Share

Bab 162

Dari kecil sampai sekarang, tak peduli berapa kali mereka mengalami perang dingin, yang selalu mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu adalah Rizki. Tentu saja meskipun dia yang mengambil inisiatif, raut wajahnya selalu terlihat tidak senang.

Jika Alya mengabaikannya, Rizki akan makin marah dan terus berbicara padanya sambil menggertakkan gigi.

Setelah merenung, Alya menganggukkan kepalanya.

"Ikut."

Barulah raut wajah Rizki sedikit membaik.

Setelah sarapan, mereka berdua pergi bersama. Tadinya Alya mengira dirinya akan naik mobil sendiri, tetapi saat dia berbalik, dia melihat Rizki menurunkan jendela mobil dan menatapnya dengan dingin.

"Naiklah."

Mengingat pesta yang harus mereka hadiri, Alya pun tidak menolak.

Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara. Sesampainya di perusahaan, mereka pun pergi ke tempat kerja masing-masing.

Alya baru saja duduk ketika dia menerima pesan teks dari Citra.

"Bagaimana kabarmu? Dengan ditundanya operasi Nenek Wulan, apakah urusan kalian juga diu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status