Sebenarnya Hana mengucapkan kalimat itu untuk bertaruh.Tingkah laku Rizki akhir-akhir ini terlalu aneh. Jika dia tidak menggunakan utang budi Alya untuk mengendalikannya, dia mungkin sudah curiga bahwa Alya telah memberitahukan kehamilannya pada Rizki.Lucunya meskipun Alya adalah saingan cintanya, dalam hal memegang janji, Hana masih memercayai Alya.Jika tidak ... dia tidak akan susah-susah membuat Alya berutang budi padanya!Tentu saja setelah dia mengucapkan pernyataan itu, emosi semua orang jadi makin tinggi."Status apa?"Semua orang menyeringai. "Hana, kamu nggak mengatakan kalau Rizki sekarang adalah pria beristri, 'kan?""Astaga, pernikahan mereka itu palsu. Siapa yang nggak tahu kalau hanya ada kamu di hati Rizki.""Benar, Rizki dan Alya adalah teman sejak kecil. Dari kecil hingga sekarang mereka adalah teman baik, mana ada cinta di antara mereka?"Semua orang berbicara. Rizki yang mendengar ini pun mengerutkan kening dan tanpa sadar menatap ke arah Alya.Alya meminum jusnya
"Astrid ...." Hana menarik teman di sampingnya, raut wajahnya terlihat buruk. "Berhenti berbicara.""Hana, kenapa kamu menarikku? Aku hanya sedang beramah-tamah dengannya. Aku rasa pikiran Alya nggak sesempit itu, 'kan?"Saat dia sedang berbicara, Alya sudah mengambil segelas anggur merah yang berada tidak jauh darinya.Alya memegang gelas tersebut dan menggoyangkannya dengan lembut, cairan merah itu berkilau memesona di bawah cahaya lampu.Tindakannya ini membuat raut wajah Astrid sedikit berubah. "Mau apa kamu?"Mendengar ini, Alya terdiam sejenak. Kemudian, dia menoleh dan menatap wanita itu dengan ekspresi terkejut.Sesaat kemudian, Alya tertawa seakan-akan dia telah menyadari sesuatu. "Kenapa? Kamu kira aku akan menyirammu? Tenang, pikiranku nggak sempit. Aku nggak akan membiarkan anggur merah ini beramah-tamah dengan wajahmu."Meskipun Alya tidak melakukan apa pun, terdapat sarkasme dalam perkataannya. Hal ini membuat raut wajah Astrid memburuk.Dia ingin meledak, tetapi dia dita
Seisi ruangan itu seketika menjadi sunyi.Mereka yang tadinya membuat keributan dan menonton pertunjukan tersebut, saat ini terdiam dan menciut ketakutan.Udara di dalam ruangan tersebut seakan dipenuhi dengan aura yang sedingin es.Rizki duduk di sana dan memandang wanita berambut pirang itu dengan dingin. Tatapannya tajam dan galak, bagaikan pisau yang menusuk.Sikap arogan wanita itu dalam sekejap surut. Dia menunduk dan tidak berani untuk mengangkat kepalanya.Karena barusan, saat dia tidak sengaja melirik Rizki, tatapan pria itu seolah-olah ingin membunuhnya.Dia pun menciut di belakang Hana.Saat ini, Hana jelas-jelas kesulitan mempertahankan senyum di wajahnya. Melirik Astrid yang bersembunyi di belakangnya, Hana terpaksa memohon pada Rizki, "Rizki, tolong jangan marah. Astrid memang blak-blakan, tapi dia nggak bermaksud buruk. Astrid, cepat minta maaf pada Alya."Astrid tampak enggan, dia lebih baik dibunuh daripada meminta maaf Alya. Namun, memikirkan tatapan Rizki yang menaku
Astrid memegang ujung baju Hana erat-erat, matanya melebar tak percaya. "Hana ...."Sebenarnya, dia berani bertindak searogan ini karena Hana menempati posisi yang tak tersentuh di hati Rizki. Selama Hana memohon untuknya, Rizki tidak akan ribut.Namun, siapa sangka, hari ini tidak berjalan sesuai dugaannya."Hana, bantu aku," bisik Astrid. Dia menarik ujung baju Hana sambil memohon.Situasi ini merupakan dilema bagi Hana. Dia ingin membantu Astrid, karena di depan semua orang dia juga ingin menegaskan posisinya di hati Rizki. Namun, saat ini Rizki sangat keras kepala. Pria itu bahkan tidak membuat kontak mata dengannya.Andi yang sejak tadi duduk diam, akhirnya tidak tahan dan berkata, "Hana, jangan bujuk dia lagi. Sekarang suasana hatinya sedang buruk, nggak ada gunanya."Mendengar ini, Hana tiba-tiba tersadar dan melirik Rizki.Rizki menurunkan kelopak matanya, bulu matanya yang panjang dan hitam menyembunyikan emosi di matanya. Akan tetapi, dia tidak bisa menyembunyikan keagresifan
Sudah sangat jelas dari siapa tatapan ini berasal.Namun, Alya tak peduli. Dia mengambil jus tersebut, menunduk, lalu meminumnya.Rasanya sama dengan jus yang diminumnya tadi.Setelah berjarak cukup dekat, Irfan dapat melihat bibir Alya yang semerah ceri sedang menyeruput jus dari tepi gelas. Warna bibir Alya yang berbeda dengan tepi gelas tersebut membuat mulut dan tenggorokan Irfan agak kering.Irfan menaikkan kacamatanya, lalu memaksa dirinya untuk melihat ke arah lain dan bertanya dengan lembut, "Kamu nggak peduli?"Mendengar ini, Alya terdiam sejenak.Irfan tersenyum dan merendahkan suaranya."Maksudku, kamu nggak peduli mereka semua berkata seperti itu?"Sebenarnya, tidak ada perbedaan di antara kedua pertanyaan ini. Dengan tidak peduli, barulah dia dapat mengabaikan perkataan orang-orang itu. Bukankah begitu?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum. "Sejak awal itu memang kenyataannya."Sejak awal pernikahan mereka memang palsu, jadi apa yang tidak bisa dikatakan? Apa ada gunanya bil
Andi mengangkat gelas anggurnya. Sambil tersenyum, dia menghampiri Alya dan mendentingkan gelasnya dengan milik Alya."Aku nggak tahu siapa yang menyebarkan rumor itu, tapi setelah kembali Rizki pasti akan menyelidikinya."Maksud dari perkataannya adalah, untuk memberi tahu Alya bahwa masalah ini tidak datang dari pihak Rizki.Alya bersulang dengannya, lalu mengangguk dengan sopan."Terima kasih sudah membantuku."Andi tersenyum. "Buat apa berterima kasih? Aku dan Rizki berteman baik dan kamu adalah istrinya, sudah sewajarnya aku begini."Alya mengalihkan pandangannya. Mungkin Andi bukan membelanya, melainkan hanya tidak tahu bahwa pernikahannya dengan Rizki palsu.Namun, pada saat ini, Andi menambahkan, "Mungkin sebaiknya kamu memberinya sedikit waktu lagi."Alya tertegun memandang Andi.Andi sengaja merendahkan suaranya. "Saat perasaannya belum tumbuh, Hana sudah menyelamatkannya. Jadi, dia mudah bingung dengan beberapa perasaannya sendiri."Mendengar hal ini, Alya akhirnya mengerti
Alya menggunakan setangkup air dingin untuk mencuci mukanya, dia pun menjadi jauh lebih tenang.Dia memegang wastafel dan melihat dirinya di cermin. Pikirannya masih memikirkan apa yang dikatakan Andi padanya barusan.Menggunakan hatinya untuk merasakan dengan tenang dan sungguh-sungguh?Merasakan apa?Alya tidak begitu mengerti, tetapi perkataan Andi hanya sampai di situ saja. Ditambah dengan banyaknya orang yang melihat di dalam ruangan tersebut, dia pun tidak bertanya lebih banyak lagi.Dia hanya merasa bahwa hal ini absurd, karena pikiran Andi berbeda dengan Rizki. Jika Alya tidak salah mengerti, tampaknya Andi ingin menjodohkan Rizki dengannya?Kenapa? Meskipun dia ingin menjodohkan Rizki dengan seseorang, seharusnya dia menjodohkannya dengan Hana, 'kan?Sudahlah, tidak penting untuk dipikirkan.Alya mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya, lalu pergi keluar."Hana, jangan sedih lagi. Situasi hari ini jadi begini karena salahku. Seandainya bukan karena omonganku yang sembarang
Teman-teman Hana, termasuk Hana sendiri, semuanya tercengang. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa saat semua orang sedang berbicara, Astrid tiba-tiba akan menggunakan kekerasan.Mereka yang bisa membangun hubungan dengan Hana, sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup kaya. Meskipun perusahaan keluarga mereka tidak bisa dibandingkan dengan milik Keluarga Adelia, keluarga mereka masih merupakan keluarga yang terhormat. Sebagai putri dari keluarga tersebut, bagaimana mungkin mereka berani mempermalukan keluarga mereka?Jadi, pada dasarnya mereka tak akan memaki dan melakukan kekerasan seperti ini.Akan tetapi, mereka tidak menduga Astrid akan seimpulsif ini.Bahkan Hana juga terkejut melihat pemandangan ini. Dia memang ingin memberi Alya sebuah pelajaran, dia juga sangat membenci Alya.Namun ... melakukan kekerasan seperti ini mungkin akan membuat hubungannya dengan Rizki menjadi buruk. Metode ini tidak pernah ada dalam rencananya.Oleh karena itu saat dia melihat pemandangan ini, dia