Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 201 - Bab 210
374 Bab
(TIANA STORY) ASISTEN KESAYANGAN PRESDIR
'Aldrich?! Dia Aldrich yang dulu, kan?!' Tiana kacau dengan pikirannya. Gadis itu mengusap wajah berulang kali sembari menatapi laptopnya dan sesekali melirik ke meja sebelah di mana Aldrich berada. Ingin sekali Tiana pulang saat ini, bagaimana bisa dia bertemu lagi dengan laki-laki itu dalam keadaan seperti ini?! Lebih lagi Aldrich sudah berbeda, sikapnya lebih dewasa dan sangat profesional. Tiana malu sendiri. "Aduhh..." Tiana menundukkan kepalanya. Aldrich menoleh, dia tersenyum kecil. Lucu, Tiana-nya sama sekali tidak berubah. "Kalau kau lelah, istirahat saja. Aku tidak mau dihajar kembaranmu," ujar laki-laki itu. "Eh, tidak kok!" jawab Tiana, dia kembali memakai kaca matanya dan menatapi laptopnya. Aldrich beranjak dari duduknya perlahan, dia menarik kursi duduk di samping Tiana. Menyangga kepala menatapi wajah cantik Tiana yang sudah lama tidak pernah dia lihat. Aldrich merindukan gadis ini, terkahir kali mereka bertelepon saat keduanya masih kecil. Saat mendengar kabar
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) GADIS IDAMAN DUA PRIA
Tiana turun dari dalam bus kota, gadis itu tersenyum lebar melambaikan tangannya secara langsung pada seorang laki-laki yang duduk di depan gedung sekolah kursus, dan laki-laki muda dengan stelan almamater jas merah itu, menunggunya. "Ren! Renhard...!" teriak Tiana berlari. Renhard, sahabat dekat Tiana sejak kecil hingga kini. Laki-laki itu juga menjadi guru bimbingan kursus di gedung yang sama dengan Tiana. Mereka kebetulan juga kuliah di kampus yang sama juga. "Jangan lari, Tiana," ujar laki-laki itu tersenyum manis pada Tiana dan menyambut kedatangannya. "Ren, maaf ya aku terlambat. Aku... Aku sangat senang hari ini!" pekik Tiana dengan wajah kesenangan dan heboh sendiri. Renhard menatapnya dan dia ikut tersenyum senang bila Tiana juga senang. "Ada apa? Ada hal menyenangkan di tempat magang?" tanya Renhard seraya melangkah bersama Tiana masuk ke dalam pekarangan luas gedung kursus. Tiana mengangguk antusias. "Iya! Kau tahu... Orang yang aku tunggu-tunggu selama ini sudah kem
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) TETAPLAH MANJA PADAKU
Di dalam sebuah ruang tamu di dikediaman megah keluarga Casadin, seorang Renhard duduk berhadapan dengan Papanya yang sejak tadi membahas Tiana, putri rekan kerjanya. Renhard tidak seantusias biasanya saat sang Papa menyebutkan nama gadis dambaannya tersebut. "Sampai akhir musim ini Ren, Papa dan Om Sebastian berencana ingin menjodoh-""Tidak usah Pa," seru Renhard menyela. "Hah, tidak usah bagaimana?!" pekik Casadin menatap sang putra. "Itu hanya rencana, kan? Tiana itu temanku, dia sudah seperti adikku sendiri. Dia juga sudah punya seseorang yang dia cintai." Casadin dan Yelse menatap Putranya yang kini memasang wajah sedih, setengah kecewa. Biasanya Renhard memang senang saat membahas Tiana, tidak berhenti dia memuji gadis itu. "Ren, kami tidak akan memaksamu," ujar Yelse, wanita itu tersenyum. "Tapi Papa dan Om Sebastian sudah membicarakannya, dan itu semua masih rencana. Kalau kau mundur dan tidak mau, juga tidak papa." Renhard mengangguk kaku. "Iya Ma, lagipula Tiana menga
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) BOLEHKAH TIANA BERPACARAN?
Pagi pun masih gerimis, Tiana yang baru saja keluar dari dalam kamar Aldrich, gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari. Rumah megah kediaman keluarga Hubert sangat sepi. Tiana pun kini menyadari kalau Aldrich sendirian tinggal di sana. "Aldrich," lirih Tiana memanggil laki-laki yang tengah berdiri di depan jendela besar yang terbuka lebar. Laki-laki itu menoleh, dia menatap Tiana, gadis yang kini memakai dress merah jambu yang Aldrich belikan sudah dari beberapa waktu yang lalu sebagai hadiah untuk Tiana. "Mama Emma, mana?" tanya Tiana mendekati laki-laki itu. "Mama dan Papa masih di Italia, mereka akan kembali nanti. Kalau aku akan menikah," jawab Aldrich membalikkan badannya menatap Tiana lekat-lekat. Kedua mata indah Tiana mengerjap, bibirnya mengatup rapat dan pandangannya di balik kaca mata menjadi sayu. Satu langkah Tiana mendekat, dia mendongak menatap lelaki yang jauh lebih tinggi darinya. Dengan kepala sedikit memiring, Tiana mengembuskan napasnya lembut. "
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) ALDRICH YANG TEROBSESI PADA TIANA
Tiana datang ke kantor saat siang hari, sesuai dengan perintah Aldrich padanya. Belum lagi kini Tino yang mengantarkan gadis itu. Jelas sekali banyak bicara dan banyak sekali peraturan yang Tino tekankan pada adik kembarannya tersebut. "Nanti kalau pulang hubungi aku saja, jangan menginap- menginap lagi!" omel Tino berjalan mengantarkan Tiana sampai ke dalam kantor. "Iya, iya Tino, sudah sampai di sini saja. Jangan ikut masuk!" pekik Tiana menarik lengan Tino. "Kenapa memangnya, hah?! Aku ingin bertemu dengan pacarmu itu!" sinis Tino dengan wajah serius. "Ya ampun, Tino..." Mereka berdua masuk ke dalam kantor, semua orang di sana menatap ke arah Tino dan Tiana yang baru saja tiba. Sosok Aldrich yang berada di sana lantas menoleh dan dia langsung tersenyum mendekati Tino. "Wahh, apa kabar, Piranha?!" sapa Aldrich tertawa pelan mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Tino. "Hemm, tentu saja kabarku baik-baik saja dan tetap kaya raya, Lalat Buah!" jawab Tino, dia juga t
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) KECUPAN PERTAMA TIANA!
Cengkeraman erat telapak tangan Aldrich terasa jelas di lengan Tiana. Gadis itu hanya bisa pasrah tanpa melawannya. Bahkan saat Aldrich meminta seseorang mengambilkan payung dan mereka pergi berdua dari kantor. Tiana hanya diam ditatap semua orang hingga mereka masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil, seolah tak terjadi apapun, Aldrich tersenyum kembali dan menarik gemas satu pipi Tiana. "Jangan marah, Sayang..." Aldrich berbisik lembut. Dan bagi Tiana, ini ngeri setengah mati. "Antarkan Tiana pulang," pinta Tiana dengan nada pelan. "Tidak, beli makan dulu, baru pulang." "Tiana masih kenyang, Aldrich!" pekik gadis itu dengan wajah serius. "Kau tidak boleh membantah atasanmu, Tiana," tekan Aldrich sekali lagi. Wajah Tiana menjadi muram, melawan Aldrich sama halnya melawan Papinya, Sebastian. Benar-benar karakter yang sama, lembut dan keras kepala. Apapun yang dia mau, harus terwujud saat itu juga. Mau tidak mau, Tiana pun menuruti apa yang Aldrich inginkan. Mereka membeli
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) AKULAH CALON SUAMIMU!
"Kenapa sekarang kau semakin sibuk dan tidak ada waktu?" Renhard menyerahkan segelas minuman pada Tiana, mereka berdua berada di bangku taman di dekat gedung Sekolah Melodi di mana Tiana dan Renhard menjadi guru privat. Mendengar pertanyaan yang Renhard lontarkan, wajah Tiana menjadi sedikit murung. Padahal hanya dua hari saja mereka tidak bertemu, tapi Tiana tahu betul kalau teman dekatnya ini memang sangat mengkhawatirkannya. "Ren, kau tahu kan, sejak pagi Tiana sibuk di kantor, sorenya baru ada waktu bertemu denganmu. Jangan khawatir, kau tetap menjadi teman terbaikku, kok!" seru Tiana tersenyum dengan sangat manis. Renhard terkekeh. "Aku padahal punya sesuatu untukmu, Tiana." "Hem, kau punya apa?" Tiana mengerjapkan kedua matanya penasaran. Laki-laki dengan stelan kemeja putih itu mengeluarkan dua lembar kertas di hadapan Tiana. "Tiket nonton film," jawab Renhard. Kedua mata Tiana berbinar-binar, ia menyahut dua kertas di tangan Renhard dengan mata melebar kesenangan. "E
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) JANGAN MENYENTUH WANITAKU
Hari libur ini seharusnya Tiana jadikan hari jalan-jalan dan menonton film bersama dengan Renhard, namun gadis itu malah diam mengurung diri di dalam kamar. Tiana duduk meringkuk di atas ranjang menatap ke arah jendela, di luar sedang hujan gerimis. "Mungkin hujan ini cukup menjadi alasan kalau Tiana tidak bisa pergi dengan Renhard," gumam Tiana lirih. Gadis itu kembali berbaring dan memeluk bonekanya. Ia menatap langit-langit dengan perasaan hampa. "Tiana..." Suara ketukan pintu kamar terdengar beberapa kali, sampai tiba saatnya pintu cokelat itu terbuka dan muncul Tino masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu menatap kembarannya yang hanya diam, bahkan sejak semalam Tiana tidak keluar dari dalam kamar sama sekali. "Kau tidak sakit, kan?" tanya Tino kini berjalan mendekatinya. Tiana menggelengkan kepalanya. "Tidak kok, Tiana tidak papa." "Kata Mami kau tidak mau sarapan, kenapa lagi? Siapa yang membuat masalah denganmu?" Tino ikut berbaring di samping Tiana. Di sana, Tiana menat
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) HANGAT PENUH KASIH SAYANG
"Memangnya kau tidak punya teman ya selama di Italia? Sampai-sampai kau melarangku berteman dengan Renhard?"Tiana menatap Aldrich yang kini duduk merangkulnya dari belakang, laki-laki itu meletakkan dagunya di pucuk kepala Tiana. "Aku tidak tertarik berteman dengan siapapun," jawab Aldrich memainkan rambut panjang Tiana dengan pelan. "Aldrich..." Tiana membalikkan badannya dan cemberut di hadapan laki-laki itu. "Jangan seperti Papiku dong. Tiana sering kasihan lihat Mami kalau Papi terlalu posesif, sekarang malah Aldrich posesif seperti sama Tiana." "Itu karena kau nakal, Tiana." Aldrich menarik hidung gadis itu dengan gemas. "Kau harus bisa menjaga perasaanku, batasi dengan perkiraan, apakah dengan kau dekat dengan Renhard membuat aku cemburu atau tidak, pikirkan itu, kau paham maksudku, bukan?" "Aldrich sayang Tiana, kan?" tanya gadis itu masih dengan menatapnya. Aldrich tersenyum dan menarik Tiana dalam pelukannya. Mendekap Tiana erat-erat dan melingkarkan kedua tangan gadis
Baca selengkapnya
(TIANA STORY) UNTUKKU KAU SEMPURNA
Tiana ikut pulang ke kediaman Aldrich, Mami dan Papinya juga sudah memberikan izin. Setibanya di rumah Aldrich yang sepi, Tiana hanya mengekori laki-laki itu karena di tempat itu Aldrich juga tinggal seorang diri. "Kalau mengantuk tidur saja, Sayang..." Aldrich membuka pintu kamarnya. "Tidak kok, Tiana tidak mengantuk." Gadis itu duduk di tepi ranjang dan melepaskan jaketnya. Tiana naik ke atas ranjang dan berbaring, dia menatap Aldrich yang berdiri di depan meja rias melepaskan jam tangan dan kancing lengan kemeja yang dia pakai. "Aldrich..." "Heem?" "Ada sesuatu yang ingin Tiana ceritakan," ujar gadis itu menatap langit-langit kamar dengan tatapan sedih. "Aldrich tidak boleh marah, Aldrich bisa mengambil keputusan yang tepat setelah mendengarkan cerita dari Tiana." Aldrich menoleh ke belakang di mana Tiana berada, ia melangkah mendekat seraya menggulung lengan kemeja yang dia pakai. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang dan menatapi wajah Tiana yang damai dan sejuk. Dia begit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
38
DMCA.com Protection Status