Semua Bab Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Bab 171 - Bab 180
306 Bab
171. Nggak Ada yang Gratis
Miguel masih memancing emosi Rudi. "Gimana kalo pria yang katanya dermawan itu punya niat buruk?" tanya Miguel lagi. "Kita kan nggak tahu isi hati dan pikiran orang lain. Iya kan, Pa?"Orang-orang saling pandang. Miguel berjalan mendekati Rudi. Kevan melihat Felicia duduk di deretan kursi nomor dua sebelah kanan, tepat di belakang Sarah dan Mahendra. Di sampingnya, Rudi masih bergumam tidak jelas. "Hemmmm! Hmmm!"Felicia menyemangati suaminya yang sedang dilanda galau. "Sayang, Miguel cuekin aja! Jangan diambil hati!" Rudi mengangguk. Rudi tahu, emosi dapat menyebabkan kondisi kesehatannya semakin memburuk. Rudi juga tahu bahwa Miguel mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan dirinya sehingga dia bisa menguasai perusahaan Darwin Group."Papa!" Miguel memanggil Rudi. Dia berdiri di sampingnya.Kevan bergegas berdiri di belakang kursi roda Rudi. 'Aku takut Miguel gelap mata dan dorong Tuan Rudi sampai jatuh,' pikir Kevan. 'Aku nggak mau Tuan Rudi kenapa-kenapa.'Miguel menunduk. "Pa
Baca selengkapnya
172. Terlampau Bodoh
"Ha! Ha! Ha!"Mendengar pernyataan Kevan, membuat tawa Miguel pecah memenuhi ruang meeting. Dia tertawa terpingkal-pingkal hingga wajahnya memerah. "Orang miskin kayak kamu aja berani ngomong tinggi!" Miguel berkata sambil terus tertawa. Begitu juga dengan Nulla. "Ha! Ha! Ha! Kevan! Kevan!" Nulla berseru. "Dari dulu kerjaan kamu halu terus. Bangun, Van! Makanya cari kerja yang bener supaya nggak halu melulu! Emangnya nggak capek ngehalu jadi orang kaya?"Miguel dan Nulla sampai saat ini tidak tahu identitas asli Kevan. Begitu juga dengan Edy. Edy menahan tawa. Dia menganggap Kevan terlampau bodoh karena berani-beraninya mengatakan omong kosong di depan Rapat Umum Pemegang Saham yang notabenenya adalah orang-orang terpelajar dengan latar belakang keluarga konglomerat pulau Pearl."Bu Nulla, mantan preman kayak Kevan cuma bisa kerja jadi bodyguard doang." Edy ikut-ikutan memberikan komentar yang mencemooh Kevan.Orang-orang di dalam ruangan tidak tahu menahu masalah diantara Kevan da
Baca selengkapnya
173. Obsesi
Miguel telah menerima kertas dari Edy. Dia membacanya sejenak. Tidak lama, Miguel senyum-senyum. "Kerja bagus, Pak Edy!" seru Miguel memuji pengacaranya.Senyum licik itu terlihat lagi di bibir Miguel dan pastinya membuat Kevan curiga dan geram."Pa, cepet tanda tangan surat ini sebelum pergi!"Miguel menyerahkan kertas tadi kepada Rudi dengan kasar. Felicia mendekati suaminya. "Van, itu apa?"Felicia lebih memilih bertanya pada Kevan daripada Miguel yang menurutnya tidak bisa dipercaya.Kevan hendak merebut kertas itu, tetapi Miguel menariknya lebih cepat. "Eh, jangan coba-coba ikut campur!" Miguel memperingatkan Kevan dengan kedua mata yang melotot. Pada dasarnya Kevan sering melatih otot-otot tubuhnya dengan berolahraga. Maka dia tentu lebih kuat daripada Miguel.Kevan mendorong Miguel, lalu merebut kertas tadi."Aarrggghh, sial! Balikin kertasnya!"Kevan membaca judul pada bagian atas kertas. Lalu, dia menatap Miguel.Kevan berteriak. "Ini surat pengalihan saham?! Kamu udah gi
Baca selengkapnya
174. Pemegang Saham ke-7
'Kalo bukan karena bantuan Pak Nanto, mungkin aku nggak akan bisa masuk ke ruang meeting hari ini.'Kevan berkata di dalam hati. Dia tidak menyesali perkenalannya dengan Rinanto. Dia justru berterima kasih pada Adnan yang telah membantunya.Kevan dan Rinanto bermain mata. Malam itu sepulangnya dari restoran seafood Murti, Kevan langsung meminta bantuan kepada Rinanto. Tanpa banyak bicara, Rinanto menyanggupi Kevan untuk menghibahkan sahamnya sebanyak 2%.Kevan melihat Rinanto mengangguk padanya. Kevan pun tersenyum sebagai balasannya."Benar," kata Khairul. Dia berdiri. "Saya udah kirimkan email ke masing-masing pemegang saham untuk memberitahukan hal ini. Sekarang, Pak Kevan merupakan pemegang saham ke-7 di Darwin Group dengan kepemilikan saham 2% dari Pak Rinanto Murti."Sebagai seorang notaris, Khairul Fata bekerja dengan keras. Dia membuat akta notaris untuk bukti sah kepemilikan saham atas nama Kevan Hanindra. "Semua itu udah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UU PT. Silakan dibac
Baca selengkapnya
175. Bayar Utang Budi
"Yang, kamu lagi apa? Udah makan? Hari ini sakit, nggak?"Seperti kata Kevan tadi, sekarang dia sedang menelepon Ciara. Kekhawatirannya telah memuncak sejak tadi pagi Kevan melihat wajah Ciara memucat. "Aku lagi duduk sandaran, Kak. Aku nggak apa-apa kok," ujar Ciara dengan suara bergetar. "Mami sama Papi gimana? Mereka baik-baik aja di rapat, kan? Kapan rapatnya selesai?"Walaupun Ciara mengaku baik-baik saja, tetapi Kevan tahu bahwa semua itu hanya kebohongan yang dibuat-buat. Karena sebelumnya, Bima sudah mengirimkan beberapa foto Ciara yang sedang sakit."Jangan khawatir! Tuan dan Nyonya nggak apa-apa di kantor. Kan ada aku!"Faktanya memang seperti itu. Rudi sudah bisa mengontrol emosi. Felicia pun sama. Keduanya sedang beristirahat."Kamu nggak mimisan, kan?"Kevan sengaja bertanya tentang kondisi kesehatan Ciara. Pasalnya, dia ingin tahu kejujuran sang pacar. "Aーaku ... aku nggak sakit. Kakak, aku mau istirahat lagi ya. Kalo ada apa-apa sama Mami dan Papi, cepet telepon aku!"
Baca selengkapnya
176. Wakil Komisaris Utama Sementara
Daftar nama pemegang saham Darwin Group terbaru sudah dirilis. Walaupun nama Kevan masuk di daftar tersebut, tetapi angka persentase-nya masih sangat kecil. Baru saja suasana menjadi tenang, Sarah kembali berbicara dari atas podium. Kemudian, Sarah berseru, "Daftar nama pemegang saham ini belum fix, ya!" Kevan menatap Sarah sambil berpikir, 'Kali ini, apalagi? Asalkan bukan tentang Miguel, aku rasa semua akan baik-baik aja.'"Karena masih ada beberapa pemegang saham yang akan hibahkan saham mereka untuk Pak Kevan Hanindra."Kevan terkejut hingga mengubah posisi duduknya. Dia duduk tegak sambil melirik Ziyad yang duduk di depannya. "Ziyad, apa-apaan ini?! Kenapa nggak ada konfirmasi ke aku?!" Kevan berbisik. "Saya nggak tau, Tuan. Bahkan Nona Sarah nggak ngomong apa-apa ke saya."Felicia menatap Kevan dengan bingung. "Van, kali ini siapa lagi yang mau kasih kamu saham?" tanya Felicia. Kevan kebingungan menjawab pertanyaan Felicia."Aku juga nggak tau, Nyonya. Nggak ada satupun y
Baca selengkapnya
177. Nggak Ada yang Boleh Sentuh Cia!
"Van, kenapa kamu lakuin semua ini? Harga 32% saham itu nggak sedikit. Kamu yakin mau hibahkan semuanya buat Cia?"Rapat Umum Pemegang Saham sudah selesai. Kevan berada di mobil dalam perjalanan pulang ke kawasan Green Lake. Felicia bertanya mewakili suaminya. Dia berharap Kevan tidak serius dengan ucapannya. Namun, tidak mungkin seorang Kevan main-main dalam setiap tindakannya."Syukurlah kalo Nyonya dan Tuan ngerti. Karena alasan itulah, aku mau Nona Ciara nantinya jadi penerus Darwin Group. Aku nggak mau perusahaan jatuh ke tangan Miguel."Jawaban Kevan masih belum bisa diterima akal sehat. Siapapun pasti bertanya-tanya alasan lainnya!"Tapi, Van ... kami nggak bisa terima itu. Kamu, eh maksudnya, majikan kamu udah sering banget bantu kami. Masa iya, kamuー""Semua itu nggak seberapa, Nyonya," sahut Kevan. Kevan melanjutkan kata-katanya di dalam hati. 'Sebenernya aku nggak tau lagi mau jawab apa! Astaga! Mana perjalanan masih jauh....'Kevan cemas. Dia bahkan tidak pandai mengutar
Baca selengkapnya
178. Ketok Magic
"Tuan, mobil hitam itu pas banget di belakang mobil kita." Ziyad memberitahu Kevan. Kevan melirik kaca spion kanannya. Ya, dia melihat mobil Miguel persis berada tepat di belakang mobilnya.Ponsel Kevan di dashboard mobil bergetar. Dia segera memasang earphone bluetooth di telinga kanan. "Tuan Kevan, saya Ariーanak buah Bos Raymond. Saya berada di bengkel ketok magic Helios tepat di km 8 sebelah kiri Anda."Sambil menyetir, Kevan mencari-cari bengkel ketok magic seperti yang dikatakan Ari. "Ketemu!" seru Kevan. Ari berkata dengan suara berat, "Baik, Tuan. Anda tenang aja! Saya akan beresin masalah ini."Hubungan telepon terputus. Kevan tetap pada fokusnya.Begitu Kevan melewati bengkel yang dimaksud Ari, dia segera menginjak pedal gas. Mobil pun meluncur lebih cepat di jalan raya. "Tuan, apa nggak bahaya ngebut kayak gini?"Pertanyaan Ziyad mengejutkan Felicia dan Rudi. Namun bagi Angga, hal itu adalah lumrah. "Nggak, ini masih batas normal. Tenang aja!"Sekarang, jalan raya KM 8
Baca selengkapnya
179. Hadiah
Sementara itu di rumah besar keluarga Hanindra. Suasana tegang menyelimuti ruang tidur utama akibat ambruknya kesehatan sang tuan besar. Tidak ada satupun anggota keluarga Hanindra yang tahu akan hal penting ini. Sebanyak 112 pelayan pun bungkam. "Kondisi Christian gimana, Dok?"Cinta berbicara empat mata dengan dokter pribadi Christian di sudut kamar utama. Wajah tuanya yang cantik terlihat pucat pasi. Dia bingung, cemas dan panik saat menyadari kondisi kesehatan suaminya semakin menurun dari hari ke hari. "Saya nggak yakin, Nyonya Cinta." Terdapat keraguan yang tersirat dari jawaban Harland. Keraguan itu diperjelas melalui sorot mata sang dokter.Harland Nasution, 46 tahun, telah bekerja sebagai dokter pribadi Christian sejak 5 tahun terakhir. Harland adalah dokter ahli penyakit dalam dari rumah sakit Notherdam Fez yang dipekerjakan Christian.Benar! Notherdam Fez adalah rumah Sakit yang sama di mana Ciara melakukan operasi katup jantung. "Nggak yakin gimana? Kamu itu Dokter pr
Baca selengkapnya
180. Jebakan Kevan
Hari berikutnya.Cuaca jam 12 siang di kota Baubau begitu cerah. Setelah urusannya dengan Rinanto dan Senopati selesai, Kevan kembali membuat janji dengan orang-orang yang sudah berkenan membantunya. Mereka adalah Adnan dan Nacita. Hari ini, Kevan membuat janji di kantor K.C Tobacco miliknya."Makasih udah dateng jauh-jauh dari pulau Orion ke sini, Pak Adnan."Kevan menyambut kedatangan Adnan di depan pintu kantornya. Hari ini adalah hari Sabtu. Di Sabtu seperti ini, para pekerja hanya masuk setengah hari dan mereka libur di hari Minggu. Kevan dan Adnan berjabat tangan sambil saling melemparkan tatapan mata penuh makna."Saya libur setiap weekend. Jadi, sama sekali nggak ada masalah." Adnan bersikap dingin seperti biasa. Mereka melangkah masuk. Angga memperhatikan Kevan dari kejauhan. Berbeda dengan Ziyad yang selalu berada di dekat Kevan.'Sorot mata itu lagi,' keluh Kevan di dalam hati. Dia menangkap sorot mata penuh kebencian dari Adnan.Kevan menutupi perasaannya di depan Adnan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
31
DMCA.com Protection Status