah tangan menahan kedua bahunya. "Ma-mas? Bu-bukannya tadi sedang tidur?" Kiara tergagap-gagap mendapat tatapan seintens itu. Menyadari posisinya yang terlalu dekat, spontan Samudra melepas tangannya membuat tubuh Kiara oleng dan hampir terjatuh. Beruntung lantai kamar ini dialasi dengan karpet bulu yang cukup tebal sehingga andai dia benar-benar jatuhpun tidak akan terlalu sakit. "Saya mau memastikan keadaan putri saya!" Jawaban singkat dan dingin itu mengakhiri kontak antara keduanya. Karena deuim berikutnya Samudra sudah melangkah menuju Canuika yang asik main ayunan. "Papa, tadi di bawah kok ada suara ribut-ribut? Siapa yang bertengkar, Pa? Bertengkar itu kan nggak baik ya, Pa? Kalau salah minta maaf aja nggak u

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 12

    "Bik, tamu yang tadi apa ... masih ada di bawah?" tanya Kiara ragu-ragu.Bibik melirik Cantika yang asik dengan mainan di tangannya. "Sudah pergi, Mbak. Baru saja. Tapi ...""Tapi?" potong Kiara."Tapi beliau pergi sambil terus mengumpat. Kayaknya masih belum terima," ucapnya. Sedetik kemudian ia menutup mulut dengan tangannya. "Maafkan bibik, Mbak Kia. Duh, mulut ini suka keceplosan!" Setelah mengatakan itu buru-buru bibik pergi karena takut ditanya lebih banyak lagi oleh Kiara. Setelah menyuapi Cantika, Kiara keluar kamar putrinya. Tepat saat tangannya hendak membuka hendel pintu kamar, sebuah tangan kekar juga melakukan hal yang sama. Alhasil kini tangan Kiara digenggam oleh tangan pria tersebut. Keduanya spontan saling tatap hingga menyebabkan sengatan listrik yang membuat tubuh keduanya menegang."Maaf," ucap Kiara kikuk. Wanita itu segera menggeser tubuhnya dari depan pintu, memberi akses pada Samudra untuk masuk lebih dulu. Sesampainya di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 85

    Melinda menatap mantan besan dan putrinya dengan tatapan datar. Sejak tadi dia sudah mendengar perdebatan mereka. Hanya saja, ia tak mau ikut campur ketika melihat Samudera sudah turun tangan untuk membela istrinya. "Be-besan, ma-maaf kami pamit pulang dulu. Ada acara penting yang harus kami hadiri," ucap wanita paruh baya yang semula berapi-api itu. Namun setelah diingatkan akan status kepemilikan rumah yang ia tempati, keberaniannya mendadak surut, dan kinj berubah seperti kerupuk tersiram air. Bahkan suaranya yang tadinya lantang menghina Kiara, mendadak jadi gagap. Wajahnya pun berubah pias."Baiklah, kalau begitu. Saya harap ini terakhir kalinya kalian mengganggu dan menghina menantu saya," ujar Melinda datar. Mantan besan itu langsung menunduk. Tentu saja dia sungkan karena Melinda tidak pernah bersikap demikian selama menjadi besan. Namun kali ini, semua berubah gara-gara perbuatannya sendiri dan putrinya. Entah, ke depan hubungan mereka dengan keluarga Samudra masih bisa di

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 84

    Kiara berusaha menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang imam. Dia tak mau mengingatkan masa kelam itu di saat sedang bahagia. Melihat binar di wajah Cantika membuat Kiara merasa bersalah karena sempat berandai-andai. Bukankah masih ada banyak waktu untuk berusaha membuatkan adik untuk Cantika lagi?Seketika wajah wanita berhijab itu bersemu merah membayangkan apa yang ia pikirkan barusan. Sebuah elusan di puncak kepala kembali menarik Kiara ke dunia nyata. "Kenapa? Apa ada masalah, Sayang?" tanya Samudra.Lelaki tampan itu tak ingin membuat Kiaranya kembali bersedih setelah apa yang ia perjuangkan. Ia sudah berjanji dalam hati untuk selalu membahagiakan keluarga kecilnya. Cukup sudah ia kehilangan bayinya dan senyum Kiara. Kini dirinya tak mau lagi kehilangan senyum wanita yang sudah menghuni seluruh ruang hatinya itu untuk ke sekian kalinya. Kesempatan yang diberikan oleh sang bidadari hati tak boleh dia sia-siakan begitu saja terlebih setelah tahu kalau sahabat dekatnya adalah m

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 83

    Tanpa Vino sadari Samudra diam-diam mengikutinya. Dia sudah mendengar semua percakapan antara Vino dengan Melisa yang seolah ingin menusuk dirinya dari belakang dengan cara bernegosiasi. Entah apa yang diinginkan Vino sampai-sampai lelaki yang sudah dianggap sahabatnya itu tega melakukan negosiasi dengan penjahat yang jelas-jelas sudah merusak rumah tangganya.Mendengar teriakan Samudra Vino langsung mundur dan memasang wajah datar kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelum ini. Pria itu menatap sahabatnya dengan tatapan misterius. "Penjahat sepertimu tidak akan pernah mendapatkan kebebasan dari sini karena di sinilah tempat yang cocok untukmu!" ucap Samudra tajam kepada Melisa. "Samudra kamu salah paham. Please keluarkan Aku dari sini. Kamu tahu kan aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu. Aku nggak mau kehilangan kamu, Samudra. Tolong bebaskan aku dari tempat terkutuk ini!" Melisa menatap Samudra dengan tatapan memohon. Wanita itu benar-benar merendahkan harg

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 82

    Melisa mengamuk saat dirinya diseret ke kantor polisi. Semua bukti-bukti kejahatan yang pernah ia lakukan tak bisa ia tampik. Samudra menyerahkan urusan Melisa pada kuasa hukumnya yang selama ini sudah ia percaya. Semua bukti-bukti jelas memberatkan Melisa dan itu membuatnya tak bisa lolos meskipun kakak kandungnya berusaha untuk menjamin. Melisa seperti orang kesetanan ketika dia harus mendekam di balik jeruji besi dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tak ada spring bed atau fasilitas mewah lainnya seperti yang biasa ia dapatkan. Di sini ia diperlakukan sama dengan para narapidana lainnya meskipun dirinya mantan model terkenal. Bahkan kedatangannya disambut dengan hardikan dan semua mohon oleh penunggu lapas yang sudah lama di sini. Melisa mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para senior penghuni lapas. "Berisik! bisa diam tidak?" hardik seorang wanita dengan rambut dipotong cepak dan tato hampir memenuhi seluruh tubuhnya. Dibentak seperti itu Melisa tidak terima. Wan

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 81

    Melisa sudah mirip seperti orang yang sedang kesetanan. Baju pengantin yang ia kenakan menambah tanda tanya di benak orang-orang yang hadir pada pesta tersebut. Dia memang sudah gila. Dengan percaya diri datang mengenakan gaun pengantin berharap bisa memengaruhi keluarga besar Samudra dan para tamu kalau dirinyalah pengantin perempuan yang seharusnya bersanding di pelaminan, bukan Kiara. Namun karena ketidaksabarannya, niat itu kandas dan berakhir dirinya digelandang para security ke pos keamanan. Tak hanya gagal memengaruhi keluarga besar Samudra dan para tamu undangan, Melisa juga harus menanggung malu.Sementara para tamu undangan saling berbisik melihat kedatangan Melisa dengan gaun pengantin. Terlebih kedatangannya disertai dengan kegaduhan. Berita tentang Melisa yang diboikot oleh banyak industri hiburan sudah menyebar ke mana-mana. Juga klarifikasi bantahan oleh Samudra jika dirinya tidak memiliki hubungan khusus dengan Melisa juga sempat menggegerkan publik. Pasalnya selama i

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 80

    "Halo!""Selamat atas kehancuranmu, Marco Erlando. Selamat menyemai apa yang sudah kau tabur. Dalam hitungan 1x24 jam, kamu akan melihat apa yang akan kau dapat dari hasil kejahatanmu.""Omong kosong! Siapa ini? Jangan coba-coba menerorku ya!"Namun belum juga Marco selesai memuntahkan amarahnya, sambungan sudah diputus. Pria itu mencoba menghubungi kembali nomor asing tersebut tapi sudah tidak aktif. "S*al! Siapa yang berani mengancamku seperti ini? Dia kira mudah menghancurkanku, hah?" Rahang pria itu mengetat.Namun di saat amarahnya sedang meluap-luap, ponselnya kembali berdering. Tanpa melihat siapa yang menelpon, pria itu langsung marah-marah."Jangan jadi pengecut! Siap-""Pak Marco, investor dari Bina Sanjaya mencabut kerjasamanya dengan kita. Lalu PT. Pambudi Raharja juga membatalkan kontrak kerja sama dengan kita. Harga saham perusahaan kita juga mendadak turun, Pak!""Apa?!"Marco langsung melihat apa yang dikirim oleh asistennya via email. Berita yang baru saja ia dengar

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 79

    Samudra menggiring ibu dan anaknya untuk sesikit menjauh dari Kiara agar tidurnya tidak terganggu. Di saat yang bersamaan, seorang pria berpakaian khas dokter dan menggunakan masker masuk dan segera mendekati Kiara. Ketiga orang penunggu itu tidak mencurigai apapun bahkan setelah sosok dokter menyuntikkan sesuatu pada selang infus. Sebelum tubuh Kiara bereaksi.Sesaat setelah dokter itu keluar tubuh Kiara kejang-kejang. Samudra langsung berteriak memanggil manggil nama sang istri sementara Melinda meskipun panik dia langsung memencet tombol darurat sehingga beberapa perawat dan dokter langsung berlarian masuk."Apa yang terjadi, kenapa bisa seperti ini?" tanya dokter yang merawat Kiara, bukan dokter yang baru menyuntikkan obat pada selang infus."Barusan seorang dokter masuk dan menyuntikkan obat di selang infus istri saya, Dok.n tak berselang lama setelah dokter itu keluar tubuh biar langsung kejang-kejang," jawab Samudra."Dokter?" Dokter itu tampak kebingungan. Pasalnya dia tidak

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 78

    "Tapi-tapian, Bos. Bayaran saya mana?"Seketika kedua mata pria bertato naga itu menatap tajam dengan wajah memerah. "Masih berani minta bayaran atas kegagalanmu itu? Apa di otakmu itu isinya cuma duit, duit, duit aja?!"Kalau bukan karena terpaksa, tentu pria itu sudah pergi dari tadi. Dibentak-bentak dan dihina tentu membuat ego dan harga dirinya terlukai. Namun sebagai anak buah, harga dirinya sudah sirna sejak awal. Tiba-tiba datang seorang wanita cantik dengan penampilan asal-asalan. Namun tetap saja terlihat cantik."Kakak, aku dengar dia sudah tertangkap ya? Mana, aku mau melakukan sesuatu padanya!" ***’Wanita yang tak lain adalah Melisa, menatap pria beranting yang sudah babak-belur dan hampir tak bisa dikenali oleh ulah kakaknya. "Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia terlihat menyedihkan? Atau malah sudah gila?" Marco, kakak Melisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah adiknya yang makin hari makin aneh. Obsesinya pada Samudra membuat akal sehat adik semata wayangnya

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 77

    Vino segera menyuruh anak buahnya untuk membekap mulut pria itu agar tidak berteriak. Lalu dengan langkah lebar ia pergi meninggalkan gudang tak terpakai tempat penyekapan menuju rumah sakit di mana Kiara sedang di tangan saat ini.Menyetir mobil dengan sangat ugal-ugalan karena emosi yang masih membara di dalam dada. Beberapa pengendara lain membunyikan klakson karena cara mengendara Vino yang membuat pengendara lain spot jantung."Hei, Lo pikir ini jalan nenek moyang Lo? Kalau mau celaka jangan ngajak-ngajak dong!" teriak salah satu pengendara yang terpaksa harus banting setir ke kiri karena Vino menyalip dan dari arah berlawanan ada sebuah truk besar. Meski sudah dimaki-maki, Vino tetap melaju dengan kencang. Tak ia pedulikan teriakan-teriakan itu. Baginya sekarang sampai di rumah sakit jauh lebih penting karena dia belum tahu keadaan Kiara. Kekhawatiran pria itu pada istri sahabatnya lebih dominan dari kemarahannya pada dalang penculikan Kiara. Perputaran roda mobil terhenti set

DMCA.com Protection Status