Semua Bab Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin: Bab 31 - Bab 40

85 Bab

Bab 31

"Kiara!"Samudra tiba di rumah terlebih dahulu sebelum Kiara dan Cantika pulang. Kiara cukup terkejut, saat melihat suaminya berdiri di halaman rumah dan menyapanya yang baru saja sampai. Tak biasanya lelaki itu menunjukkan perhatian dengan menunggunya pulang."Papa sudah di rumah?" sapa Cantika dengan wajah sumringah pada sang ayah. Biasanya Samudra pulang dari kantor menjelang maghrib atau bahkan malam saat Cantika sudah tidur kalau ada lembur. "Cantik masuk dulu, ya? Papa mau bicara sama Mama!" pinta Samudra pada Cantika.Cantika menatap sang mama dan papa bergantian. Ada rasa enggan meninggalkan mamanya bersama sang papa saja karena khawatir papanya akan memarahi Kiara lagi seperti sebelumnya. Meski masih kecil tapi perasaan Cantika sangat peka. Dia juga tahu kalau Samudra sering membuat Kiara menangis dan dia tak ingin itu terjadi lagi."Sayang, kamu dengerin apa kata Papa, kan?" ulang Samudra. Dengan tatapan tak rela akhirnya gadis kecil itu melepas genggaman tangannya pada K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-29
Baca selengkapnya

Bab 32

"Lepasin aku, Mas! Kamu mau ngapain?" Kiara meronta dan berusaha melepaskan diri.Sayangnya, Samudra sudah tak bisa dihentikan. Tanpa memikirkan perasaan Kiara, pria itu merenggut kesucian Kiara dengan cara paksa dan kasar.Malam pertama yang seharusnya menjadi malam membahagiakan bagi pasangan suami istri, justru menjadi malam bencana bagi Kiara. Samudra sudah merenggut harta berharga milik Kiara dan menginjak harga diri Kiara sebagai wanita."Keterlaluan kamu, Mas! Aku benci sama kamu!"Kiara terbaring lemas di ranjang dengan wajah sembab. Wanita itu kembali menangis sepanjang malam karena ulah Samudra. Kali ini, Samudra benar-benar sudah kelewat batas. Harga dirinya sebagai seorang wanita sudah diinjak-injak oleh suaminya sendiri. Lelaki yang seharusnya menjadi pengayom dan pelindung justru merusaknya dengan cara yang tidak manusiawi.Walaupun Samudra berhak untuk melakukannya, tapi tidak seharusnya dilakukan dengan cara brutal seperti itu. Ibadah yang indah, justru menjadi neraka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Bab 33

Samudra membuka pintu dan melihat kamarnya yang kosong. Pria itu baru saja pulang dari kantor setelah bekerja seharian. Ada yang berbeda dengan kamarnya. Aura dingin dan beku menyelimuti kamar tersebut.Samudra pikir, ia bisa melihat wajah Kiara sebentar setelah ia pulang. Namun, begitu ia membuka kamar, pria itu tidak melihat siapa pun di sana. Tidak ada Kiara yang selalu menyambutnya pulang dan menyiapkan air putih seperti biasanya. Tidak ada Kiara yang dengan senang hati melepaskan jas dan sepatunya lalu mengambilkan baju ganti setelah menyiapkan air untuk mandi. Selama ini Samudra merasa apa yang dilakukan oleh Kiara bukanlah hal spesial. Namun sejak Kiara mogok bicara dengannya semua kebiasan-it7 pun sudah tak pernah ia dapatkan lagi. Pelayanan penuh perhatian itu sirna bersama lenyapnya senyum di bibir Kiara. "Kiara ke mana? Kenapa sekarang dia berubah?"Beberapa hari sebelumnya, Samudra selalu tidur di ruang kerjanya untuk menghindar dari Kiara. Namun, beber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-01
Baca selengkapnya

Bab 34

"Kiara, tolong cariin kaos kakiku!" perintah Samudra pada Kiara. Ini adalah pertama kalinya seumur hidup pria itu memerintah dengan menggunakan kata "tolong" di awal kalimat. Bagai sosok dingin dan arogan seperti Samudra dengan kekuasaan yang dia miliki sebagai pemimpin perusahan besar, meminta tolong bukanlah karakternya. Namun demi bisa mendapatkan perhatian Kiara lagi dia sampai rela melakukannya.Bukannya menjawab, Kiara justru pergi, kemudian memanggil asisten rumah tangga untuk melakukan apa yang diperintahkan Samudra. Tak berselang lama bibik masuk dan bertanya, "ada yang bisa saya bantu, Tuan?""Aku nyuruh dia, kenapa dia malah ganti nyuruh orang lain?" geram Samudra.Namun karena tak ingin moodnya hancur di pagi hari, akhirnya Samudra meminta bibik untuk mencarikan semua keperluannya seperti halnya dulu sebelum menikah dengan Kiara. Tentu saja bibik tahu semua letak barang-barang pribadi Samudra karena dia pernah melayaninya.Setelah rapi, Samudra turun menuju ruang makan. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya

Bab 35

"Ibu!" Kiara berlari memeluk ibunya begitu ia dan samudra tiba di rumah. Ayah Kiara sudah pulang dari rumah sakit dan saat ini pria paruh baya itu tengah menjalani masa pemulihan di rumah.Kiara benar-benar senang bisa berkunjung ke rumah kedua orang tuanya tanpa harus sembunyi-sembunyi. Tidak hanya sekedar mampir, Samudra bahkan mengajak Kiara untuk menginap."Kenapa kamu nggak kasih kabar dulu kalau mau pulang?" tanya sang Ibu pada Kiara."Kia mau kasih kejutan buat Ibu sama Ayah," timpal Kiara."Gimana kabar kalian berdua? Kalian sehat, kan?" tanya Ayah pada Samudra dan Kiara."Kami berdua sehat. Maaf saya baru bisa menjenguk Ayah sekarang," sahut Samudra langsung menimpali sebelum Kiara membuka suara."Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk menjenguk Ayah, Nak Sam. Kamu pasti sibuk sama pekerjaan kamu di kantor," ujar Ayah Kiara pada Samudra."Saya pasti akan meluangkan waktu untuk Ayah dan Ibu."Samudra sudah melakukan hal sejauh ini untuk Kiara, tapi sepertinya masih b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-04
Baca selengkapnya

Bab 36

Semua usaha Samudra untuk membujuk Kiara tidak ada yang membuahkan hasil. Samudra harus menelan kecewa setelah ia mengajak istrinya berkunjung ke rumah mertua. Samudra pikir, ia bisa memenangkan hati Kiara, tapi sayangnya pria itu sudah tidak mempunyai kesempatan sedikitpun untuk memperbaiki hubungan dengan sang istri.Sampai saat ini, hubungan keduanya masih sama dinginnya seperti sebelumnya. Hingga satu bulan lebih berlalu, Kiara masih menunjukkan sikap yang sama. Hanya Samudra yang terus berusaha untuk mendapatkan perhatiannya meski hasilnya tetap nihil.Sebagai orang tua, Melinda sudah tak tahan lagi melihat hubungan putra dengan menantunya. Ibu mana yang rela membiarkan rumah tangga anaknya hancur. Sehingga Melinda berpikir untuk berbicara dengan menantu kesayangan pada akhirnya."Kiara, kamu nggak sibuk, kan? Mau minum teh bareng Mama?" tawar Melinda pada Kiara yang saat ini tengah melamun sendirian di dalam kamar.Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu yang kebetulan tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-05
Baca selengkapnya

Bab 37

Samudra melangkah dengan cepat menuju ke kamarnya begitu sampai rumah. Pikirannya terus tertuju pada Kiara yang setiap pagi selalu muntah-muntah. Meski sudah dibujuk untuk ke rumah sakit, wanita yang beberapa Minggu ini selalu menjajah pikirannya itu tidak mau. Alasannya hanya butuh istirahat saja."Gimana keadaan kamu, Kiara? Sudah lebih baik?" tanya Samudra pada Kiara begitu pintu terbuka.Di atas ranjang terlihat Kiara bersandar sembari memainkan ponselnya. Namun wajah pucat itu tak bisa ditutupi meski berusaha untuk tersenyum tipis. Ya, hari ini Kiara tidak lagi menampakkan sikap cuek seperti sebelumnya. Pria itu sengaja pulang lebih awal demi Kiara. Samudra terlihat cemas pada Kiara, apalagi setelah pria itu mengetahui kondisi kesehatan Kiara yang kurang baik."Kenapa kamu tanya-tanya?" Kiara kembali ke mode awal. Entah, wanita itu seperti mengalami perubahan hormon yang menyebabkan emosinya tidak stabil. "Aku cuma pengen tahu aja. Kalau kondisi kamu belum membaik, aku akan ant
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-06
Baca selengkapnya

Bab 38

"Mama, Cantik punya PR. Temenin cantik belajar, ya?" pinta Cantika pada Kiara. Gadis kecil itu menggelengkan kepala seperti enggan menghabiskan makanan itu. "Iya, Sayang. Kamu habisin makanan kamu dulu, ya?" Kiara mengelus puncak kepala Cantika penuh sayang. Cantika menyorongkan piringnya yang masih setengah penuh menjauh darinya. "Tapi aku nggak mau makan sayur," rengek Cantika.Gadis kecil itu menatap mamanya pernah permohonan. Hari ini dia agak sedikit susah makan padahal menu makanan yang dimasak bibik adalah menu kesukaannya."Ini kan sayur kesukaannya Cantik. Kenapa nggak dimakan?"Cantika terus menggeleng sembarienutup mulutnya dengan tangan."Nggak mau. Cantik udah kenyang!" seru Cantika. Kiara berusaha membujuk putri kesayangannya tapi tidak berhasil. Mengingat kondisi tubuhnya yang juga kurang berenergi, Kiara hanya bisa pasrah saat Cantika tetap nggak mau menghabiskan makanannya. Mau menyuapi seperti biasa tapi perutnya sendiri mua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

Bab 39

Tubuh Kiara menegang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari Samudra. Kejutan yang bertubi-tubi hari ini membuatnya seperti orang linglung. Dinyatakan hamil lalu mendadak Samudra memeluknya dengan gembira. Sungguh sesuatu yang aneh dan di luar perkiraan."Terima kasih, Dokter." Ucapan Samudra menyadarkan Kiara dari kebekuan. "Karena usia kandungannya masih sangat muda, tolong dijaga dengan baik ya, Tuan. Karena pada trimester pertama masih sangat rentan. Jadi harus dijaga baik-baik." Samudra mengangguk. "Saya akan menjaganya dengan baik, Dok. Karena ini adalah buah cinta kami yang kami tunggu-tunggu," jawab Samudra membuat Kiara tercengang. "Ditunggu-tunggu katanya? Ternyata selain cerewet, pandai merayu, dia juga pandai berakting. Kemana saja aku selama ini sampai-sampai tidak tahu kalau dia sangat pandai berbicara. Atau jangan-jangan sikap dinginnya selama ini hanya untuk membentengi diri dariku saja? Ah, membingungkan," batin Kiara. Tak ada lagi percakapan dokter dan suamiya yang bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-08
Baca selengkapnya

Bab 40

"Mama! Kata Oma Cantik mau punya adik. Mana adiknya Cantik, Ma!" teriak Cantika memenuhi ruang VIP itu.Kiara menatap suaminya sekilas seolah meminta bantuan untuk menjawab. Sebenarnya Kiara masih belum mau membahas soal kehamilannya sama sekali mengingat dia sendiri masih shock dengan apa yang terjadi. "Cantik Sayang, adik bayinya masih dalam perut Mama. Nanti kalau sudah sembilan bulan baru lahir ke dunia," jelas Samudra lembut. Cantika menatap papanya dengan dua bola mata bulat yang tampak berbinar-binar. Ia mendengarkan penjelasan papanya seolah memahami apa yang dikatakan oleh sang papa."Begitulah?"Samudra mengangkat tubuh Cantika ke dalam gendongannya hingga posisi bocah itu menjadi tinggi. "Iya, Sayang. Adik bayinya masih sangat kecil. Jadi harus bobok lama dulu di dalam perut Mama. Nanti kalau adik bayinya sudah lahir, Cantik harus sayang sama adiknya ya?""He'eh!" Cantika mengangguk mantab. "Cantik pasti sayang sama adik bayi. Cantik jadi punya teman bermain nantinya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status