"Van, kenapa kamu lakuin semua ini? Harga 32% saham itu nggak sedikit. Kamu yakin mau hibahkan semuanya buat Cia?"Rapat Umum Pemegang Saham sudah selesai. Kevan berada di mobil dalam perjalanan pulang ke kawasan Green Lake. Felicia bertanya mewakili suaminya. Dia berharap Kevan tidak serius dengan ucapannya. Namun, tidak mungkin seorang Kevan main-main dalam setiap tindakannya."Syukurlah kalo Nyonya dan Tuan ngerti. Karena alasan itulah, aku mau Nona Ciara nantinya jadi penerus Darwin Group. Aku nggak mau perusahaan jatuh ke tangan Miguel."Jawaban Kevan masih belum bisa diterima akal sehat. Siapapun pasti bertanya-tanya alasan lainnya!"Tapi, Van ... kami nggak bisa terima itu. Kamu, eh maksudnya, majikan kamu udah sering banget bantu kami. Masa iya, kamuー""Semua itu nggak seberapa, Nyonya," sahut Kevan. Kevan melanjutkan kata-katanya di dalam hati. 'Sebenernya aku nggak tau lagi mau jawab apa! Astaga! Mana perjalanan masih jauh....'Kevan cemas. Dia bahkan tidak pandai mengutar
"Tuan, mobil hitam itu pas banget di belakang mobil kita." Ziyad memberitahu Kevan. Kevan melirik kaca spion kanannya. Ya, dia melihat mobil Miguel persis berada tepat di belakang mobilnya.Ponsel Kevan di dashboard mobil bergetar. Dia segera memasang earphone bluetooth di telinga kanan. "Tuan Kevan, saya Ariーanak buah Bos Raymond. Saya berada di bengkel ketok magic Helios tepat di km 8 sebelah kiri Anda."Sambil menyetir, Kevan mencari-cari bengkel ketok magic seperti yang dikatakan Ari. "Ketemu!" seru Kevan. Ari berkata dengan suara berat, "Baik, Tuan. Anda tenang aja! Saya akan beresin masalah ini."Hubungan telepon terputus. Kevan tetap pada fokusnya.Begitu Kevan melewati bengkel yang dimaksud Ari, dia segera menginjak pedal gas. Mobil pun meluncur lebih cepat di jalan raya. "Tuan, apa nggak bahaya ngebut kayak gini?"Pertanyaan Ziyad mengejutkan Felicia dan Rudi. Namun bagi Angga, hal itu adalah lumrah. "Nggak, ini masih batas normal. Tenang aja!"Sekarang, jalan raya KM 8
Sementara itu di rumah besar keluarga Hanindra. Suasana tegang menyelimuti ruang tidur utama akibat ambruknya kesehatan sang tuan besar. Tidak ada satupun anggota keluarga Hanindra yang tahu akan hal penting ini. Sebanyak 112 pelayan pun bungkam. "Kondisi Christian gimana, Dok?"Cinta berbicara empat mata dengan dokter pribadi Christian di sudut kamar utama. Wajah tuanya yang cantik terlihat pucat pasi. Dia bingung, cemas dan panik saat menyadari kondisi kesehatan suaminya semakin menurun dari hari ke hari. "Saya nggak yakin, Nyonya Cinta." Terdapat keraguan yang tersirat dari jawaban Harland. Keraguan itu diperjelas melalui sorot mata sang dokter.Harland Nasution, 46 tahun, telah bekerja sebagai dokter pribadi Christian sejak 5 tahun terakhir. Harland adalah dokter ahli penyakit dalam dari rumah sakit Notherdam Fez yang dipekerjakan Christian.Benar! Notherdam Fez adalah rumah Sakit yang sama di mana Ciara melakukan operasi katup jantung. "Nggak yakin gimana? Kamu itu Dokter pr
Hari berikutnya.Cuaca jam 12 siang di kota Baubau begitu cerah. Setelah urusannya dengan Rinanto dan Senopati selesai, Kevan kembali membuat janji dengan orang-orang yang sudah berkenan membantunya. Mereka adalah Adnan dan Nacita. Hari ini, Kevan membuat janji di kantor K.C Tobacco miliknya."Makasih udah dateng jauh-jauh dari pulau Orion ke sini, Pak Adnan."Kevan menyambut kedatangan Adnan di depan pintu kantornya. Hari ini adalah hari Sabtu. Di Sabtu seperti ini, para pekerja hanya masuk setengah hari dan mereka libur di hari Minggu. Kevan dan Adnan berjabat tangan sambil saling melemparkan tatapan mata penuh makna."Saya libur setiap weekend. Jadi, sama sekali nggak ada masalah." Adnan bersikap dingin seperti biasa. Mereka melangkah masuk. Angga memperhatikan Kevan dari kejauhan. Berbeda dengan Ziyad yang selalu berada di dekat Kevan.'Sorot mata itu lagi,' keluh Kevan di dalam hati. Dia menangkap sorot mata penuh kebencian dari Adnan.Kevan menutupi perasaannya di depan Adnan
"Nenek di mana?" Kevan tidak peduli dengan jawaban Rafiq. Kevan tidak meresponnya. Dia justru bertanya keberadaan Cinta. Ziyad dan Rafiq merasakan aura mencekam di sekitar mereka. Ziyad tahu, Kevan geram. Kevan tidak suka dengan jawaban Rafiq. "Nyonya udah nunggu Anda di ruang makan. Karena udah masuk Jam makan malam."Kevan sontak melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Pukul 06:00 sore waktu Paloma, Orion. Musim panas sudah selesai. Itu artinya, negara Nexterra sudah memasuki musim hujan dan Kevan membencinya.Kevan melangkah menuju ruang makan. Saat sampai di sana, dia tidak melihat keberadaan Christian."Sore, Nek." Kevan menyapa Cinta. Semua orang melihatnya datang. Kevan tahu, sejak awal tidak ada yang menyukai kehadirannya. Namun, dia bersikap tidak peduli. "Ayo cepet makan! Jangan nunggu hidangannya dingin!" Cinta menatap kursi Christian yang kosong. Dia buru-buru menyelesaikan makannya. Kevan duduk di kursinya. Dia menatap menu makan malam yang tersedia di atas mej
Jessy Wongso tersedak hingga wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Dia menatap Kevan dengan pandangan menyelidik.Ken yang berada di sebelah Jessy menuangkan air mineral. "Cepet minum, Jes!" Setelah itu, Ken menatap Kevan tajam.Kevan tidak terkejut melihat reaksi Jessy ataupun Ken. Namun, Azraf yang tidak mengerti hanya bisa diam sambil menatap Kevan. Azraf beberapa kali pernah mengobrol dengan Kevan. Menurutnya, Kevan adalah kakak yang asyik, santai, berpengetahuan luas, dan tegas. "Seorang pria yang baik akan tegas pada dirinya sendiri, lalu tegas pada orang lain." Azraf mengulang kalimat yang pernah Kevan lontarkan padanya saat terakhir mereka mengobrol."Azraf, kamu ngomong apa barusan?" tanya Daniel yang duduk di sisi kanannya."Ah, nggak ada, Kak. Aku cuma nyanyi-nyanyi aja kok." Wajah lugu Azraf berhasil meyakinkan Daniel. Daniel tidak bertanya apapun lagi. Dia melanjutkan makannya dengan cepat."Heh, Kevan! Jangan ngomong kasar gitu sama Mamaku!" Berto berteriak. "Bisa
Ken kaget. Wajahnya memucat. "Astaga!" pekiknya. "Diーdia ... kenapa dia bisa ke sini?! Sebenernya Kevan sama Nacita ada hubungan apa?! Apa mungkin mereka pacaran?!"Jessy tidak menyadari perubahan mood pada Ken. Dia memandangi Nacita dengan penuh kekaguman. "Nacita itu tipikal cewek dingin yang nggak gampang dideketin cowok. Kok Kevan bisa kenal dia? Mereka kenalan di mana? Ah, sial!"Ken tidak berhenti memikirkan wanita di masa lalunyaーNacita Erlangga. Dia sangat heran dengan Kevan. Nacita dan Egi datang bersama Angga Abbas yang memiliki panca indera tajam. Angga mengamati wajah Ken yang memerah karena menahan diri untuk tidak emosi."Sayang, kamu kenal dia? Apa dia keturunan Tionghoa? Ternyata dia ... janda yang cantik. Apa aku bisa jodohin dia sama Kakaknya temanku?"Jessy Wongso pun merupakan keturunan Tionghoa. Maka, Jessy sangat senang dengan kedatangan tamunya Kevan. Jessy seolah lupa dengan status janda Nacita yang dibicarakan sejak tadi.Telinga Ken panas begitu mendengar k
"Kakek sama Nenek mau liat foto-foto Paman Ken mesra sama cewek nggak?"Ketika Ken sampai di pintu ruang makan, dia mendengar Kevan berbicara dengan Cinta dan Christian. Dia berhenti. Ken menengok ke belakang, tepat ke arah Kevan yang sedang mengangguk kepada Ziyad. Detik itu juga, Ziyad menyerahkan amplop coklat berukuran sedang kepada Dabin.Jantung Ken berdebar lebih cepat. Dengan kedua mata yang melotot, dia berjalan mendekati Kevan.Ziyad memberikan amplop dengan sedikit menunduk. "Silakan, Tuan Dabin!"Terlambat! Ken sudah terlambat.Dabin telah menerima amplop itu. Dia segera memberikannya kepada Christian.Suhu di ruang makan mendadak menjadi dingin. Semua orang berhenti makan. Mereka tahu, ada sesuatu yang menggemparkan akan terjadi.Kevan melirik Nacita yang semakin gugup. Sebenarnya, Nacita tidak setuju dengan rencana Kevan. Namun, Kevan bagaikan dewa keadilan. Dia menginginkan keadilan untuk Nacita dan anaknya. Kevan bahkan berjanji bahwa rencananya akan berjalan lancar j