Seisi ruangan itu seketika menjadi sunyi.Mereka yang tadinya membuat keributan dan menonton pertunjukan tersebut, saat ini terdiam dan menciut ketakutan.Udara di dalam ruangan tersebut seakan dipenuhi dengan aura yang sedingin es.Rizki duduk di sana dan memandang wanita berambut pirang itu dengan dingin. Tatapannya tajam dan galak, bagaikan pisau yang menusuk.Sikap arogan wanita itu dalam sekejap surut. Dia menunduk dan tidak berani untuk mengangkat kepalanya.Karena barusan, saat dia tidak sengaja melirik Rizki, tatapan pria itu seolah-olah ingin membunuhnya.Dia pun menciut di belakang Hana.Saat ini, Hana jelas-jelas kesulitan mempertahankan senyum di wajahnya. Melirik Astrid yang bersembunyi di belakangnya, Hana terpaksa memohon pada Rizki, "Rizki, tolong jangan marah. Astrid memang blak-blakan, tapi dia nggak bermaksud buruk. Astrid, cepat minta maaf pada Alya."Astrid tampak enggan, dia lebih baik dibunuh daripada meminta maaf Alya. Namun, memikirkan tatapan Rizki yang menaku
Astrid memegang ujung baju Hana erat-erat, matanya melebar tak percaya. "Hana ...."Sebenarnya, dia berani bertindak searogan ini karena Hana menempati posisi yang tak tersentuh di hati Rizki. Selama Hana memohon untuknya, Rizki tidak akan ribut.Namun, siapa sangka, hari ini tidak berjalan sesuai dugaannya."Hana, bantu aku," bisik Astrid. Dia menarik ujung baju Hana sambil memohon.Situasi ini merupakan dilema bagi Hana. Dia ingin membantu Astrid, karena di depan semua orang dia juga ingin menegaskan posisinya di hati Rizki. Namun, saat ini Rizki sangat keras kepala. Pria itu bahkan tidak membuat kontak mata dengannya.Andi yang sejak tadi duduk diam, akhirnya tidak tahan dan berkata, "Hana, jangan bujuk dia lagi. Sekarang suasana hatinya sedang buruk, nggak ada gunanya."Mendengar ini, Hana tiba-tiba tersadar dan melirik Rizki.Rizki menurunkan kelopak matanya, bulu matanya yang panjang dan hitam menyembunyikan emosi di matanya. Akan tetapi, dia tidak bisa menyembunyikan keagresifan
Sudah sangat jelas dari siapa tatapan ini berasal.Namun, Alya tak peduli. Dia mengambil jus tersebut, menunduk, lalu meminumnya.Rasanya sama dengan jus yang diminumnya tadi.Setelah berjarak cukup dekat, Irfan dapat melihat bibir Alya yang semerah ceri sedang menyeruput jus dari tepi gelas. Warna bibir Alya yang berbeda dengan tepi gelas tersebut membuat mulut dan tenggorokan Irfan agak kering.Irfan menaikkan kacamatanya, lalu memaksa dirinya untuk melihat ke arah lain dan bertanya dengan lembut, "Kamu nggak peduli?"Mendengar ini, Alya terdiam sejenak.Irfan tersenyum dan merendahkan suaranya."Maksudku, kamu nggak peduli mereka semua berkata seperti itu?"Sebenarnya, tidak ada perbedaan di antara kedua pertanyaan ini. Dengan tidak peduli, barulah dia dapat mengabaikan perkataan orang-orang itu. Bukankah begitu?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum. "Sejak awal itu memang kenyataannya."Sejak awal pernikahan mereka memang palsu, jadi apa yang tidak bisa dikatakan? Apa ada gunanya bil
Andi mengangkat gelas anggurnya. Sambil tersenyum, dia menghampiri Alya dan mendentingkan gelasnya dengan milik Alya."Aku nggak tahu siapa yang menyebarkan rumor itu, tapi setelah kembali Rizki pasti akan menyelidikinya."Maksud dari perkataannya adalah, untuk memberi tahu Alya bahwa masalah ini tidak datang dari pihak Rizki.Alya bersulang dengannya, lalu mengangguk dengan sopan."Terima kasih sudah membantuku."Andi tersenyum. "Buat apa berterima kasih? Aku dan Rizki berteman baik dan kamu adalah istrinya, sudah sewajarnya aku begini."Alya mengalihkan pandangannya. Mungkin Andi bukan membelanya, melainkan hanya tidak tahu bahwa pernikahannya dengan Rizki palsu.Namun, pada saat ini, Andi menambahkan, "Mungkin sebaiknya kamu memberinya sedikit waktu lagi."Alya tertegun memandang Andi.Andi sengaja merendahkan suaranya. "Saat perasaannya belum tumbuh, Hana sudah menyelamatkannya. Jadi, dia mudah bingung dengan beberapa perasaannya sendiri."Mendengar hal ini, Alya akhirnya mengerti
Alya menggunakan setangkup air dingin untuk mencuci mukanya, dia pun menjadi jauh lebih tenang.Dia memegang wastafel dan melihat dirinya di cermin. Pikirannya masih memikirkan apa yang dikatakan Andi padanya barusan.Menggunakan hatinya untuk merasakan dengan tenang dan sungguh-sungguh?Merasakan apa?Alya tidak begitu mengerti, tetapi perkataan Andi hanya sampai di situ saja. Ditambah dengan banyaknya orang yang melihat di dalam ruangan tersebut, dia pun tidak bertanya lebih banyak lagi.Dia hanya merasa bahwa hal ini absurd, karena pikiran Andi berbeda dengan Rizki. Jika Alya tidak salah mengerti, tampaknya Andi ingin menjodohkan Rizki dengannya?Kenapa? Meskipun dia ingin menjodohkan Rizki dengan seseorang, seharusnya dia menjodohkannya dengan Hana, 'kan?Sudahlah, tidak penting untuk dipikirkan.Alya mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya, lalu pergi keluar."Hana, jangan sedih lagi. Situasi hari ini jadi begini karena salahku. Seandainya bukan karena omonganku yang sembarang
Teman-teman Hana, termasuk Hana sendiri, semuanya tercengang. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa saat semua orang sedang berbicara, Astrid tiba-tiba akan menggunakan kekerasan.Mereka yang bisa membangun hubungan dengan Hana, sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup kaya. Meskipun perusahaan keluarga mereka tidak bisa dibandingkan dengan milik Keluarga Adelia, keluarga mereka masih merupakan keluarga yang terhormat. Sebagai putri dari keluarga tersebut, bagaimana mungkin mereka berani mempermalukan keluarga mereka?Jadi, pada dasarnya mereka tak akan memaki dan melakukan kekerasan seperti ini.Akan tetapi, mereka tidak menduga Astrid akan seimpulsif ini.Bahkan Hana juga terkejut melihat pemandangan ini. Dia memang ingin memberi Alya sebuah pelajaran, dia juga sangat membenci Alya.Namun ... melakukan kekerasan seperti ini mungkin akan membuat hubungannya dengan Rizki menjadi buruk. Metode ini tidak pernah ada dalam rencananya.Oleh karena itu saat dia melihat pemandangan ini, dia
Ketika keningnya hampir mengenai tangga, Hana sadar bahwa situasinya telah berada di luar kendali.Dia hanya berencana untuk jatuh saja, bukan membuat cacat wajahnya.Hana refleks menutupi wajahnya dengan tangan, tetapi dia masih jatuh dengan cukup keras.Dengan suara gedebuk, semua orang yang berada di sana pun mendengarnya."Hana!"Teman-temannya bereaksi dan satu per satu menghampiri.Kebetulan, orang-orang dari dalam ruang pribadi sekarang juga telah datang menghampiri.Alya berdiri di tempat, tangannya masih di posisi yang sama dengan tadi. Dia melihat telapak tangannya sendiri, perlahan matanya pun menyipit.Jelas-jelas dia belum menyentuh Hana, jadi kenapa Hana jatuh? Apa wanita itu keseleo?Tiba-tiba, pada saat itu terdengar suara yang dingin."Ada apa?"Alya akhirnya menemukan sedikit petunjuk.Rizki dan Irfan datang menghampiri. Ketika melihat rambut Alya yang sudah berantakan, ekspresi Rizki seketika berubah. Dia segera memegang bahu Alya dan memutar-mutar tubuh wanita itu.
Orang yang didorong adalah Hana?Jika memang Alya yang mendorongnya, luka ini terlalu parah ....Semua orang memandang Alya dengan hati-hati. Alya berdiri di sana dengan raut wajah tak acuh, dia melihat Rizki yang mengangkat Hana dari lantai. Pria itu dengan dingin berkata, "Sekarang jangan pedulikan hal lain, kita pergi ke rumah sakit dulu untuk mengobati lukanya."Dia menggendong Hana dan berjalan melewati Alya.Semua teman Hana mengikutinya. Saat mereka melewati Alya, Astrid menatapnya dengan penuh kemenangan. "Sekarang kita lihat bagaimana kamu akan menjelaskannya."Setelah mengatai Alya, dia pun berjalan pergi dengan pincang.Orang-orang yang tadi berada di dalam ruangan, sekarang merasa canggung dan saling memandang.Lagi pula, hari ini adalah pesta penyambutan Irfan. Namun, siapa sangka pestanya jadi seperti ini. Semua orang hanya bisa meminta maaf pada Irfan.Akan tetapi, Irfan masih dengan lembut memberi tahu mereka dengan lantang bahwa dia tidak apa-apa. Kemudian, dia menyuru