Alya menggunakan setangkup air dingin untuk mencuci mukanya, dia pun menjadi jauh lebih tenang.Dia memegang wastafel dan melihat dirinya di cermin. Pikirannya masih memikirkan apa yang dikatakan Andi padanya barusan.Menggunakan hatinya untuk merasakan dengan tenang dan sungguh-sungguh?Merasakan apa?Alya tidak begitu mengerti, tetapi perkataan Andi hanya sampai di situ saja. Ditambah dengan banyaknya orang yang melihat di dalam ruangan tersebut, dia pun tidak bertanya lebih banyak lagi.Dia hanya merasa bahwa hal ini absurd, karena pikiran Andi berbeda dengan Rizki. Jika Alya tidak salah mengerti, tampaknya Andi ingin menjodohkan Rizki dengannya?Kenapa? Meskipun dia ingin menjodohkan Rizki dengan seseorang, seharusnya dia menjodohkannya dengan Hana, 'kan?Sudahlah, tidak penting untuk dipikirkan.Alya mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya, lalu pergi keluar."Hana, jangan sedih lagi. Situasi hari ini jadi begini karena salahku. Seandainya bukan karena omonganku yang sembarang
Teman-teman Hana, termasuk Hana sendiri, semuanya tercengang. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa saat semua orang sedang berbicara, Astrid tiba-tiba akan menggunakan kekerasan.Mereka yang bisa membangun hubungan dengan Hana, sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup kaya. Meskipun perusahaan keluarga mereka tidak bisa dibandingkan dengan milik Keluarga Adelia, keluarga mereka masih merupakan keluarga yang terhormat. Sebagai putri dari keluarga tersebut, bagaimana mungkin mereka berani mempermalukan keluarga mereka?Jadi, pada dasarnya mereka tak akan memaki dan melakukan kekerasan seperti ini.Akan tetapi, mereka tidak menduga Astrid akan seimpulsif ini.Bahkan Hana juga terkejut melihat pemandangan ini. Dia memang ingin memberi Alya sebuah pelajaran, dia juga sangat membenci Alya.Namun ... melakukan kekerasan seperti ini mungkin akan membuat hubungannya dengan Rizki menjadi buruk. Metode ini tidak pernah ada dalam rencananya.Oleh karena itu saat dia melihat pemandangan ini, dia
Ketika keningnya hampir mengenai tangga, Hana sadar bahwa situasinya telah berada di luar kendali.Dia hanya berencana untuk jatuh saja, bukan membuat cacat wajahnya.Hana refleks menutupi wajahnya dengan tangan, tetapi dia masih jatuh dengan cukup keras.Dengan suara gedebuk, semua orang yang berada di sana pun mendengarnya."Hana!"Teman-temannya bereaksi dan satu per satu menghampiri.Kebetulan, orang-orang dari dalam ruang pribadi sekarang juga telah datang menghampiri.Alya berdiri di tempat, tangannya masih di posisi yang sama dengan tadi. Dia melihat telapak tangannya sendiri, perlahan matanya pun menyipit.Jelas-jelas dia belum menyentuh Hana, jadi kenapa Hana jatuh? Apa wanita itu keseleo?Tiba-tiba, pada saat itu terdengar suara yang dingin."Ada apa?"Alya akhirnya menemukan sedikit petunjuk.Rizki dan Irfan datang menghampiri. Ketika melihat rambut Alya yang sudah berantakan, ekspresi Rizki seketika berubah. Dia segera memegang bahu Alya dan memutar-mutar tubuh wanita itu.
Orang yang didorong adalah Hana?Jika memang Alya yang mendorongnya, luka ini terlalu parah ....Semua orang memandang Alya dengan hati-hati. Alya berdiri di sana dengan raut wajah tak acuh, dia melihat Rizki yang mengangkat Hana dari lantai. Pria itu dengan dingin berkata, "Sekarang jangan pedulikan hal lain, kita pergi ke rumah sakit dulu untuk mengobati lukanya."Dia menggendong Hana dan berjalan melewati Alya.Semua teman Hana mengikutinya. Saat mereka melewati Alya, Astrid menatapnya dengan penuh kemenangan. "Sekarang kita lihat bagaimana kamu akan menjelaskannya."Setelah mengatai Alya, dia pun berjalan pergi dengan pincang.Orang-orang yang tadi berada di dalam ruangan, sekarang merasa canggung dan saling memandang.Lagi pula, hari ini adalah pesta penyambutan Irfan. Namun, siapa sangka pestanya jadi seperti ini. Semua orang hanya bisa meminta maaf pada Irfan.Akan tetapi, Irfan masih dengan lembut memberi tahu mereka dengan lantang bahwa dia tidak apa-apa. Kemudian, dia menyuru
Alya tidak menjawab.Mendengar sahabatnya hanya diam saja, Citra pun menghela napas."Aku tahu kamu nggak bisa menganggapnya seburuk itu. Dia pernah menolongmu, sehingga kamu terjebak di dalam rasa utang budimu. Tapi coba kamu pikirkan, dia bahkan berniat buruk padamu. Dia memang pernah membantumu, kita nggak akan melupakan itu dan akan membalas budinya bila ada kesempatan. Tapi jujur saja, hanya karena dia pernah membantumu dulu, bukan artinya dia nggak akan melukaimu sekarang.""Ya, aku mengerti." Alya mengangguk.Citra menyadari emosi temannya yang suram dan mengusulkan, "Bagaimana kalau malam ini kamu ke tempatku? Aku akan menemanimu mengobrol semalaman. Besok aku juga bisa ambil cuti.""Nggak usah."Alya menggelengkan kepalanya. "Nenek masih ada di rumah, aku nggak bisa nggak pulang."Apalagi, kejadian malam ini membuat pikiran Alya makin jelas. Tadinya setelah mendengar perkataan Andi, Alya masih memiliki sedikit fantasi. Sekarang, bahkan fantasi itu pun sudah dihancurkan.Salah
Jadi orang yang datang setelah itu, hanya dianggap teman oleh Alya."Kamu melamun apa?" Irfan mengajak Alya, "Ayo berdiri, kamu nggak kedinginan duduk di sini?"Alya pun tersadar dari lamunannya. Dia mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Lupakan saja camilannya, aku juga nggak lapar. Selain itu ....""Pesta penyambutanku jadi seperti ini, apa kamu nggak kasihan padaku? Anggap saja camilan ini sebagai ganti rugi untukku, oke?"Jika dikatakan seperti ini, Alya memang merasa agak bersalah.Malam ini seharusnya mereka menyambut kepulangan Irfan, tetapi karena masalah dia dan Hana, semua orang pun bubar dengan perasaan tidak enak.Meskipun bukan dia yang memulai masalah itu, dia tetap masih bertanggung jawab.Setelah memikirkannya baik-baik, Alya mengangguk."Oke."Irfan tersenyum. "Mau makan apa?"Dua puluh menit kemudian.Mereka berdua duduk di dalam sebuah restoran yang menyajikan bubur makanan laut.Saat ini tidak banyak orang yang makan camilan malam, sehingga restorannya pun kosong. Al
Memikirkan hal tersebut, Alya pun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Irfan. Dia berkata, "Kamu berencana mengembangkan bisnismu di sini untuk jangka waktu panjang?""Ya, setengah bulan lagi mungkin sudah stabil."Saat ini Alya pun melanjutkan, "Kalau begitu, kuucapkan selamat lebih dulu atas berkembangnya bisnismu di sini. Tapi sepertinya nanti pekerjaanku akan sangat sibuk, aku mungkin nggak punya waktu untuk bermain."Mendengar ini, bagaimana mungkin Irfan tidak memahami penghindaran dan penolakan Alya yang tersirat?Akan tetapi, dia yang sekarang bukan lagi anak muda yang tidak sabaran. Sekarang dia adalah seorang pria dewasa, tentu saja dia tahu bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa diburu-buru.Setelah bertahun-tahun, dia sudah lama bersiap untuk melakukan pendekatan yang lambat dan pertarungan yang lama ini. Tentu saja dia tidak akan terburu-buru, dia juga tidak akan mundur hanya karena penolakan tidak langsung Alya."Nggak masalah, kita bisa bertemu lagi saat kamu pu
Namun ketika dia mengetahui kebangkrutan Keluarga Kartika, Rizki sudah membereskan semuanya untuk Alya.Karena pada saat itu, adik perempuannya yang baik hati khawatir kejadian ini akan memengaruhi studinya. Jadi adiknya tidak mengizinkan sang informan untuk memberitahunya, lalu mati-matian menyembunyikan kejadian tersebut darinya.Ketika dia merasa ada yang tidak beres dan bertanya, barulah dia mengetahui betapa besarnya kejadian itu.Sejak dulu, gadis kecil ini selalu menyukai Rizki dan dia telah tertinggal satu langkah.Namun ternyata, dia juga masih tertinggal satu langkah untuk menolong Alya."Pokoknya mulai sekarang, langsung bilang saja kalau kamu butuh bantuan."Kali ini, dia tidak akan seperti dulu lagi. Dia juga tidak akan melepaskan Alya.Akhirnya, mobil itu pun tiba di gerbang rumah. Alya membuka sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih sudah mengantarku. Aku duluan ya, kamu hati-hati di jalan."Irfan menatapnya dan mengangguk. "Ya, kamu cepatlah beristirahat."Kemudian