All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 201 - Chapter 210

750 Chapters

Bab 201

Setelah kembali ke tempat kerja mereka masing-masing, Alya dengan sungguh-sungguh menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan.Sebelum naik ke atas, dia dan Rizki sudah setuju untuk membawa Wulan ke rumah sakit besok. Malam ini setelah pulang kerja, mereka akan membicarakannya dengan sang nenek. Akan tetapi, mereka berdua sama-sama menghindar untuk membicarakan masalah perceraian mereka.Waktu itu karena kesal, pagi-pagi mereka berdua sudah pergi ke kantor catatan sipil. Namun operasi Wulan sama sekali tidak berjalan lancar dan malah menghadapi rintangan.Kali ini Alya pun tidak akan terburu-buru. Dia memutuskan untuk menunggu sang nenek menyelesaikan operasinya dan pulih, setelah itu barulah dia pergi ke kantor catatan sipil lagi untuk mengambil akta cerai.Hal ini untuk mencegah terjadinya situasi yang tidak terduga.Dia memang berpikir seperti ini, tetapi mungkin Rizki juga berpikiran sama....Di siang hari, Alya seperti biasa turun ke lantai bawah untuk membeli bubur. Hari ini dia ingi
Read more

Bab 202

Setelah orang-orang itu pergi, Irfan membukakan pintu mobilnya untuk Alya."Ayo naik, Gadis Kecil."Mendengar panggilannya, Alya pun hanya melirik Irfan dan tidak segera naik ke mobil."Bukankah sudah kubilang untuk nggak memanggilku dengan nama panggilan itu?"Saat dia masih kecil, sebagai teman, Alya tidak keberatan bila Irfan memanggilnya seperti itu. Namun di umurnya yang sekarang, dipanggil seperti itu lagi oleh Irfan terasa aneh."Oke. Kalau begitu, Aci?"Alya mengerutkan keningnya."Nama ini juga nggak boleh.""Kenapa?" Balasan Alya membuat Irfan mengangkat alis. "Kalau aku memanggilmu Aci, apakah kamu akan teringat dengan seseorang?"Alya tak bisa berkata-kata."Kalau memang seperti itu, maka kamu harus lebih sering mendengarnya." Sambil berbicara, Irfan melihat Alya yang masih berdiri di tempat. Kemudian dia mengetuk kepala wanita itu dan melanjutkan, "Kenapa masih belum naik ke mobil? Kamu menunggu aku minta?"Alya pun terpaksa naik ke mobilnya.Setelah duduk, Alya berbicara
Read more

Bab 203

Suasana di dalam mobil pun menjadi hening. Irfan melihat-lihat tempat di sekitar mereka. Dia tidak lagi melanjutkan topik pembicaraan tadi, melainkan bertanya apa yang ingin Alya makan.Alya sama sekali tidak nafsu untuk makan daging atau ikan, siang ini dia ingin makan bubur.Akan tetapi, malam itu Irfan sudah makan bubur dengannya. Sepertinya tidak baik bila hari ini dia mengusulkan untuk makan bubur lagi.Akhirnya dia berkata, "Terserah kamu saja."Irfan terdiam sejenak, dia tampak terkejut dengan keputusan Alya."Kamu yakin? Aku sudah lama sekali nggak tinggal di negara ini."Alya membalas dengan tak acuh, "Nggak apa-apa."Lagi pula, dia nggak akan makan banyak.Teringat sesuatu, Alya pun menambahkan, "Aku akan mentraktirmu apa pun yang kamu mau.""Benarkah?" Irfan tersenyum. "Kalau begitu aku harus memilih dengan baik-baik."Akhirnya Irfan memilih sebuah restoran yang menyajikan makanan daerah.Saat turun dari mobil, Alya sengaja memperhatikan dekorasi restoran tersebut. Restoran
Read more

Bab 204

"Tolong berikan nona ini segelas jus dulu.""Baik, Tuan."Mendengar ini, Alya tertegun."Bagaimana kamu bisa tahu?""Kamu lupa? Di pesta penyambutanku waktu itu, kamu sendiri minum dua gelas jus. Tapi hari ini aku nggak akan memberimu sebanyak itu, satu gelas saja cukup, 'kan?"Sebelum ke sini, sebenarnya Alya sama sekali tidak berniat untuk minum jus, dia bahkan tidak melihat-lihat menunya dengan benar. Tanpa diduga, Irfan ternyata menyadarinya."Terima kasih.""Nggak perlu berterima kasih, lagi pula yang bayar 'kan kamu."Alya terdiam.Dia hampir lupa, hari ini dialah yang mentraktir Irfan. Restoran seperti ini, satu hidangan saja sudah menghabiskan banyak uang.Untuk Alya yang dulu, uang sebanyak ini bukanlah masalahSebenarnya dengan gajinya yang sekarang pun, dia mampu untuk makan di restoran ini. Akan tetapi ... jika nantinya dia akan punya bayi, dia akan mengeluarkan banyak uang.Pakaian, makanan, rumah, transportasi, juga pengeluaran untuk pendidikan. Dia harus menabung dari ja
Read more

Bab 205

Setelah itu, Alya berhasil menemukan kesempatan untuk pergi ke toilet dan meredakan rasa malunya.Ketika dia keluar, tanpa disangka dia bertemu dengan seseorang yang tidak asing di koridor di luar toilet.Alya menghentikan langkahnya, melihat wajah sedih gadis di depannya itu. Sebenarnya gadis itu tidak bisa dianggap tidak asing dengannya, mereka hanya pernah bertemu sekali di rumah sakit.Gadis itu adalah putrinya Ratna, yaitu Intan.Saat dia waktu itu pergi ke rumah sakit untuk aborsi, dia bertemu dengan Ratna. Jika bukan karena situasi putrinya ini, mungkin Ratna sudah lama menyebarkan rahasianya.Melihatnya, Alya teringat saat gadis ini dengan tegas berkata pada Ratna, "Aku menyukainya."Gadis tersebut tidak sendirian di sini, di depannya terdapat seorang pria berwajah tampan dengan tubuh yang tinggi dan ramping.Pria itu sedang membungkuk dan memegang bahu Intan, dia tampak membicarakan sesuatu dengan wajah memohon."Intan, anggap ini sebagai permohonanku. Tolong aborsi anak ini.
Read more

Bab 206

"... Siapa yang mau menambahkanmu di WhatsApp?""Jadi?""Kita sudah membicarakannya bahwa aku yang akan mentraktirmu." Alya mengangkat dagunya, menunjuk ke arah ponsel Irfan. "Nggak usah sampai menambahkan teman di WhatsApp, kamu tunjukkan saja kode pembayarannya lalu aku tinggal memindainya."Setelah mengatakan itu, tangan Alya yang sedang terulur pun disentil oleh Irfan. Alya berkata, "Waktu itu kamu sudah bersikeras membayar makanannya, sekarang kalau aku membiarkanmu melakukannya lagi, di mana aku bisa menaruh mukaku?"Alya mengerutkan keningnya."Kalau kamu merasa nggak enak, berhentilah dari pekerjaanmu dan bergabunglah dengan perusahaanku," balas Irfan."... Bukankah pembicaraan ini terlalu mendadak?""Mendadak?" Irfan menurunkan pandangannya, seolah-olah dia sedang merenung. "Tapi seperti yang kamu bilang, aku memang ingin merebut seseorang.""Hanya dengan satu kali makan bersama, kamu mau aku ganti pekerjaan? Kamu terlalu optimis."Setelah itu, Alya menyimpan kembali ponselnya
Read more

Bab 207

Pria tinggi dan ramping itu memandang Alya dengan terkejut. Rasa kagum melintas di dalam matanya.Walaupun wanita di depannya ini sangat cantik, dia sama sekali tidak mengenalnya.Ketika wanita dewasa di sampingnya melihat Alya, tatapan wanita itu menegang. Kemudian, wanita bernama Dinda itu menatap Alya dengan waspada."Siapa dia? Apa kamu menemukan orang lain lagi di belakangku?"Pria itu hanya bisa buru-buru menjelaskan, "Nggak, Kak Dinda, aku juga nggak mengenal dia. Siapa yang tahu kenapa dia tiba-tiba datang kemari dan berbicara padaku? Ka-Kamu siapa?"Sebenarnya, pria tinggi dan ramping ini mudah marah. Ketika Alya tiba-tiba datang dan berbicara seperti ini, dia sangat ingin menunjukkan amarahnya. Akan tetapi begitu melihat betapa cantiknya Alya, dia pun merasa tidak enak untuk memarahinya."Mau kamu mengenalku atau nggak, memangnya itu penting?" Alya menatapnya dengan tatapan dingin. "Yang penting adalah ucapanmu itu. Kamu mencintainya, tapi kamu malah punya anak dengan wanita
Read more

Bab 208

"Setelah seperti ini, apa kamu masih merasa aku menderita misofobia?"Alya terdiam.Jadi barusan dia melakukan itu hanya untuk membuktikan bahwa dia tidak menderita misofobia?Setelah 5 tahun berada di luar negeri, kepribadian Irfan telah sangat berubah."Aku hanya merasa hubungan pria dan kedua wanita itu nggak jelas, jadi aku nggak mau tanganku kotor karena menyentuhnya."Irfan pun dengan andal segera mengakhiri pembicaraan mengenai misofobianya.Mendengar ucapannya, mata Alya pun agak meredup.Lagi-lagi dia teringat dengan Rizki.Melihat Alya terdiam, Irfan mengela napasnya. "Meskipun aku nggak tahu apakah aku terlalu banyak bicara, tapi semua orang tahu hubungan Rizki dan Hana. Sementara mengenai pernikahan kalian ...."Sampai di sini, Irfan terdiam sejenak. Lalu dia melanjutkan, "Aku nggak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian, tapi aku bisa lihat, sepertinya sekarang kamu nggak menyukai hubungan semacam ini. Kalau terasa sakit, sebaiknya kamu cepat-cepat me
Read more

Bab 209

Malam itu, Alya dan Rizki menyampaikan pesan Dokter Anto pagi tadi kepada Wulan.Selama ini di rumah, keadaan mental Wulan telah menjadi sangat baik. Warna kulitnya tampak lebih sehat dibandingkan ketika dia berada di sanatorium, dia juga sangat bersemangat.Melihat bagaimana mereka berdua datang untuk membicarakan hal ini dengannya, Wulan sama sekali tidak takut dan mengangguk dengan senang."Besok aku diperiksa? Aku bisa, nggak ada masalah."Sekarang suasana hati sang nenek sangat bagus. Mungkin karena akhir-akhir ini dia menyukai suasana ramai di luar, jadi dia berpikir makin cepat operasinya selesai, makin cepat pula dia pulih.Alya sangat bersyukur mendengar jawaban Wulan."Sepertinya sekarang Nenek sangat senang?""Iya." Wulan memegang tangannya dan menghela napas. "Tadinya aku pikir, aku akan terus tinggal di dalam sanatorium. Tapi ketika melihat dunia luar lagi sebelum dioperasi, kalaupun nanti aku mati di meja operasi, aku nggak punya penyesalan."Alya yang tadinya senang deng
Read more

Bab 210

"Iya iya iya."Hati sang nenek seketika melunak, dia berulang kali berusaha menghibur Alya."Nenek janji nggak akan membicarakan hal yang pesimis, jadi jangan menangis, oke?"Akhirnya, Wulan terus mencoba untuk menghibur Alya. Setelah beberapa upaya, barulah Alya menjadi lebih tenang. Setelah itu Alya dengan puas kembali ke kamarnya untuk tidur, berkata bahwa dia akan datang lagi besok pagi.Sang nenek pun dengan lembut mengelus kepala Alya."Iya, selamat malam, cepatlah tidur."Setelah Alya pergi, Wulan melirik Rizki."Akhir-akhir ini kamu terus bertengkar dengannya, ya?"Rizki terdiam sejenak, lalu menjelaskan, "Dia hanya menggodamu, Nenek percaya?""Kamu kira mata tuaku sudah sekabur itu hingga nggak bisa melihat masalah di antara kalian berdua?"Rizki hanya bisa berusaha tetap tenang. "Masalah apa?""Huh." Wulan mendengus. "Kamu sendiri tahu kok apa masalahnya."Rizki terdiam."Bukankah karena Hana?" tanya sang nenek.Tanpa disangka, pertanyaan Wulan tepat mengenai sasaran. Hal ini
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
75
DMCA.com Protection Status