Share

Bab 202

Penulis: Yuki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 18:00:00
Setelah orang-orang itu pergi, Irfan membukakan pintu mobilnya untuk Alya.

"Ayo naik, Gadis Kecil."

Mendengar panggilannya, Alya pun hanya melirik Irfan dan tidak segera naik ke mobil.

"Bukankah sudah kubilang untuk nggak memanggilku dengan nama panggilan itu?"

Saat dia masih kecil, sebagai teman, Alya tidak keberatan bila Irfan memanggilnya seperti itu. Namun di umurnya yang sekarang, dipanggil seperti itu lagi oleh Irfan terasa aneh.

"Oke. Kalau begitu, Aci?"

Alya mengerutkan keningnya.

"Nama ini juga nggak boleh."

"Kenapa?" Balasan Alya membuat Irfan mengangkat alis. "Kalau aku memanggilmu Aci, apakah kamu akan teringat dengan seseorang?"

Alya tak bisa berkata-kata.

"Kalau memang seperti itu, maka kamu harus lebih sering mendengarnya." Sambil berbicara, Irfan melihat Alya yang masih berdiri di tempat. Kemudian dia mengetuk kepala wanita itu dan melanjutkan, "Kenapa masih belum naik ke mobil? Kamu menunggu aku minta?"

Alya pun terpaksa naik ke mobilnya.

Setelah duduk, Alya berbicara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 203

    Suasana di dalam mobil pun menjadi hening. Irfan melihat-lihat tempat di sekitar mereka. Dia tidak lagi melanjutkan topik pembicaraan tadi, melainkan bertanya apa yang ingin Alya makan.Alya sama sekali tidak nafsu untuk makan daging atau ikan, siang ini dia ingin makan bubur.Akan tetapi, malam itu Irfan sudah makan bubur dengannya. Sepertinya tidak baik bila hari ini dia mengusulkan untuk makan bubur lagi.Akhirnya dia berkata, "Terserah kamu saja."Irfan terdiam sejenak, dia tampak terkejut dengan keputusan Alya."Kamu yakin? Aku sudah lama sekali nggak tinggal di negara ini."Alya membalas dengan tak acuh, "Nggak apa-apa."Lagi pula, dia nggak akan makan banyak.Teringat sesuatu, Alya pun menambahkan, "Aku akan mentraktirmu apa pun yang kamu mau.""Benarkah?" Irfan tersenyum. "Kalau begitu aku harus memilih dengan baik-baik."Akhirnya Irfan memilih sebuah restoran yang menyajikan makanan daerah.Saat turun dari mobil, Alya sengaja memperhatikan dekorasi restoran tersebut. Restoran

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 204

    "Tolong berikan nona ini segelas jus dulu.""Baik, Tuan."Mendengar ini, Alya tertegun."Bagaimana kamu bisa tahu?""Kamu lupa? Di pesta penyambutanku waktu itu, kamu sendiri minum dua gelas jus. Tapi hari ini aku nggak akan memberimu sebanyak itu, satu gelas saja cukup, 'kan?"Sebelum ke sini, sebenarnya Alya sama sekali tidak berniat untuk minum jus, dia bahkan tidak melihat-lihat menunya dengan benar. Tanpa diduga, Irfan ternyata menyadarinya."Terima kasih.""Nggak perlu berterima kasih, lagi pula yang bayar 'kan kamu."Alya terdiam.Dia hampir lupa, hari ini dialah yang mentraktir Irfan. Restoran seperti ini, satu hidangan saja sudah menghabiskan banyak uang.Untuk Alya yang dulu, uang sebanyak ini bukanlah masalahSebenarnya dengan gajinya yang sekarang pun, dia mampu untuk makan di restoran ini. Akan tetapi ... jika nantinya dia akan punya bayi, dia akan mengeluarkan banyak uang.Pakaian, makanan, rumah, transportasi, juga pengeluaran untuk pendidikan. Dia harus menabung dari ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 205

    Setelah itu, Alya berhasil menemukan kesempatan untuk pergi ke toilet dan meredakan rasa malunya.Ketika dia keluar, tanpa disangka dia bertemu dengan seseorang yang tidak asing di koridor di luar toilet.Alya menghentikan langkahnya, melihat wajah sedih gadis di depannya itu. Sebenarnya gadis itu tidak bisa dianggap tidak asing dengannya, mereka hanya pernah bertemu sekali di rumah sakit.Gadis itu adalah putrinya Ratna, yaitu Intan.Saat dia waktu itu pergi ke rumah sakit untuk aborsi, dia bertemu dengan Ratna. Jika bukan karena situasi putrinya ini, mungkin Ratna sudah lama menyebarkan rahasianya.Melihatnya, Alya teringat saat gadis ini dengan tegas berkata pada Ratna, "Aku menyukainya."Gadis tersebut tidak sendirian di sini, di depannya terdapat seorang pria berwajah tampan dengan tubuh yang tinggi dan ramping.Pria itu sedang membungkuk dan memegang bahu Intan, dia tampak membicarakan sesuatu dengan wajah memohon."Intan, anggap ini sebagai permohonanku. Tolong aborsi anak ini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 206

    "... Siapa yang mau menambahkanmu di WhatsApp?""Jadi?""Kita sudah membicarakannya bahwa aku yang akan mentraktirmu." Alya mengangkat dagunya, menunjuk ke arah ponsel Irfan. "Nggak usah sampai menambahkan teman di WhatsApp, kamu tunjukkan saja kode pembayarannya lalu aku tinggal memindainya."Setelah mengatakan itu, tangan Alya yang sedang terulur pun disentil oleh Irfan. Alya berkata, "Waktu itu kamu sudah bersikeras membayar makanannya, sekarang kalau aku membiarkanmu melakukannya lagi, di mana aku bisa menaruh mukaku?"Alya mengerutkan keningnya."Kalau kamu merasa nggak enak, berhentilah dari pekerjaanmu dan bergabunglah dengan perusahaanku," balas Irfan."... Bukankah pembicaraan ini terlalu mendadak?""Mendadak?" Irfan menurunkan pandangannya, seolah-olah dia sedang merenung. "Tapi seperti yang kamu bilang, aku memang ingin merebut seseorang.""Hanya dengan satu kali makan bersama, kamu mau aku ganti pekerjaan? Kamu terlalu optimis."Setelah itu, Alya menyimpan kembali ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 207

    Pria tinggi dan ramping itu memandang Alya dengan terkejut. Rasa kagum melintas di dalam matanya.Walaupun wanita di depannya ini sangat cantik, dia sama sekali tidak mengenalnya.Ketika wanita dewasa di sampingnya melihat Alya, tatapan wanita itu menegang. Kemudian, wanita bernama Dinda itu menatap Alya dengan waspada."Siapa dia? Apa kamu menemukan orang lain lagi di belakangku?"Pria itu hanya bisa buru-buru menjelaskan, "Nggak, Kak Dinda, aku juga nggak mengenal dia. Siapa yang tahu kenapa dia tiba-tiba datang kemari dan berbicara padaku? Ka-Kamu siapa?"Sebenarnya, pria tinggi dan ramping ini mudah marah. Ketika Alya tiba-tiba datang dan berbicara seperti ini, dia sangat ingin menunjukkan amarahnya. Akan tetapi begitu melihat betapa cantiknya Alya, dia pun merasa tidak enak untuk memarahinya."Mau kamu mengenalku atau nggak, memangnya itu penting?" Alya menatapnya dengan tatapan dingin. "Yang penting adalah ucapanmu itu. Kamu mencintainya, tapi kamu malah punya anak dengan wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 208

    "Setelah seperti ini, apa kamu masih merasa aku menderita misofobia?"Alya terdiam.Jadi barusan dia melakukan itu hanya untuk membuktikan bahwa dia tidak menderita misofobia?Setelah 5 tahun berada di luar negeri, kepribadian Irfan telah sangat berubah."Aku hanya merasa hubungan pria dan kedua wanita itu nggak jelas, jadi aku nggak mau tanganku kotor karena menyentuhnya."Irfan pun dengan andal segera mengakhiri pembicaraan mengenai misofobianya.Mendengar ucapannya, mata Alya pun agak meredup.Lagi-lagi dia teringat dengan Rizki.Melihat Alya terdiam, Irfan mengela napasnya. "Meskipun aku nggak tahu apakah aku terlalu banyak bicara, tapi semua orang tahu hubungan Rizki dan Hana. Sementara mengenai pernikahan kalian ...."Sampai di sini, Irfan terdiam sejenak. Lalu dia melanjutkan, "Aku nggak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian, tapi aku bisa lihat, sepertinya sekarang kamu nggak menyukai hubungan semacam ini. Kalau terasa sakit, sebaiknya kamu cepat-cepat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 209

    Malam itu, Alya dan Rizki menyampaikan pesan Dokter Anto pagi tadi kepada Wulan.Selama ini di rumah, keadaan mental Wulan telah menjadi sangat baik. Warna kulitnya tampak lebih sehat dibandingkan ketika dia berada di sanatorium, dia juga sangat bersemangat.Melihat bagaimana mereka berdua datang untuk membicarakan hal ini dengannya, Wulan sama sekali tidak takut dan mengangguk dengan senang."Besok aku diperiksa? Aku bisa, nggak ada masalah."Sekarang suasana hati sang nenek sangat bagus. Mungkin karena akhir-akhir ini dia menyukai suasana ramai di luar, jadi dia berpikir makin cepat operasinya selesai, makin cepat pula dia pulih.Alya sangat bersyukur mendengar jawaban Wulan."Sepertinya sekarang Nenek sangat senang?""Iya." Wulan memegang tangannya dan menghela napas. "Tadinya aku pikir, aku akan terus tinggal di dalam sanatorium. Tapi ketika melihat dunia luar lagi sebelum dioperasi, kalaupun nanti aku mati di meja operasi, aku nggak punya penyesalan."Alya yang tadinya senang deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 210

    "Iya iya iya."Hati sang nenek seketika melunak, dia berulang kali berusaha menghibur Alya."Nenek janji nggak akan membicarakan hal yang pesimis, jadi jangan menangis, oke?"Akhirnya, Wulan terus mencoba untuk menghibur Alya. Setelah beberapa upaya, barulah Alya menjadi lebih tenang. Setelah itu Alya dengan puas kembali ke kamarnya untuk tidur, berkata bahwa dia akan datang lagi besok pagi.Sang nenek pun dengan lembut mengelus kepala Alya."Iya, selamat malam, cepatlah tidur."Setelah Alya pergi, Wulan melirik Rizki."Akhir-akhir ini kamu terus bertengkar dengannya, ya?"Rizki terdiam sejenak, lalu menjelaskan, "Dia hanya menggodamu, Nenek percaya?""Kamu kira mata tuaku sudah sekabur itu hingga nggak bisa melihat masalah di antara kalian berdua?"Rizki hanya bisa berusaha tetap tenang. "Masalah apa?""Huh." Wulan mendengus. "Kamu sendiri tahu kok apa masalahnya."Rizki terdiam."Bukankah karena Hana?" tanya sang nenek.Tanpa disangka, pertanyaan Wulan tepat mengenai sasaran. Hal ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09

Bab terbaru

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 750

    Biasanya dalam situasi seperti ini, Hana akan berbalik dan pergi.Namun, sekarang Hana tidak punya apa-apa lagi. Dia maju beberapa langkah, lalu menggigit bibirnya dan berkata, "Apa maksudmu dengan bercanda menggunakan perasaanmu? Kamu nggak berpikir kalau perasaanmu padanya tulus, 'kan? Begitu tulus sampai-sampai kamu nggak peduli kalau dia jatuh ke dalam pelukan pria lain?"Irfan melihat ke arah asistennya. "Bawa dia keluar.""Irfan, Alya akan bersama dengan Rizki. Apa kamu akan membiarkan mereka bersama begitu saja? Aku tahu bahwa selama 5 tahun ini kamu terus menemani Alya, kamu telah menunggunya selama 5 tahun. Bukankah kamu ingin bersama dengannya? Apa kamu bersedia kalau hari ini dia diambil oleh orang lain?"Hana berteriak seperti orang gila dan hampir histeris, tetapi orang di depannya masih tetap tenang."Sudah cukup bicaranya?"Hana tercengang.Apa maksudnya? Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Irfan bahkan tidak peduli sedikit pun?Ini tidak masuk akal. Bukankah pria

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 749

    Setelah ibunya pergi, Hana jatuh ke tempat tidur rumah sakit, menutupi pipinya yang memar dan menangis kesakitan.Jangankan ibunya, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Baru sekaranglah dia sadar, bahwa dia harusnya berhenti sejak dulu ....Namun, tampaknya, sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun.Apakah ada seseorang yang bisa menolongnya?Mungkin ... ada seseorang yang bisa menolongnya.Hana terpikirkan seseorang dan melompat turun dari tempat tidur. "Nanda, cepat, bawa aku mencari taksi."Malam ini adalah malam yang sibuk.Di teras yang hening.Hasan menuangkan secangkir teh panas untuk Irfan, uap teh mengepul di udara yang dingin. Hana berdiri di hadapannya, dengan Nanda yang menopangnya di samping.Dia sudah cukup lama berdiri sana, tetapi Irfan sama sekali tidak berbicara ataupun mempersilakannya duduk.Bahkan Hasan yang berada di sisinya hanya menuangkan secangkir teh panas.Dia berlari keluar dengan terburu-buru, sehingga dia masih mengenakan gaun rumah sakit da

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 748

    "Sebenarnya apa yang terjadi?"Nanda secara singkat menjelaskan apa yang dia tahu."Apa? Rizki datang?" Kegembiraan melintas di mata Tesa, dia maju dan menggenggam tangan Hana. "Hana, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau Rizki datang? Dia datang menjengukmu, 'kan?"Sayangnya, mata Hana penuh dengan keputusasaan. Dia terlihat seperti pecundang. Tesa memanggilnya berkali-kali, tetapi dia tidak merespons."Hana? Cepat bicara!"Melihatnya yang seperti ini membuat Tesa kesal.Kemudian barulah Hana mendongak, matanya penuh dengan air mata."Ibu, dia tahu, dia sudah tahu. Selanjutnya dia nggak akan membiarkanku, dia juga nggak akan membiarkan Keluarga Adelia."Tesa mengerutkan keningnya."Tahu apa? Bicaralah yang jelas.""Alya, Alya Kartika, ingatan dia sudah kembali. Dia memberi tahu Rizki kebenarannya. Sekarang Rizki sudah tahu bahwa bukan aku yang menyelamatkannya. Dia akan membereskanku, selanjutnya dia pasti akan membereskan kita. Ibu, kita harus bagaimana?"Meskipun perkataan Hana agak

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 747

    Sekarang Hana pun gelisah.Namun, sekarang dia sudah menenangkan dirinya. Malam ini Rizki datang untuk mempermainkannya.Selama dia menolak untuk mengakuinya, tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya.Memikirkan hal ini, Hana menatap Rizki dan berkata, "Bukankah kamu nggak tahu terima kasih? Apa kamu ke sini untuk mempermainkanku dan memberikan bukti pada Alya? Rizki, biar kuberi tahu kamu, aku nggak akan memberimu apa yang kamu mau. Kamu diselamatkan olehku yang telah mempertaruhkan nyawa. Waktu itu, aku hampir tenggelam di sungai demi menyelamatkanmu. Sementara mengenai Alya, dia bukan urusanku. Tapi, nggak ada satu pun orang yang bisa merebut jasaku. Kalau kamu mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, silakan. Tapi jangan harap kamu bisa memaksa atau menyogokku untuk mendapatkan bukti apa pun."Setelah mengatakan itu, Hana langsung berbalik dan berjalan ke tepi tempat tidur, dia melepaskan sepatunya, lalu naik ke tempat tidur."Selama belasan tahun ini, akulah yang telah

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 746

    Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 745

    Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 744

    Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 743

    Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk

  • Kehamilan yang Kusembunyikan   Bab 742

    "Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang

DMCA.com Protection Status