Samudra melangkah dengan cepat menuju ke kamarnya begitu sampai rumah. Pikirannya terus tertuju pada Kiara yang setiap pagi selalu muntah-muntah. Meski sudah dibujuk untuk ke rumah sakit, wanita yang beberapa Minggu ini selalu menjajah pikirannya itu tidak mau. Alasannya hanya butuh istirahat saja."Gimana keadaan kamu, Kiara? Sudah lebih baik?" tanya Samudra pada Kiara begitu pintu terbuka.Di atas ranjang terlihat Kiara bersandar sembari memainkan ponselnya. Namun wajah pucat itu tak bisa ditutupi meski berusaha untuk tersenyum tipis. Ya, hari ini Kiara tidak lagi menampakkan sikap cuek seperti sebelumnya. Pria itu sengaja pulang lebih awal demi Kiara. Samudra terlihat cemas pada Kiara, apalagi setelah pria itu mengetahui kondisi kesehatan Kiara yang kurang baik."Kenapa kamu tanya-tanya?" Kiara kembali ke mode awal. Entah, wanita itu seperti mengalami perubahan hormon yang menyebabkan emosinya tidak stabil. "Aku cuma pengen tahu aja. Kalau kondisi kamu belum membaik, aku akan ant
"Mama, Cantik punya PR. Temenin cantik belajar, ya?" pinta Cantika pada Kiara. Gadis kecil itu menggelengkan kepala seperti enggan menghabiskan makanan itu. "Iya, Sayang. Kamu habisin makanan kamu dulu, ya?" Kiara mengelus puncak kepala Cantika penuh sayang. Cantika menyorongkan piringnya yang masih setengah penuh menjauh darinya. "Tapi aku nggak mau makan sayur," rengek Cantika.Gadis kecil itu menatap mamanya pernah permohonan. Hari ini dia agak sedikit susah makan padahal menu makanan yang dimasak bibik adalah menu kesukaannya."Ini kan sayur kesukaannya Cantik. Kenapa nggak dimakan?"Cantika terus menggeleng sembarienutup mulutnya dengan tangan."Nggak mau. Cantik udah kenyang!" seru Cantika. Kiara berusaha membujuk putri kesayangannya tapi tidak berhasil. Mengingat kondisi tubuhnya yang juga kurang berenergi, Kiara hanya bisa pasrah saat Cantika tetap nggak mau menghabiskan makanannya. Mau menyuapi seperti biasa tapi perutnya sendiri mua
Tubuh Kiara menegang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari Samudra. Kejutan yang bertubi-tubi hari ini membuatnya seperti orang linglung. Dinyatakan hamil lalu mendadak Samudra memeluknya dengan gembira. Sungguh sesuatu yang aneh dan di luar perkiraan."Terima kasih, Dokter." Ucapan Samudra menyadarkan Kiara dari kebekuan. "Karena usia kandungannya masih sangat muda, tolong dijaga dengan baik ya, Tuan. Karena pada trimester pertama masih sangat rentan. Jadi harus dijaga baik-baik." Samudra mengangguk. "Saya akan menjaganya dengan baik, Dok. Karena ini adalah buah cinta kami yang kami tunggu-tunggu," jawab Samudra membuat Kiara tercengang. "Ditunggu-tunggu katanya? Ternyata selain cerewet, pandai merayu, dia juga pandai berakting. Kemana saja aku selama ini sampai-sampai tidak tahu kalau dia sangat pandai berbicara. Atau jangan-jangan sikap dinginnya selama ini hanya untuk membentengi diri dariku saja? Ah, membingungkan," batin Kiara. Tak ada lagi percakapan dokter dan suamiya yang bi
"Mama! Kata Oma Cantik mau punya adik. Mana adiknya Cantik, Ma!" teriak Cantika memenuhi ruang VIP itu.Kiara menatap suaminya sekilas seolah meminta bantuan untuk menjawab. Sebenarnya Kiara masih belum mau membahas soal kehamilannya sama sekali mengingat dia sendiri masih shock dengan apa yang terjadi. "Cantik Sayang, adik bayinya masih dalam perut Mama. Nanti kalau sudah sembilan bulan baru lahir ke dunia," jelas Samudra lembut. Cantika menatap papanya dengan dua bola mata bulat yang tampak berbinar-binar. Ia mendengarkan penjelasan papanya seolah memahami apa yang dikatakan oleh sang papa."Begitulah?"Samudra mengangkat tubuh Cantika ke dalam gendongannya hingga posisi bocah itu menjadi tinggi. "Iya, Sayang. Adik bayinya masih sangat kecil. Jadi harus bobok lama dulu di dalam perut Mama. Nanti kalau adik bayinya sudah lahir, Cantik harus sayang sama adiknya ya?""He'eh!" Cantika mengangguk mantab. "Cantik pasti sayang sama adik bayi. Cantik jadi punya teman bermain nantinya."
"Apa kalian tidak tahu siapa saya? Saya akan laporkan pada Samudra karena telah melarang saya untuk masuk!" teriak Melisa di depan lobi kantor Samudra."Mohon maaf Bu Pak Sam sendiri yang melarang ibu untuk masuk!""Apa? Tidak mungkin! Kalian pasti hanya mengada-ada! Aku ini calon istrinya Samudra! Tidak mungkin dia melarangku ke sini!" ***Samudra baru saja duduk di samping Kiara sambil membawakan makanan untuknya ketika tiba-tiba ponselnya berdering. "Ayolah, sayang makanlah sedikit saja. Demi bayi kita," mohon Samudra.Awalnya Samudra mengabaikan panggilan itu tapi karena terus-menerus berbunyi hingga membuatnya tak bisa fokus mengurus Kiara mau tak mau iya mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa bukankah sudah kubilang jangan menghubungi saya kalau tidak penting?" Tanpa menunggu sosok di seberang telepon berbicara Samudra langsung mencecarnya dengan pertanyaan.[Maaf Pak tapi bu Melisa sudah membuat keributan di sini. Ya memaksa untuk masuk ke kantor Bapak]"Apa menangani seek
"Es campur? Tengah malam begini" tanya Samudra.Mendengar respon suaminya, spontan tangisan Kiara makin kencang. Wanita itu menatap suaminya sengit. Samudra yang melihatnya langsung gelagapan. Ia lupa kalau istrinya sedang mengandung sehingga apa yang diinginkan saat ini bukanlah murni keinginannya melainkan karena pengaruh hormon kehamilan. Lelaki itu segera meraih tubuh Kiara dan memeluknya erat. "Maaf, Sayang aku nggak bermaksud seperti itu. Kamu benar-benar ingin makan es campur? Baiklah, aku akan Carikan ya. Tapi tolong jangan menangis lagi. Nanti kamu kecapekan dan akan berpengaruh pada bayi kita."Samudra terus membujuk sang istri hingga wanita hamil itu berhenti menangis. Walaupun dalam pikiran Samudra terus memutar otak bagaimana caranya mendapatkan es campur jam 1 malam begini. Namun demi menuruti keinginan sang istri juga agar bisa mendapatkan kepercayaan darinya lagi, maka apapun akan Samudra lakukan. "Ya sudah, kamu tidur lagi ya. Aku Carikan es campurnya dulu. Nanti k
Karena sudah lemas, Kiara tidak bereaksi apapun saat sang suami melucuti semua pakaian dan membersihkan tubuhnya. Dengan tangan gemetar, Samudra berusaha menyelesaikan secepat mungkin. Tak lupa ia juga membersihkan dirinya sendiri."Cobaan apa ini, Tuhan," batin Samudra. Sejak menikah, baru kali ini lelaki itu benar-benar melihat tubuh sang istri tanpa penutup apapun. Walaupun sudah pernah melihatnya saat kejadian malam kelam itu, tapi saat itu dia dalam pengaruh emosi sehingga tidak benar-benar melihatnya. Kini, dihadapkan dengan pemandangan indah itu, Samudra seperti berada dalam siksaan yang maha dahsyat di dalam dirinya. Ia mencoba untuk menahan gejolak yang muncul. Sebagai pria normal yang pernah merasakan nikmatnya surga dunia, tentu saja pemandangan halal di depannya membuat sesuatu yang tertidur selama ini terbangun dan minta dituntaskan. "Astaga, harus berapa lama lagi siksaan ini terjadi," gumam Samudra. Setelah bisa menguasai diri, lelaki itu memakaikan handuk ke tubuh
Kiara duduk di depan jendela sambil menatap taman belakang rumah. Bunga-bunga tampak bermekaran menguarkan aroma semerbak, membuat suasana pagi Kiara terasa lebih baik. Matahari mulai mengintip di sela-sela pepohonan membentuk lukisan bayangan tumbuhan di bumi. Pagi ini, Kiara merasa seperti hidup kembali setelah beberapa bulan mengalami mati suri. Ya, hidupnya selama beberapa saat mengalami stagnasi karena hubungannya dengan sang suami yang semakin meruncing. Kiara berharap, perubahan suaminya tak hanya sekadar kamuflase untuk membuatnya tetap stay di rumah ini. "Mama!" Tiba-tiba Cantika sudah berada di belakangnya. Gadis kecil itu masuk dengan membawa segelas susu untuk Kiara. "Lihat, Cantik bawain susu buat dedek bayi!" ujar Cantika antusias. Gadis kecil itu berjalan memutar hingga kini berhadapan dengan Kiara. Senyum teduh Kiara berikan pada putri sambungnya itu. Keharuan menyeruak di dalam dada saat Cantika menyodorkan segelas susu ibu hamil untuknya."Diminum ya, Ma! Kata Pa
"Cantik kan sudah bilang jangan ikuti Cantik! Cantik sudah besar, sudah berani ke kamar mandi sendiri!" tolaknya.Setelah mengatakan itu langsung berlari menuju ke kamar mandi siswa yang berada di sebelah kanan gedung sekolah ini. Pengasuh dan bodyguard itu akhirnya mengalah pada nona mudanya daripada mendapat amukan sang majikan. Mereka juga berpikir ini masih di lingkungan sekolah jadi tidak mungkin ada orang asing yang bisa masuk ke area sekolah terlebih di gerbang ada penjaga. Lima menit, sepuluh menit, sampai lima belas menit Cantika tak kunjung kembali. Pengasuh dan pengawal mulai gelisah. Seharusnya kalau hanya buang air kecil Cantika sudah kembali. Tanpa dikomando, dua orang yang sama-sama dipekerjakan untuk menjaga Cantika itu bergerak cepat menuju ke kamar mandi siswa. Satu per satu bilik dibuka tapi tak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di sana. "Non! Non Cantik!" panggil bibik panik. Namun tak ada sahutan dari sana. "Bagaimana ini, Non Cantik tidak ada di manapun!" u
Tanpa menunggu matahari terbit malam itu juga semua tim dikerahkan untuk menyisir parkiran kantor. Terdapat dipungkiri jika kehadiran Melisa kembali membuat hidup Samudra tidak tenang. Samudra hanya memantau dari rumah karena khawatir istrinya akan mencari jika tiba-tiba wanita yang dicintainya itu terbangun seperti biasa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Samudra duduk di sofa kamarnya sambil terus memantau ponselnya. Yaitu terus berkomunikasi dengan kepala tim yang diterjunkan untuk menyisir parkiran kantor. Sudah satu setengah jam pria berhitung mancing itu menunggu kabar tapi anak buahnya belum ada satupun yang memberikan kabar padanya. Tiara merasa tiba-tiba tenggorokannya kering sehingga membuatnya terbangun untuk minum. Namun ia merasakan tempat tidur di sebelahnya. Wanita itu membuka mata lalu mencari sosok suaminya. Sepasang mata Kiara menyipit tatkala melihat siluet pria sedang duduk di sofa dalam kamarnya. Tanpa perlu menajamkan matanya pun wanita itu tahu si
Samudra menatap wajah sang istri yang tampak damai dalam tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tak heran jika Kiara sudah terlelap di peraduan setelah drama wanita misterius tadi siang. Ia merasakan lelah yang amat sangat sehingga memilih untuk tidur lebih awal. Terlebih lagi besok dia harus kembali masuk ke kantor setelah sehari mengambil cuti dadakan. Samudra menarik selimut untuk menutup istrinya. Mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan tidak terlalu gerah. Setelah mematikan semua kondisi nyaman untuk sang istri tidur nyenyak kalau ia mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Setelahnya Samudra memilih untuk keluar perlahan menuju ruang kerjanya. Di depan meja yang penuh dengan tumpukan berkas Samudra menangkap kosong jendela yang belum tertutup kordennya. Taburan bintang di langit tampak begitu indah terlihat dari dalam ruang kerja Samudra. Perlahan pria itu berjalan menuju balkon ruang kerjanya lalu mengeluarkan ponsel dan terlihat mengh
Kiara berdiri lalu pamit pada para orang tua wali untuk pergi lebih dulu. Sepeda motor metic yang ditumpangi Kiara melaju dengan kecepatan sedang. Ibu dan anak itu tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir ke mall untuk bermain lebih dulu. "Mama, Cantik mau main itu!" tunjuk Cantika. Saat ini mereka sedang berada di time zone yang ada di lantai dasar mall ini. Kiara mengangguk lalu mengatakan pada sang buah hati kalau dirinya duduk di salah satu bangku yang tidak jauh dari tempat itu. Saat berjalan menuju ke bangku tersebut, ia merasakan bahunya ditabrak seseorang. Wanita itu mendongak saat mendengar suara yang tak asing di telinganya.Kiara menatap sosok yang tak asing di depannya. Namun ia tampak ragu karena wanita yang menabraknya segera pergi. Tak ingin membuat Cantika menunggu, Kiara segera berjalan lagi. Namun sepanjang jalan ia terus kepikiran dengan sosok yang dia kenali sebagai Melisa. Namun kenapa wajahnya berbeda."Mama, Cantik mau es krim!" Tiba-tiba Cantika sudah
Setelah mendapatkan informasi dari Excel Samudra tidak langsung pulang ke rumah melainkan mengadakan pertemuan dengan tim it untuk melacak kebenaran keberadaan Melisa. Segala kemampuan dikerahkan untuk mengetahui posisi wanita yang pernah menjadi penyebab meninggalnya calon buah hati Samudra itu. Namun tampaknya Samudra harus menelan kecewa lagi karena ternyata wanita bernama Melisa itu sudah tidak berada di tempat yang disebutkan oleh Excel sebelumnya. Seolah tahu kalau dirinya sedang menjadi buronan, maka wanita itu berpindah-pindah tempat. Hanya saja memang ada sosok yang melindunginya sehingga keberadaannya tidak mudah dilacak. Tempat pukul 12.00 malam Samudra mengakhiri rapat dengan timnya lalu memilih untuk pulang. Karena tidak mau mengganggu tidur sang istri pria itu masuk ke kamar dengan cara mengendap-endap seperti maling berharap wanita yang ia cintai itu tidak terganggu oleh kehadirannya. Dia tahu memang mereka berdua butuh bicara karena kedatangan Clara secara tiba-tiba
Seringai tipis muncul di bibir pria berambut gondrong tersebut. Jelas Samudra terkejut melihat pria yang sudah lama menghilang dari kancah dunia bisnis itu. Dulu pria itu adalah saingan terberat Samudra ketika sedang merintis bisnisnya. Pria itu beberapa kali selalu mengalahkan Samudra dalam memperoleh tender. Usut punya usut pria itu mengambil jalan curang hingga saat perusahaan pria berambut panjang itu tengah di puncak kejayaan, mendadak ada beberapa orang yang melaporkan sehingga dia harus mendekam di penjara karena perbuatannya. Entah kapan pria itu bebas. Karena sejak menghilang dari dunia bisnis, media tak pernah lagi memberitakannya. Kini mendadak dia kembali muncul dengan membawa info yang sangat dibutuhkan Samudra. Entah suami Kiara itu bisa percaya atau tidak setelah apa yang dilakukan pria tersebut dulu. Masih lekat dalam ingatan Samudra bagaimana lelaki gondrong itu menjegal setiap langkahnya. "Duduklah! Jangan memandangku seperti itu, macam melihat hantu saja." Pria
Baru saya Jek mau mengangkat panggilan itu tiba-tiba dering ponsel berhenti. Tak berselang lama sebuah pesan masuk dari nomor yang sama."Katakan pada bosmu, aku sudah bisa melacak keberadaan Melisa."Kalimat yang cukup singkat tapi sangat membawa pengaruh yang cukup besar bagi perubahan lewat wajah asisten pribadi Samudra itu. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu sejak satu bulan yang lalu. Setelah melalui berbagai macam cara tidak mendapatkan informasi apapun tentang wanita ini pernah mengusik rumah tangga atasannya itu, kini tiba-tiba kabar tentang keberadaannya kembali terdengar.Ucap langsung melakukan panggilan kepada lelaki tersebut. Pada dering ketiga suara bariton seorang pria langsung menyapa pendengaran Jack. "Di mana dia sekarang?" tanya Jack tanpa basa-basi. Sementara Samudra mengurungkan niatnya untuk menyusul sang istri begitu mendengar informasi yang cukup penting itu. Untuk masalah Kiara dia akan membujuknya nanti malam. Bukan karena tidak memprioritaskan kekasih h
"Ini semua berkatmu, Mas. Juga berkat bantuan Jack dalam membimbingku selama ini."Samudra mengangguk membenarkan ucapan sang istri. "Jangan terlalu sibuk. Ingat kita sedang promil."Kiara memukul lengan suaminya. "Bukankah kamu sendiri yang menjebakku dalam pekerjaan yang tidak ada habisnya ini?"Samudra terkekeh, lalu mengusap kepala sang istri dengan lembut. "Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin kita selalu bersama baik di rumah maupun di kantor."Di saat pasangan suami istri itu tengah tertawa bersama, tiba-tiba seseorang memanggil nama Samudra. "Samudra?" Spontan pasangan suami istri itu menoleh ke sumber suara. Kiara menatap sosok wanita yang berdiri dengan penampilan yang sangat mencolok. Dress ketat warna merah cabe dengan rambut blonde tergerai begitu saja. Sementara Damar hanya menatap sekilas dengan wajah datar.Tanpa permisi, wanita itu langsung duduk di hadapan Samudra. Senyumnya mengembang sempurna seolah baru saja menemukan sebongkah emas di hadapannya. Namun ada yang
Sudah satu bulan berlalu tapi kabar tentang hilangnya seorang napi bernama Melisa masih menjadi tanda tanya. Pasalnya wanita itu seolah hilang ditelan bumi. Jejaknya tidak terdeteksi dan pergerakannya tak bisa diketahui.Meski demikian Samudra tetap percaya kalau wanita itu masih belum sepenuhnya melepaskan dendam padanya dan juga Kiara. Untuk itu Samudra tetap waspada meskipun berusaha untuk tenang karena khawatir Kiara merasa terancam dengan hilangnya Melisa dari penjara.Detektif swasta yang dia sewa bahkan belum memberikan keterangan apapun terkait hilangnya wanita licik itu. "Bagaimana, apa sudah ada kabar?" tanya Samudra tanpa memandang ke arah pria yang sedang berdiri di sampingnya. "Belum ada, Pak. Tim it yang sudah dikerahkan tidak mampu melacak keberadaannya. Saya rasa ada orang yang sangat kuat di belakangnya yang sengaja melindungi keberadaan wanita itu."Dalam hati Samudra mengakui kebenaran yang diucapkan oleh asisten kepercayaannya. Karena tidak mungkin seorang Melisa