Home / Pernikahan / Beda Usia, Beda Usaha / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Beda Usia, Beda Usaha: Chapter 91 - Chapter 100

165 Chapters

042 - Aldeo

+Aduh, sayang… kamu di mana sih ini?Di apartemen nggak ada, hape juga malah nggak aktif…Aku telepon klinik juga katanya kamu udah pulang dari tadi…Apa gue telepon kampus aja ya? Kali aja, Dinda balik lagi ke kampus…Tapi kalo gue telepon kampus, memang masih ada orang jam segini? Tapi ngapain ya Dinda balik kampus?Kenapa hapenya nggak aktif sama sekali? Kayak nggak biasanya ini…Apa jangan-jangan Dinda masih ngambek ya sama gue?Ah, nggak deh. Kan kita udah ML lagi…Kita juga seharian ini fine-fine aja…Trus ini dia di mana coba?Nggak ada kabar sama sekali…Bikin gue nggak tenang aja…Semoga nggak ada apa-apa deh di jalan…+Sekitar lima menit kemudian, tubuhku segera bangkit berdiri, lalu berjalan menuju ke pintu masuk apartemen Dinda, karena aku mendengar seperti suara plastik yang sedang diremas-remas.+Ini dia nih, akhirnya udah pulang…+Hal pertama yang dilakukan Dinda ketika melihat aku yang berjalan menghampirinya adalah berteriak dengan suara yang sedikit kencang. “Kam
Read more

043

Waktu menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh enam menit. Omelette, beberapa macam sayur rebus, dan dada ayam panggang sudah matang. Orange cold pressed juice pun sudah siap di kitchen island. Sembari menunggu Dinda yang saat ini masih berada di dalam kamar mandi, aku memilih untuk membersihkan dapur dan peralatan masak yang kotor terlebih dahulu.“Kamu nggak jadi ngeringin rambut?” Tanyaku ketika melihat Dinda yang berjalan menghampiriku. Dia masih menggunakan bathrobe dan rambutnya juga masih setengah basah.“Nanti dulu deh. Aku udah laper banget soalnya…” Jawab Dinda sambil memelukku dari belakang.Aku tersenyum sambil mengelus tangannya yang melingkari perutku. “Ya udah, ayo. Makan dulu. Aku juga laper.”Aku menggiring Dinda untuk duduk di sebelahku. Kita berdua segera menikmati makan malam yang bisa dibilang cukup terlambat ini. Tapi, jika mengetahui kebiasaan Dinda sehari-hari itu seperti apa, tidak ada kata terlambat untuk makan, karena Dinda sendiri memiliki jam makan yang
Read more

044 - Adinda

Deo segera mengakhiri percakapannya di telepon, kemudian langsung memelukku kembali. “Sayang, aku mendadak harus meeting sama orang audio dulu. Belum tau selesainya jam berapa. Tapi, nanti kalau kamu udah selesai, kamu tetep kabarin aku ya?”“Oke. Nanti kalo misalnya kamu belum selesai, aku pulangnya naik taksi aja nggak apa-apa kok.”“No. Jangan. Kamu kabarin aku aja pokoknya, biar aku yang atur waktunya. Tapi, kalo misal aku belum selesai, kamu mau nungguin aku dulu nggak? Aku usahain cepet pokoknya.”“Nggak usah buru-buru. Selesaiin dulu kerjaan kamu dengan baik. Aku nungguin kamu juga nggak masalah. Toh aku cuma di Arutala photo-shoot-nya. Di sini juga banyak temen-temen aku.”“Oke, aku janji. Pokoknya habis ini, kita quality time bareng.”“Hmm…” Dinda mengangguk dan tersenyum. “Oke.”“Aku pergi dulu.” Kataku kemudian mengecup kening Dinda.“Ati-ati ya di jalan.”“Iya…” Kita berdua lalu berciuman sekali lagi, sebelum akhirnya Deo kembali masuk ke dalam lift dan pergi meninggalkank
Read more

045 - Aldeo

“Ada yang mau aku kasih tau ke kamu…” Kata Dinda ketika mobil kita sedang menunggu di lampu merah. Dia memiringkan tubuhnya ke arahku. Belum ada satu menit yang lalu, kita berdua masih membahas tentang pekerjaan masing-masing dan beberapa hal ringan lainnya yang membuat kita berdua tertawa senang. Namun kini, mendadak tatapan Dinda berubah menjadi serius.“Soal apa, sayang?”Dinda masih diam. Dia terlihat seperti sedang memikirkan hal yang ingin diungkapkannya terlebih dahulu.“Ngomong aja. Nggak apa-apa…”“Hmm… jadi kerjaanku tadi itu, awalnya aku sama sekali nggak tau siapa fotografernya. Rangga juga sengaja nggak kasih tau aku, karena dia nggak mau aku tolak tawaran kali ini… Ternyata, fotografernya tadi itu Gani. Dan aku juga baru tau itu tadi, pas mau siap-siap…”+Kenapa nih si Gani?+“Kalo kamu tau Gani itu fotografernya, kamu bakalan nolak project?”“Ya… awalnya sih iya…” Jawaban Dinda membuatku menoleh ke arahnya lagi untuk sebentar. “Tapi, setelah aku pikir-pikir lagi, aku
Read more

046

Percakapanku dan Dinda selanjutnya, mendadak harus terhenti karena layar head unit yang ada di tengah mobil, menampilkan panggilan telepon dari ‘Tukang Ngidam Di Luar Nalar’. Seketika aku langsung menepikan mobilku ke pinggir jalan dengan hati-hati, dan memelankan laju kecepatan mobilku.+Mau ngomel-ngomel apa lagi nih ibu hamil satu…Gangguin orang lagi pacaran aja dah…Udah tau hari Sabtu juga…+“Ini siapa yang telepon kamu?” Dinda bertanya sambil menatap panggilan telepon dari Hanna yang tertera di layar.“Sayang, bentar ya. Ini ndoro ratu lagi mau ngomel soalnya…” Kataku dengan cepat. Dinda menatapku dengan bingung, namun dia tetap mengangguk.Jari telunjuk kiriku kemudian menyentuh layar untuk menerima panggilan telepon dari Hanna yang sudah ketiga kalinya. “Gimana? Udah ketemu belom?” Tanyaku sambil fokus mengamati jalanan di sekitarku yang saat ini sedang tidak terlalu padat.Suara tangisan Hanna mendadak terdengar lumayan kencang untukku dan Dinda. Dan karena ponselku sedang
Read more

046b

Aku kemudian mengakhiri percakapan kita berempat dan menghela nafas panjang. Sementara Dinda memasukkan alamat ke dalam google maps, supaya aku bisa mengikuti arah jalan ke tujuan yang dimaksud oleh Dinda tadi.“Sayang, kamu beneran yakin di toko buah ini ada yang jualan manggis isi tujuh?” Tanyaku sambil mengamati peta jalan yang tertera di layar head unit.“Yakin. Udah, kamu nyetir aja dulu. Nanti juga bakalan liat sendiri…”“Oke…” Aku menghela nafas pelan sekali lagi. “Hanna… Hanna…” Keluhku sambil menggelengkan kepalaku.Dinda tertawa geli dan menatapku. “Jadi tukang ngidam di luar nalar itu Hanna? Kamu iseng banget sih kasih namanya…”“Kamu denger sendiri tadi dia kayak apa. Terakhir kali malah, yang sebelum aku anterin dia ke SG, yang waktu itu kita ketemu, dia minta pisang goreng yang baru aja digoreng. Tapi mintanya dibeliin di penjual yang gerobak jualannya itu warna pink. Mana minta difotoin gerobaknya lagi.”Dinda tertawa geli sekali lagi. “Trus, akhirnya dapet sesuai keing
Read more

046c

Dinda tersenyum kepadaku. “Lalu, kalo soal dia yang percaya mitos, dan ngidam yang aneh-aneh, I think itu salah satu faktornya karena pengaruh dari Mamanya Roy deh. Selama ini, mungkin aja, Mama mertua yang paling rutin jengukin Hanna. Mungkin juga, yang paling sering ngajakin Hanna ngobrol atau doing something together. Jadi Hanna ngerasa terhibur dan terobati rasa kesepiannya…”“Dari situ, secara nggak langsung, Hanna jadi ‘ngidolain’ Mama mertua, yang menurut dia jauh lebih mengerti soal kebutuhan psikisnya. Makanya, Mamanya Roy mau bilang apa aja, pasti Hanna bakalan belain dan nurut. Nggak peduli itu masuk akal, atau nggak…”“Jadi, kalo sampe Hanna ngidam yang di luar nalar, itu sebenernya cara komunikasinya Hanna aja ke Roy, dan orang-orang yang ada di sekitarnya… Memang agak aneh dan nggak bisa dilogika juga. Tapi, sebenernya makes sense kok, kalo dilihat lebih dalem lagi, dan dicari tau penyebabnya itu apa.”“Soalnya Hanna itu butuh human interaction yang real and genuine. Dia
Read more

047

Secara garis besar, semua pusat toko buah pasti terlihat sama. Ada berbagai macam jenis buah lokal maupun impor, label nama dan keterangan mengenai setiap macam buah itu sendiri, sekaligus label harga yang tertera di setiap jenis buah. Dan sejauh kedua mataku bisa menemukan, aku masih belum melihat ada label keterangan mengenai buah manggis yang memiliki isi tujuh.“Bukan dijual khusus isi tujuh kayak yang kamu pikir gitu…” Kata Dinda sambil mengajakku mendekat ke area salah satu rak buah yang berukuran lumayan cukup besar, dan berisikan buah manggis yang terlihat masih segar. “Harus kita yang milih sendiri…” Dinda mengendus satu butir buah manggis yang sedang dipegangnya itu. “Ini wanginya masih fresh. Enak… Aku juga mau ah… Kamu mau nggak?”“Boleh deh, mau. Memang boleh dibuka dulu ya?” Tanyaku sambil menirukan Dinda untuk mengendus satu butir buah manggis, karena aku penasaran dengan wangi fresh yang dimaksud oleh Dinda tadi.“Nggak usah dibuka. Bentar, aku cariin dua dulu buat con
Read more

048 - Adinda

Sudah sekitar dua minggu lebih, aku menjalani peran tambahan dan melakukan tanggung jawab sementara di kampus S1. Dan sejauh ini, kekhawatiranku mengenai hubunganku dengan Deo tidak menjadi kenyataan. Deo benar-benar bisa menepati janjinya untuk merahasiakan hubungan kita. Bahkan, selama jam kerjaku di kampus S1, Deo juga tetap bisa menjaga sikapnya dan menjalani kesepakatan kita dengan baik. Tanpa sepengetahuan dia, aku sengaja memantau perkembangan kegiatan perkuliahannya. Dan Deo menepati janjinya juga untuk lebih rajin kuliah. Bahkan, Deo sudah tidak lagi memiliki catatan bolos atau izin seperti sebelumnya. Selain itu, aku juga beberapa kali sempat menyaksikan sendiri bahwa Deo lebih sering melakukan konsultasi skripsi dengan dosen pembimbingnya, dan menghabiskan waktu di perpustakaan untuk mengerjakan skripsinya. Meskipun aku tidak berada di posisi Deo, namun aku bisa mengerti bahwa semua usaha yang dia sudah lakukan itu harus melewati proses yang tidak mudah. Membagi waktu ant
Read more

049

“Aduh, Win, sori, gue telat…” Kataku sambil berjalan menuju ke mejaku. “Ada masalah tadi di seminar.” Tas kerja dan tas laptop aku letakkan di atas meja kerja terlebih dahulu. “Masalah apaan?” Erwin menatapku dengan heran. Aku mendengus pelan. “Lo udah makan belom?” “Belom. Gue sengaja nungguin lo sekalian.” “Kalo kita bahas CSR sambil makan gimana? Sekalian gue kasih tau, tadi ada drama apa di seminar...” “Oke. Bentar. Gue save dulu ini…” Erwin langsung kembali fokus dengan komputer kerjanya. Dompet dan ponsel, segera aku keluarkan dari dalam tas. Kemudian tas kerja dan tas laptop aku kunci di dalam laci penyimpanan seperti biasanya, dan kuncinya selalu aku simpan di saku bajuku. Walaupun ruangan dosen terbilang cukup aman dan dilengkapi dengan kamera CCTV, tetap saja aku harus waspada dan menjaga barang-barangku dengan baik. + Laptop gue kalo ilang, masih bisa beli lagi. Tapi buat balikin semua data yang ada di dalemnya itu butuh waktu. Dan itu artinya, kerjaan gue bakalan
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status