All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 181 - Chapter 190

750 Chapters

Bab 181

Alya tidak menjawab.Mendengar sahabatnya hanya diam saja, Citra pun menghela napas."Aku tahu kamu nggak bisa menganggapnya seburuk itu. Dia pernah menolongmu, sehingga kamu terjebak di dalam rasa utang budimu. Tapi coba kamu pikirkan, dia bahkan berniat buruk padamu. Dia memang pernah membantumu, kita nggak akan melupakan itu dan akan membalas budinya bila ada kesempatan. Tapi jujur saja, hanya karena dia pernah membantumu dulu, bukan artinya dia nggak akan melukaimu sekarang.""Ya, aku mengerti." Alya mengangguk.Citra menyadari emosi temannya yang suram dan mengusulkan, "Bagaimana kalau malam ini kamu ke tempatku? Aku akan menemanimu mengobrol semalaman. Besok aku juga bisa ambil cuti.""Nggak usah."Alya menggelengkan kepalanya. "Nenek masih ada di rumah, aku nggak bisa nggak pulang."Apalagi, kejadian malam ini membuat pikiran Alya makin jelas. Tadinya setelah mendengar perkataan Andi, Alya masih memiliki sedikit fantasi. Sekarang, bahkan fantasi itu pun sudah dihancurkan.Salah
Read more

Bab 182

Jadi orang yang datang setelah itu, hanya dianggap teman oleh Alya."Kamu melamun apa?" Irfan mengajak Alya, "Ayo berdiri, kamu nggak kedinginan duduk di sini?"Alya pun tersadar dari lamunannya. Dia mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Lupakan saja camilannya, aku juga nggak lapar. Selain itu ....""Pesta penyambutanku jadi seperti ini, apa kamu nggak kasihan padaku? Anggap saja camilan ini sebagai ganti rugi untukku, oke?"Jika dikatakan seperti ini, Alya memang merasa agak bersalah.Malam ini seharusnya mereka menyambut kepulangan Irfan, tetapi karena masalah dia dan Hana, semua orang pun bubar dengan perasaan tidak enak.Meskipun bukan dia yang memulai masalah itu, dia tetap masih bertanggung jawab.Setelah memikirkannya baik-baik, Alya mengangguk."Oke."Irfan tersenyum. "Mau makan apa?"Dua puluh menit kemudian.Mereka berdua duduk di dalam sebuah restoran yang menyajikan bubur makanan laut.Saat ini tidak banyak orang yang makan camilan malam, sehingga restorannya pun kosong. Al
Read more

Bab 183

Memikirkan hal tersebut, Alya pun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Irfan. Dia berkata, "Kamu berencana mengembangkan bisnismu di sini untuk jangka waktu panjang?""Ya, setengah bulan lagi mungkin sudah stabil."Saat ini Alya pun melanjutkan, "Kalau begitu, kuucapkan selamat lebih dulu atas berkembangnya bisnismu di sini. Tapi sepertinya nanti pekerjaanku akan sangat sibuk, aku mungkin nggak punya waktu untuk bermain."Mendengar ini, bagaimana mungkin Irfan tidak memahami penghindaran dan penolakan Alya yang tersirat?Akan tetapi, dia yang sekarang bukan lagi anak muda yang tidak sabaran. Sekarang dia adalah seorang pria dewasa, tentu saja dia tahu bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa diburu-buru.Setelah bertahun-tahun, dia sudah lama bersiap untuk melakukan pendekatan yang lambat dan pertarungan yang lama ini. Tentu saja dia tidak akan terburu-buru, dia juga tidak akan mundur hanya karena penolakan tidak langsung Alya."Nggak masalah, kita bisa bertemu lagi saat kamu pu
Read more

Bab 184

Namun ketika dia mengetahui kebangkrutan Keluarga Kartika, Rizki sudah membereskan semuanya untuk Alya.Karena pada saat itu, adik perempuannya yang baik hati khawatir kejadian ini akan memengaruhi studinya. Jadi adiknya tidak mengizinkan sang informan untuk memberitahunya, lalu mati-matian menyembunyikan kejadian tersebut darinya.Ketika dia merasa ada yang tidak beres dan bertanya, barulah dia mengetahui betapa besarnya kejadian itu.Sejak dulu, gadis kecil ini selalu menyukai Rizki dan dia telah tertinggal satu langkah.Namun ternyata, dia juga masih tertinggal satu langkah untuk menolong Alya."Pokoknya mulai sekarang, langsung bilang saja kalau kamu butuh bantuan."Kali ini, dia tidak akan seperti dulu lagi. Dia juga tidak akan melepaskan Alya.Akhirnya, mobil itu pun tiba di gerbang rumah. Alya membuka sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih sudah mengantarku. Aku duluan ya, kamu hati-hati di jalan."Irfan menatapnya dan mengangguk. "Ya, kamu cepatlah beristirahat."Kemudian
Read more

Bab 185

Perkataan Rizki seharusnya dilanjutkan dengan aku melihatmu pulang naik mobilnya Irfan.Namun begitu kalimat itu mencapai bibir, Rizki malah tidak mengucapkannya.Rizki berpikir, mungkin Alya sendiri yang akan menjelaskannya. Lagi pula orang itu sampai mengantar Alya ke pintu.Akan tetapi saat pertanyaan tersebut mencapai telinga Alya, dia mengira Rizki membicarakan luka Hana.Alya yakin dirinya tidak mendorong Hana, tetapi bila dia mengatakan seperti itu, akankah Rizki percaya?Pria itu mungkin hanya akan memercayai Hana, 'kan?Memikirkan hal tersebut, Alya bertanya kembali padanya, "Bagaimana dia mengatakannya padamu?""Apa?"Untuk sesaat Rizki tidak bereaksi, karena perhatiannya masih terfokus pada Alya yang diantar pulang oleh Irfan.Sesaat kemudian, dia pun menyadari hal apa yang ditanyakan Alya."Maksudmu Hana?"Hana, dia memanggilnya dengan begitu hangat.Alya tersenyum. "Ya, bukankah dia terluka? Akankah kamu percaya kalau aku bilang dia jatuh sendiri?"Setelah mengatakan itu,
Read more

Bab 186

"Aku tahu malam ini terasa nggak adil bagimu, tapi aku janji, pasti ....""Kamu mau keluar atau nggak?"Alya mengambil sebuah botol sabun dan melemparnya pada Rizki."Pergi!"Rizki yang tadinya ingin menjelaskan pun tercengang di tempat.Ini pertama kalinya Alya berbicara sekasar ini padanya.Rizki berdiri di tempat, menatap wanita di depannya dengan wajah pucat. Bibirnya dirapatkan hingga membentuk garis lurus, menunjukkan emosinya saat ini.Sementara itu, Alya berdiri di sana dengan tatapan dingin. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak ingin melihat Rizki lagi.Setelah terdiam beberapa saat, Rizki akhirnya berbalik dan pergi.Setelah pria itu pergi, bahu Alya seolah kehilangan tenaga. Dia hampir jatuh dan cepat-cepat memegang dinding. Kemudian dia perlahan bersandar pada dinding dan duduk, lalu memejamkan matanya.Barusan, perkataan Rizki mungkin telah memicu amarahnya meledak, sehingga sekarang dia merasa pusing dan mual.Mual?Seolah teringat sesuatu, Alya segera membuka matanya.
Read more

Bab 187

Makin dia memikirkan hal ini, kebencian di hati Hana pun menjadi makin kuat. Dia mengabaikan semua orang yang berusaha menghentikannya dan terus melampiaskan amarahnya.Jelas-jelas sekarang sudah di luar jam kerja, tetapi Lutfi yang dipanggil oleh Rizki melalui telepon, sekarang sedang berdiri di depan pintu. Dia diam-diam melihat orang di dalam marah-marah sambil membanting barang.Lutfi menyilangkan lengannya dan bersandar di dinding. Melihat pemandangan ini, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya di dalam hati dengan tak berdaya.Tentu saja, penampilan lembut wanita itu hanya akting.Meskipun begitu, Lutfi masih merasa cukup kasihan pada Hana. Kening wanita itu terluka hingga seperti ini, apalagi Dokter bilang lukanya akan meninggalkan bekas.Lagi pula, luka yang merusak wajah seperti ini merupakan pukulan besar bagi seorang wanita.Namun begitu Lutfi teringat dengan Alya yang sudah hamil, dalam sekejap dia tidak lagi merasa kasihan pada Hana.Selain itu, teman-teman Hana selalu ber
Read more

Bab 188

Teringat akan hal ini, raut wajah Hana pun berubah."Di mana dia? Cepat hentikan dia!"Hana dengan kesal menatap Astrid. "Kenapa kamu harus bicara omong kosong? Karena Rizki yang memanggilnya ke sini, maka dia adalah orangnya Rizki. Kalau sekarang kamu memperlakukannya dengan kasar, bagaimana bila dia menjelek-jelekkanku di depan Rizki?"Astrid tercengang di tempat, dia tidak menduga Hana akan menuduhnya. "A-Aku hanya melihatmu menangis dan bersedih, emosimu juga nggak beres, jadi aku ingin menyuruhnya menelepon Rizki."Akan tetapi Hana tidak berniat untuk mendengarkan penjelasan Astrid. Sejak awal, situasinya sudah tidak menguntungkan baginya. Oleh karena itu, dia berencana menderita luka kecil supaya seluruh perhatian Rizki tertuju padanya.Namun siapa sangka, luka kecil itu berubah menjadi luka besar. Ini benar-benar di luar perkiraannya.Lebih buruknya lagi, meskipun dia sudah terluka separah ini, saat ini Rizki masih sempat meninggalkannya.Hal inilah yang paling ditakuti Hana.Ba
Read more

Bab 189

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rizki pun melangkah pergi ke lantai atas rumah sakit.Orang-orang yang menuruti Hana dan hendak membawa Lutfi kembali, berhenti melangkah ketika melihat Rizki datang."Pak Rizki, Ha-Hana, dia ...."Akan tetapi sebelum mereka dapat menyelesaikan kalimatnya, Rizki berjalan melewati mereka tanpa melirik sedikit pun.Karena perkelahiannya dengan Alya tadi, saat ini suasana hati Rizki sedang sangat buruk. Raut wajahnya tampak suram.Beberapa wanita itu dapat dengan jelas merasakan aura dingin yang memancar dari tubuh Rizki. Mereka pun berdiam di tempat, tidak berani untuk mendekatinya ataupun mengatakan sesuatu.Rizki tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia berhenti melangkah, lalu menoleh dan menatap salah satu wanita di antara mereka."Kamu, kenapa kamu masih di sini?"Astrid berdiri di sana bersama dengan yang lainnya, seketika mereka merasakan tatapan sedingin es yang jatuh di atas kepala mereka. Astrid mendongak dan bertemu dengan tatapan tajam Rizki yang berb
Read more

Bab 190

Saat ingin menangis, air matanya hampir memenuhi rongga mata, tetapi tidak ada setetes pun air matanya yang jatuh. Akhirnya karena menahan tangis, matanya pun memerah. Lalu dengan keras kepala dia akan berbalik, menyembunyikan semua air matanya dari Rizki.Rizki tiba-tiba memahami sesuatu.Dia ingat saat masih kecil, Alya akan menangis di depannya dengan air mata dan ingus yang mengalir deras. Bahkan Alya juga akan menarik bajunya seperti Hana sekarang. Dengan wajah menyedihkan dan mata yang memerah, gadis itu akan menatapnya sambil menarik ingus.Sejak kapan gadis itu mulai seperti ini?Alya tidak lagi meneteskan air mata di depannya, gadis itu menyembunyikan semua air matanya.Rizki akhirnya mengerti kenapa dia selalu merasakan kekosongan di dalam hatinya. Karena sekarang, terdapat sebuah retakan yang amat dalam di antara Alya dan dirinya.Alya tidak lagi menganggap dirinya sebagai orang dekat yang bisa dia bagi segala emosinya."Rizki ... apa kamu sungguh marah padaku?"Suara lembut
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
75
DMCA.com Protection Status