All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 161 - Chapter 170
611 Chapters
Bab 161
Pada akhirnya, Alya mengangguk setuju.Saat dia kembali ke kamar, dia menemukan Rizki duduk di sofa.Mengingat ucapan sang nenek, Alya tanpa sadar mengamati pakaian Rizki.Seperti yang Wulan katakan, Rizki hanya mengenakan kemeja hitam. Rizki bersandar di sofa yang berwarna gelap itu, auranya yang suram hampir bercampur dengan sofa tersebut.Alya juga tidak menyangka hari ini mereka berdua akan menjadi seperti ini.Bahkan meskipun mereka berdua bukan suami istri, mereka sudah berteman sejak kecil. Hanya saja, tidak ada hubungan suami istri dalam pertemanan mereka.Di luar batas itu, Rizki juga telah banyak membantunya.Alya tahu, seharusnya dialah yang mengalah lebih dulu. Namun, entah kenapa, dia hanya berdiri di sana sambil memandang Rizki untuk beberapa saat. Akhirnya, dia masih tetap tidak mengatakan apa pun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Ketika dia keluar dari kamar mandi, sosok Rizki sudah tidak berada di dalam ruangan.Namun, ponsel Alya menerima beberapa p
Read more
Bab 162
Dari kecil sampai sekarang, tak peduli berapa kali mereka mengalami perang dingin, yang selalu mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu adalah Rizki. Tentu saja meskipun dia yang mengambil inisiatif, raut wajahnya selalu terlihat tidak senang.Jika Alya mengabaikannya, Rizki akan makin marah dan terus berbicara padanya sambil menggertakkan gigi.Setelah merenung, Alya menganggukkan kepalanya."Ikut."Barulah raut wajah Rizki sedikit membaik.Setelah sarapan, mereka berdua pergi bersama. Tadinya Alya mengira dirinya akan naik mobil sendiri, tetapi saat dia berbalik, dia melihat Rizki menurunkan jendela mobil dan menatapnya dengan dingin."Naiklah."Mengingat pesta yang harus mereka hadiri, Alya pun tidak menolak.Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara. Sesampainya di perusahaan, mereka pun pergi ke tempat kerja masing-masing.Alya baru saja duduk ketika dia menerima pesan teks dari Citra."Bagaimana kabarmu? Dengan ditundanya operasi Nenek Wulan, apakah urusan kalian juga diu
Read more
Bab 163
Suara itu tiba-tiba keluar dari ponselnya. Ketika Alya ingin mematikan suaranya, dia sudah terlambat.Saat dia mengambil ponselnya, pesan suara itu sudah otomatis terputar.Alya terdiam.Apa yang terjadi? Dia kira setelah Citra selesai bekerja, Citra akan kembali dan curhat mengenai bosnya yang menyebalkan. Siapa sangka, ternyata sahabatnya membicarakan masalahnya sendiri.Alya teringat sesuatu, seketika raut wajahnya berubah. Dia segera berdiri dan membuka pintu.Di luar pintu kosong, tidak ada orang yang terlihat.Dia pun menghela napas lega.Dia meminta Tiara untuk sekalian menutup pintu saat keluar, seharusnya gadis itu tidak akan berlama-lama di sini, seharusnya Tiara tidak mendengar pesan suara barusan.Namun, Alya masih belum sepenuhnya tenang. Setelah berjalan beberapa langkah dan memastikan tidak ada orang di sana, barulah dia kembali.Kemudian, dia menghapus pesan suara dari Citra dan memarahi sahabatnya habis-habisan.Melihatnya marah, Citra segera berlutut dan mengatakan be
Read more
Bab 164
Karena sumbernya dari Rizki sendiri.Barusan dia terlalu terkejut, sehingga dia tidak terpikirkan hal ini.Melihat Lutfi tidak berbicara, Tiara bertanya dengan suara kecil, "Bagaimana? Bukankah menurutmu ini semacam pengkhianatan?"Tidak ada yang bisa Lutfi katakan.Jika memosisikan dirinya sebagai Alya, Lutfi dapat memahaminya dan bahkan ikut merasa geram untuk Alya."Kamu diam saja, apa artinya kamu setuju? Kalau begitu ...." Tiara berbisik, "Kejadian hari ini kita rahasiakan saja dulu."Mendengar ini, Lutfi mengangguk setuju."Aku mengerti, sejak awal nggak seharusnya kita membicarakan hal ini.""Bagus, kita anggap kita nggak mendengar apa pun. Sekarang Bu Alya sudah cukup kasihan, kita jangan menyusahkannya lagi.""Tapi ...." Lutfi mengerutkan kening. "Aku nggak terlalu mengerti. Kenapa Bu Alya nggak beri tahu saja Pak Rizki? Kalau diberi tahu, mungkin Pak Rizki nggak akan berhubungan dengan Hana, 'kan?""Ck." Tiara mencibir, "Sekarang sudah zaman apa? Kamu masih saja membicarakan
Read more
Bab 165
"Bajingan!""Apa katamu?" Rizki menyipitkan matanya dengan tidak senang, auranya tiba-tiba menjadi makin seram.Nada bicara yang sedingin es itu pun menyadarkan Lutfi kembali.Sial, bukankah dia hanya sedang mengutuk di dalam hati? Bagaimana bisa dia mengatakannya?Lutfi kehabisan kata-kata untuk dirinya sendiri.Akan tetapi, dengan mengandalkan pengalamannya di tempat kerja, dia segera membuat sebuah alasan."Maafkan aku Pak Rizki, aku bukan membicarakanmu. Hanya saja kemarin malam, aku menemani ibuku menonton sinetron yang melodramatis. Pemeran utama prianya adalah seorang bajingan!"Benar, penjelasan ini bagus juga.Sinetron melodramatis?Rizki mengerutkan kening dan menatapnya dengan tidak senang. "Kamu memikirkan hal semacam itu di waktu kerja?"Ck, memangnya kenapa kalau dia memikirkan hal itu? Bukankah Rizki juga mendua dengan wanita lain di waktu kerja? Hahaha!Tentu saja Lutfi tidak bisa mengatakan hal ini."Bukan begitu, Pak Rizki. Dalam perjalanan ke sini aku tiba-tiba terpi
Read more
Bab 166
Lutfi keluar dari dalam kantor dengan beberapa map di tangannya, wajahnya terlihat pucat.Dia menunduk dan melihat dokumen-dokumen di tangannya yang harus dia selesaikan dalam 3 hari. Semua ini karena dia telah menyindir seseorang.Huh, kalau tahu akan begini, dia lebih baik menahan dirinya.Namun, saat memikirkan Alya yang tidak berani mengungkapkan kehamilannya karena hubungan Rizki dan Hana yang tidak jelas, juga bagaimana wanita itu hanya dapat menelan kegetirannya seorang diri, Lutfi pun merasakan amarah yang bergejolak di hatinya.Berapa banyak penderitaan yang harus dirasakan Alya?Jadi, Lutfi pun sudah memutuskan, meskipun mulai sekarang Rizki akan menekannya seperti ini, dia tetap akan mengatai bosnya itu bajingan!...Alya sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi di sisi lain, dia sedang sibuk melanjutkan pekerjaannya.Hanya saja walaupun dia belum lama bekerja, dia sudah mengantuk. Dia terus menguap di depan layar komputer.Ketika Tiara membawakannya air, gadis itu kebe
Read more
Bab 167
Tamat sudah, apa kelihatan sekali?Tahu begitu dia harusnya lebih tenang. Namun, begitu dia mengetahui kehamilan Alya dan hubungan tidak jelas Rizki dengan wanita lain, Tiara merasa sangat sedih. Dia hanya ingin membantu Alya, sama sekali tidak ada niat lainnya."Hm?"Melihat asistennya menghindari kontak mata, Alya menjadi panik. Mungkinkah Tiara benar-benar mendengarnya?Meskipun biasanya Tiara sangat pemalu, pikirannya cukup cepat tangkap.Merasa ada sesuatu yang tak beres, Tiara akhirnya merespons, "Sebenarnya, ini karena kejadian kemarin malam." Tiara dengan canggung menyentuh bagian belakang kepalanya. "Kalau bukan karena aku, Kak Alya nggak akan mendengar Pak Candra mengatakan hal-hal itu. Aku hanya ingin menebus kesalahanku."Dengan berkata seperti ini, Alya seharusnya tidak akan mencurigainya lagi, 'kan?Tentu saja setelah mendengar penjelasan tersebut, raut wajah Alya akhirnya sedikit membaik.Ternyata karena kejadian kemarin malam. Kalau seperti ini, dia bisa mengerti.Memik
Read more
Bab 168
Dibandingkan dengan aura anak mudanya 5 tahun lalu, Irfan yang sekarang telah tumbuh menjadi pria dewasa yang bermartabat, membuat semua orang hampir tidak dapat memalingkan mata mereka."Irfan."Semua orang berdiri untuk menyapanya.Irfan mengangguk sambil tersenyum pada semua orang. Matanya memindai ruangan, tetapi dia tidak menemukan orang yang dia cari. Dia pun termenung sejenak.Gadis kecil itu, malam ini dia tidak mungkin tidak datang, 'kan?Tidak, Rizki masih belum muncul. Mengingat situasi Alya sekarang, seharusnya Alya datang bersama Rizki.Saat dia sedang bertanya-tanya, sebuah suara lembut terdengar dari belakangnya."Permisi ....""Hana!"Sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya, seseorang memanggil nama Hana. Hana pun tahu bahwa ruang pribadi ini adalah tempat yang dicarinya.Irfan berbalik dan melirik Hana yang berpakaian seksi. Dia pun mengangguk padanya.Rasa kagum melintas di mata Hana.Penampilan tak asing pria di depannya membuat Hana langsung mengenal siapa orang
Read more
Bab 169
Akhirnya seseorang di dalam ruangan pun bertanya, "Apakah Rizki akan datang ke pesta penyambutan Irfan?""Pasti akan datang, waktu itu mereka adalah teman baik.""Kenapa sampai sekarang sosoknya belum terlihat?"Benar, kenapa sampai sekarang sosoknya belum terlihat?Hana refleks melirik ponselnya. Sebelum dia berangkat tadi, dia mengirim sebuah pesan pada Rizki, bertanya pria itu sudah sampai di mana. Namun, siapa sangka hingga sekarang Rizki belum membalasnya. Jadi, Hana hanya menebak, mungkin sekarang Rizki sedang menyetir dan tidak bisa membalas pesannya.Akan tetapi, waktu sudah cukup lama berlalu sejak dia tiba di sini. Rizki belum datang, pesannya juga belum dibalas.Hana pun merasa agak gelisah.Melihatnya memegang ponsel, temannya pun seperti sedang memperhitungkan sesuatu. Kemudian, di depan semua orang, temannya berkata, "Hana, bagaimana kalau kamu telepon dan tanya saja Rizki? Dia pasti akan mengangkat teleponmu."Mendengar ini, Hana refleks menatap temannya yang berbicara i
Read more
Bab 170
Jika benar-benar ada perasaan di antara mereka, seharusnya mereka sudah lama berpacaran.Jadi, saat melihat mereka muncul bersama dan berpakaian seperti ini, semua orang menghela napas dan mengalihkan pandangan mereka pada Hana.Saat ini Hana merasa tidak nyaman.Karena mereka berdua yang berpakaian seperti ini terasa seperti tamparan di wajahnya.Kegelisahannya bertambah besar, situasi pun menjadi makin di luar kendalinya. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Dengan begitu banyaknya orang di sini, dia tidak bisa mempermalukan dirinya, 'kan?Memikirkan hal ini, Hana berdiri dan berjalan ke samping Alya, lalu dengan akrab dia pun mengaitkan lengan dengannya."Nggak apa-apa, datang terlambat itu bukan masalah besar. Asalkan kamu sampai dengan selamat maka semua baik-baik saja. Ayo, kamu duduk bersamaku ya."Setelah melihat sifat asli Hana, Alya tahu bahwa wanita ini suka berakting di depan semua orang. Jadi, saat Hana menariknya, Alya mengontrol ekspresinya dan tidak menolak. Kemudian, dia
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
62
DMCA.com Protection Status