Share

046c

Penulis: Alma Varda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dinda tersenyum kepadaku. “Lalu, kalo soal dia yang percaya mitos, dan ngidam yang aneh-aneh, I think itu salah satu faktornya karena pengaruh dari Mamanya Roy deh. Selama ini, mungkin aja, Mama mertua yang paling rutin jengukin Hanna. Mungkin juga, yang paling sering ngajakin Hanna ngobrol atau doing something together. Jadi Hanna ngerasa terhibur dan terobati rasa kesepiannya…”

“Dari situ, secara nggak langsung, Hanna jadi ‘ngidolain’ Mama mertua, yang menurut dia jauh lebih mengerti soal kebutuhan psikisnya. Makanya, Mamanya Roy mau bilang apa aja, pasti Hanna bakalan belain dan nurut. Nggak peduli itu masuk akal, atau nggak…”

“Jadi, kalo sampe Hanna ngidam yang di luar nalar, itu sebenernya cara komunikasinya Hanna aja ke Roy, dan orang-orang yang ada di sekitarnya… Memang agak aneh dan nggak bisa dilogika juga. Tapi, sebenernya makes sense kok, kalo dilihat lebih dalem lagi, dan dicari tau penyebabnya itu apa.”

“Soalnya Hanna itu butuh human interaction yang real and genuine. Dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Beda Usia, Beda Usaha   047

    Secara garis besar, semua pusat toko buah pasti terlihat sama. Ada berbagai macam jenis buah lokal maupun impor, label nama dan keterangan mengenai setiap macam buah itu sendiri, sekaligus label harga yang tertera di setiap jenis buah. Dan sejauh kedua mataku bisa menemukan, aku masih belum melihat ada label keterangan mengenai buah manggis yang memiliki isi tujuh.“Bukan dijual khusus isi tujuh kayak yang kamu pikir gitu…” Kata Dinda sambil mengajakku mendekat ke area salah satu rak buah yang berukuran lumayan cukup besar, dan berisikan buah manggis yang terlihat masih segar. “Harus kita yang milih sendiri…” Dinda mengendus satu butir buah manggis yang sedang dipegangnya itu. “Ini wanginya masih fresh. Enak… Aku juga mau ah… Kamu mau nggak?”“Boleh deh, mau. Memang boleh dibuka dulu ya?” Tanyaku sambil menirukan Dinda untuk mengendus satu butir buah manggis, karena aku penasaran dengan wangi fresh yang dimaksud oleh Dinda tadi.“Nggak usah dibuka. Bentar, aku cariin dua dulu buat con

  • Beda Usia, Beda Usaha   048 - Adinda

    Sudah sekitar dua minggu lebih, aku menjalani peran tambahan dan melakukan tanggung jawab sementara di kampus S1. Dan sejauh ini, kekhawatiranku mengenai hubunganku dengan Deo tidak menjadi kenyataan. Deo benar-benar bisa menepati janjinya untuk merahasiakan hubungan kita. Bahkan, selama jam kerjaku di kampus S1, Deo juga tetap bisa menjaga sikapnya dan menjalani kesepakatan kita dengan baik. Tanpa sepengetahuan dia, aku sengaja memantau perkembangan kegiatan perkuliahannya. Dan Deo menepati janjinya juga untuk lebih rajin kuliah. Bahkan, Deo sudah tidak lagi memiliki catatan bolos atau izin seperti sebelumnya. Selain itu, aku juga beberapa kali sempat menyaksikan sendiri bahwa Deo lebih sering melakukan konsultasi skripsi dengan dosen pembimbingnya, dan menghabiskan waktu di perpustakaan untuk mengerjakan skripsinya. Meskipun aku tidak berada di posisi Deo, namun aku bisa mengerti bahwa semua usaha yang dia sudah lakukan itu harus melewati proses yang tidak mudah. Membagi waktu ant

  • Beda Usia, Beda Usaha   049

    “Aduh, Win, sori, gue telat…” Kataku sambil berjalan menuju ke mejaku. “Ada masalah tadi di seminar.” Tas kerja dan tas laptop aku letakkan di atas meja kerja terlebih dahulu. “Masalah apaan?” Erwin menatapku dengan heran. Aku mendengus pelan. “Lo udah makan belom?” “Belom. Gue sengaja nungguin lo sekalian.” “Kalo kita bahas CSR sambil makan gimana? Sekalian gue kasih tau, tadi ada drama apa di seminar...” “Oke. Bentar. Gue save dulu ini…” Erwin langsung kembali fokus dengan komputer kerjanya. Dompet dan ponsel, segera aku keluarkan dari dalam tas. Kemudian tas kerja dan tas laptop aku kunci di dalam laci penyimpanan seperti biasanya, dan kuncinya selalu aku simpan di saku bajuku. Walaupun ruangan dosen terbilang cukup aman dan dilengkapi dengan kamera CCTV, tetap saja aku harus waspada dan menjaga barang-barangku dengan baik. + Laptop gue kalo ilang, masih bisa beli lagi. Tapi buat balikin semua data yang ada di dalemnya itu butuh waktu. Dan itu artinya, kerjaan gue bakalan

  • Beda Usia, Beda Usaha   049b

    Pintu lift kemudian terbuka, dan Erwin mempersilahkan Rika dan Deo untuk masuk terlebih dahulu. Baru setelah itu, aku dan Erwin masuk belakangan.+Ini cewek yang namanya Rika kok kayaknya deket banget ya sama Deo…Di kelas gue juga, mereka berdua selalu duduk sebelahan…+“Kalian berdua mau turun di lantai berapa?” Tanya Erwin kepada Deo dan Rika. Sementara aku tetap berdiri diam dan menatap pintu lift yang tertutup.“Sama kok, Pak.” Jawab Rika. “Udah dipencet duluan sama Pak Erwin.”“Oh, oke kalo gitu.”+Backstreet nggak enak juga ya ternyata…Gue dari dulu paling benci sama acting, eh malah sekarang paling sering gue lakuin…+“Bubu, kita jadinya mau makan apa?” Di tengah keheningan kita berempat, mendadak telingaku yang sisi kanan, bisa mendengar suara manja Rika dengan sangat jelas. Dan tanpa menoleh pun, aku tahu bahwa dia sedang berbicara kepada Deo. Bukan Erwin, apalagi aku.+Bubu?+“Oh, okay, My Bubu…” Rika masih terdengar manja dan mesra.+My Bubu?Deo barusan ngomong ap

  • Beda Usia, Beda Usaha   049c

    Aku dan Erwin kemudian segera bagi tugas. Seperti biasa, Erwin yang pesan makanan dan minuman, sedangkan aku yang mencari tempat duduk. Dan kali ini, aku mencari area yang paling pojok supaya kita berdua bisa bercengkerama dengan lebih bebas.“Makanannya nggak lo tungguin?” Tanyaku ketika Erwin duduk di depanku.“Gue disuruh duduk dulu sama ibunya. Nanti dianterin katanya.”“Duh, anak emas ibu-ibu soto betawi nih…” Kataku sambil tersenyum.Erwin tertawa. “Keseringan pesen gue…”“Aduh, Win, gue lupa ngomong sama lo tadi! Lo bilang sambelnya dipisah nggak?”“Udaaahh. Sambel dipisah, sama es jeruk nggak pake gula.”Aku tersenyum senang karena Erwin sudah hafal dengan kebiasaanku. “Thank you ya!”Erwin tersenyum sambil mengangguk. “Sampe mana tadi kita ngomong?”“Oke! Gue ceritain dari awal aja ya… Jadi, seminar tuh kan awalnya lancar-lancar aja nih. Tapi, pas bagian si Pak H ini buat ngisi acara, mendadak ada mahasiswi S2 yang teriak-teriak dari kursi peserta…” Aku melirik ke sekitarku s

  • Beda Usia, Beda Usaha   050 - Aldeo

    +Dinda sama Erwin ini hubungannya sedeket apa ya?Selama ini, Dinda suka kasih tau ke gue soal temen-temen deketnya, tapi kenapa dia nggak pernah ngomongin soal Erwin ke gue?Keliatannya mereka berdua deket banget…Sampe bisa janjian makan soto betawi bareng lagi. Udah berbagi nasi, eh, sekarang malah berbagi emping…Dinda kenapa nggak pernah ngomong ke gue kalo dia suka emping? Kan bisa gue beliin sendiri, daripada dia ambil punya Erwin…Biasa kalo kita makan bareng, Dinda sama sekali nggak pernah ambil makanan dari piring gue. Ini kenapa kalo sama Erwin main ambil gitu aja dia?Udah tau pacar lagi duduk di sini juga…Mereka lagi ngomongin apaan ya itu? Seru amat kayaknya…+“Bubu!” Rika tiba-tiba duduk di sebelahku sambil membawa nampan yang berisi makanan dan minumannya.+Ini lagi satu, gangguin gue mulu kerjaannya!+“Lo nggak ada kegiatan lain selain ngikutin gue?” Tanyaku tanpa menatap Rika.“Nggak ada.” Jawab Rika dengan santainya. “Nggak usah sok-sok’an nggak butuh gue gitu

  • Beda Usia, Beda Usaha   050b

    “Akhirnya... Kebetulan banget kalian lagi pada ngumpul di sini!”+Aduuuhhh…Mulai lagi deh ini si ratu gosip...+“Kenapa, lo mau bagi-bagi THR?” Tanya Gagas.“Ada info penting yang mau gue share ke kalian…” Kata Desi sambil mengaduk-aduk es bobanya.+Nggak mungkin nih anak nge-share tugas kuliah…+“Gue kemarin sore nemenin kakak gue ke butik kan, dan coba kalian tebak, gue liat apa?”+Pertanyaan bodoh macam apa ini?+“Belalai gajah.” Jawaban dari Gagas langsung membuatku dan Kevin tertawa geli.“Lo tuh nggak nyambung banget sih, Gas!” Desi memukul lengan Gagas sambil tertawa.“Lo juga ngapain nyuruh kita nebak?” Tanya Gagas sambil cengengesan. “Yang ke butik siapa, yang ditanya siapa…”“Nggak seru dong, kalo gue kasih tau langsung ke kalian gitu aja!”“Memang lo liat apaan sih, Des?” Tanya Rika. “Mentok-mentok juga baju keluaran terbaru kan?”“Bukan itu maksud gue…” Kata Desi dengan intonasi yang tidak sabar lagi. “Gue liat Bu Dinda!”+Hah?Perasaan kemarin sore, Dinda sama gue

  • Beda Usia, Beda Usaha   050c

    “Gue tuh suka sama Bu Dinda sebatas suka dan kagum aja... Enak aja gitu bisa ngobrol sama dia. Tapi, kalo dijadiin pacar sih kayaknya nggak deh…” + Good! Dinda udah punya gue ya. + “Soalnya, gue pas bimbingan, nggak sengaja ngeliat merek sepatunya Bu Dinda.” “Kenapa? Lo minder?” Tanya Rika lagi. “Minder sih kagaakk... Tau diri lah gue. Total uang jajan gue setahun aja, masih belum kebeli tuh sepatu. Jadi ya, kalo Bu Dinda mah mending gue jadiin kenalan baik aja. Kecuali kalo dia mau nungguin gue sampe kerja ya... Bakalan beda cerita itu nanti, dan gue nggak bakalan nolak kalo Bu Dinda juga mau sama gue…” “Gue juga sama kayak Kevin.” Gagas menambahi. “Selama Bu Dinda belom punya pasangan mah, nggak apa-apa kali suka sama dia…” + Yang kayak begini ini yang maksa gue harus cepet wisuda… Pacar gue jadi bahan omongan satu angkatan, terutama yang laki-laki. Eehh, gue masih harus pura-pura biasa aja… Kalo bukan karena permintaan Dinda, udah gue bikin diem ini Gagas sama Kevin… +

Bab terbaru

  • Beda Usia, Beda Usaha   088 - Aldeo

    Segala cara aku lakukan untukku bisa mengalihkan perhatianku dari perasaan gelisah yang sejak kemarin menghantuiku. Mendadak selera makanku hilang begitu saja. Aku mencoba untuk bekerja pun juga malah berakhir dengan melamun. Lagu-lagu yang aku dengarkan untuk membuat perasaan cemasku lebih tenang juga sama sekali tidak bekerja. Dinda masih belum pulang, dan belum memberiku kabar, dan rasanya waktu sedang berjalan dengan sangat lambat. + Gue tiduran di kamar aja apa ya? Kali aja gue bisa beneran ketiduran dan berhenti overthinking? + Mencoba untuk tidur adalah cara yang saat ini sedang aku coba untuk membunuh perasaan cemasku. Tubuhku berbaring lurus, kedua mataku terpejam, akan tetapi pikiranku masih saja terus berjalan. Aku lalu mengambil ponselku yang terletak di atas nakas. + Dinda kok lama? Lagi apa ya dia? Gue dengerin lagu lagi aja deh… Gue sambungin speaker aja… Biar kencengnya satu ruangan dan bisa ngalahin kencengnya pikiran gue… + Aku kembali memejamkan kedua m

  • Beda Usia, Beda Usaha   087 - Adinda

    “Sori ya, aku telat. Macet banget tadi.” Kata Gani yang terdengar seperti habis berlari. “It’s okay. Aku juga baru aja nyampe kok.” Kataku dengan intonasi suara yang santai. “Kita pesen dulu aja ya? Kamu mau makan apa?” “Kamu aja yang pesen, aku nggak usah.” “Yah, jangan kayak gitu dong… Masa aku makan sendiri sih?” “Aku buru-buru soalnya. Tapi kalo kamu mau makan, pesen aja nggak apa-apa.” “Ya udah, aku pesenin makanan sama cemilan buat kita ngobrol dulu ya? Kamu mau apa?” “Es Americano aja.” + Gue bales chat Deo nanti aja deh, kalo udah selesai… Biar gue fokus dulu ngobrolnya sama Gani… Toh, Deo udah gue kasih tau kalo gue udah di kafe… Gila, gue padahal nggak ngapa-ngapain dan Cuma mau nyelesaiin masalah gue sama Gani aja, tapi rasanya kok aneh ya? Berasa kayak gue jahat banget dan udah nyelingkuhin Deo secara halus… Tapi, nggak lah. Gue kan cuma mau ngobrol doang sama Gani. Bukan ngajakin dia balikan… Ini gue yang bayar apa Gani yang bayar ya? Dia sih bilangnya mau

  • Beda Usia, Beda Usaha   086

    Di saat Gagas, Desi, dan Fatima sedang sibuk membicarakan kemenangan kita di pengadilan tadi pagi, aku sibuk memikirkan Dinda yang malam ini akan bertemu dengan Gani. Sejujurnya aku merasa sangat gelisah sekali dan rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya pikiranku bergerak menjadi lebih tenang. “Kevin di mana sih ini? Kok lama bener.” Tanya Fatima sambil mengamati jam tangannya. “Masih bimbingan dia.” Jawab Gagas. “Kita tunggu lima menit lagi aja. Kalo dia nggak dateng, kita pesen dulu berarti.” Kata Desi. “Pesen sekarang aja gimana? Buat makanannya lumayan lama soalnya. Sambil nunggu Kevin, sambil nunggu makanan dateng. Perut gue udah nggak kuat nih.” “Ya udah. Kevin gimana tapi?” Tanya Fatima. “Kita pesenin, atau dia nanti aja pesennya pas udah dateng?” “Pesenin aja. Kan kuahnya dipisah, jadi nggak akan medhok mienya.” “Gue nggak tau ya Kevin sukanya apa…” Kata Desi. “Dia mah apa aja suka. Pesenin komplit aja, kan kita juga belum pada makan dari tadi.” Kata Gagas. “Ya, u

  • Beda Usia, Beda Usaha   085

    Di rumah, aku lumayan heran dengan Dinda yang baru saja pulang kerja, dan langsung terlihat kebingungan mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu. “Kamu nyari apa sih, sayang?” Tanyaku sambil mengamati Dinda yang membuka beberapa laci di ruang tengah. “Ini…” + Ini? Ada apa ya ini? Dinda keliatan nggak kayak biasanya… + “Ini apa?” “Kamu jangan marah ya tapi?” Dinda menatapku dengan sorot mata yang khawatir. “Aku lagi nyari kalung pemberian. Tapi, aku lupa taruh di mana.” + Kalung? Oh, kalung dari Gani nih pasti… + “Kamu duduk dulu sebentar. Aku ambilin kalungnya.” Kataku yang kemudian bergegas menuju ruang kerjaku terlebih dahulu. + Dinda mendadak sadar kehilangan kalungnya, atau ada apa ya? Gue kirain dia udah lupa sama kalungnya… + “Ini bukan yang kamu cari?” Tanyaku sambil menunjukkan kalung yang pada saat itu tidak sengaja aku temukan. “Iya, ini…” Jawab Dinda sambil mengamati kalungnya yang berwarna rosegold itu. “Dari Gani kan itu?” “Iya… Kalungnya kok bisa

  • Beda Usia, Beda Usaha   084 - Aldeo

    “Yo, besok jam sembilan pagi, lo bisa ngeluangin waktu buat hadir di persidangan nggak?” Tanya Kevin yang baru saja duduk di depanku. “Bisa.” Jawabku sambil tetap fokus dengan pekerjaanku sendiri karena aku sudah tidak terlalu kaget dengan berita ini. “Lo bawa surat panggilannya nggak?” “Bawa, nih. Gue memang mau tunjukin ke lo sekalian.” “Gagas sama yang lainnya udah tau?” Tanyaku sambil membuka amplop coklat dan mengeluarkan satu lembar kertas putih yang berisikan undangan untuk menghadiri pengadilan. “Udah. Ini Gagas lagi nemui Fatima sama Desi… Gue sampe tadi mampir ke pos polisi sebentar buat tanya ini logo suratnya asli atau nggak. Menurut lo asli kan ya ini, Yo? Bukan hoax.” “Iya, ini asli.” Jawabku dengan intonasi suara yang penuh keyakikan. “Lo udah siap buat besok?” “Ya, siap. Hadapi aja besok.” Jawab Kevin sambil mengeluarkan laptopnya. “Nanti gue mau nemuin Bu Dinda dulu. Besok gue pagi ada jadwal konsultasi, semoga dia nggak keberatan kalo gue minta jamnya dimunduri

  • Beda Usia, Beda Usaha   083 - Adinda

    “Halo, iya, kenapa, Sal?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan ke luar dari kamar tidur karena aku tidak ingin menganggu Deo yang sedang tertidur nyenyak. “Dinda! Gue ada kabar baik buat lo!” Kata Salma dengan intonasi suara yang penuh dengan semangat. “Sal, ini masih setengah empat dan lo kenapa bisa sesemangat ini?” “Gue baru mau tidur ini. Dengerin gue baik-baik ya. Lo udah bangun kan?” “Udah… Apa buruan? Gue mau balik tidur lagi…” “Jadi, mahasiswa lo yang begajulan dan anarkis keroyokan itu, semuanya, udah berhasil ditangkep dan diamanin di dalem sel. Surat panggilan buat sidang juga udah selesai dibuat, jadi bilangin ke laki lo, dia sama temen-temennya harus siap. Karena hari ini dikirim, dan lusa kalian maju ke persidangan?” “Lusa? Kok bisa cepet banget sih, Sal? Ini gue nggak ngelindur kan ya ngomong sama lo?” “Nggak, Dinda. Ini beneran. Gue tadinya dapet jadwal buat kalian hari Jumat pagi. Tapi, mendadak gue dikabarin dan tanggalnya dipercepat. Gue sendiri juga sempe

  • Beda Usia, Beda Usaha   082

    “Kamu kalo belum ngantuk, cerita aja, sayang…” “Kamu memang belum ngantuk?” Tanya Dinda balik. “Belum.” Jawabku sambil memiringkan badanku untuk menatap ke arah Dinda yang berbaring terlentang di sebelahku. “Tadi, sebenernya itu, aku sama Bu Jenny lebih banyak ngobrolin berbagai macam hal di luar kepentingan aku. Terutama kita ngobrolin soal makanan sih, karena Bu Jenny hobi kuliner gitu. Dan untungnya aku bisa masak, dan tau sama masalah dapur, jadi aku bisa cepet nyambung sama dia.” “Kalo soal Pak Henry, ya…” Dinda menghela nafas pelan terlebih dahulu. “Ternyata bener firasat aku. Memang dia yang nggak beres…” Kata Dinda yang kemudian terdiam dan menatap kosong ke arah langit-langit kamar kita. “Kenapa Pak Henry?” “Korupsi.” Jawab Dinda dengan pelan. “Jualan kursi mahasiswa juga.” Aku mengernyitkan dahiku yang bagian tengah. “Maksudnya jualan kursi mahasiswa?” “Ya, jadi kalo ada calon mahasiswa yang mau daftar, Pak Henry bisa jamin buat orang itu bisa diterima tanpa tes, asa

  • Beda Usia, Beda Usaha   081 - Aldeo

    “Gimana tadi, sayang? Lancar kan?” Tanyaku langsung ketika Dinda berjalan menghampiriku. Dia tidak menjawab pertanyaaku barusan dan memilih untuk langsung memeluk tubuhku dengan erat. Aku tersenyum dan membalas pelukannya, sambil menciumi bagian kepalanya. “Aku anggep, pelukan dari kamu ini artinya rencana yang kita susun, akhirnya berjalan dengan lancar.” “Lancar banget.” Jawab Dinda sambil memelukku dan menatap kedua mataku. Kedua matanya berkaca-kaca dan bahkan terlihat seperti hampir menangis. “Thank you.” Katanya yang kemudian mengecup bibirku dengan lembut. “Aku udah beliin kopi pesenan kamu. Mau makan siang bareng nggak?” “Ugh, aku nggak bisa. Tadi aku dapet telepon dari orang HRD, dan aku mesti ketemuan sama mereka dulu.” “Ya udah, kamu habis itu balik ke gedung S1 atau S2.” “S2. Ada yang harus aku urus dulu sebelum resign. Maaf ya?” “Okay, tapi kamu jangan lupa makan ya, sayang?” “Iya…” “Karena urusan pentingnya biar kamu lancar buat resign, ya udah, nggak apa-apa. Se

  • Beda Usia, Beda Usaha   080 - Adinda

    Senin, tepat pukul sepuluh pagi, jantungku mendadak berdegup lebih cepat daripada biasanya karena aku sedang menunggu Bu Jenny untuk pergi ke bakery shop langganan dia. Pikiranku saat ini terbelah menjadi dua antara keselamatan Deo, dan Bu Jenny yang sebentar lagi akan muncul. Aku tau dan aku percaya dengan kemampuan Deo, hanya saja aku benar-benar khawatir dengannya. Dia sudah berani mengambil resiko untuk membantuku dan sekarang aku yang malah takut kehilangannya. + Dinda, tenang ya, Dinda… Semuanya bakalan baik-baik aja… Lo jangan terlalu overthinking dan parno nggak jelas. Tujuan lo kan bukan mau jahatin orang, jadi lo nggak perlu ketakutan berlebihan kayak gini… Inget, Deo udah berusaha banyak, sampe rela ngelakuin hal yang beresiko banget buat dia… Jadi lo mesti bisa fokus, dan kerjain semuanya dengan baik… Jangan bikin usaha yang udah Deo lakuin buat lo, jadi berantakan dan berakhir sia-sia… Pokoknya lo pasti bisa! Lo tinggal pura-pura nggak sengaja ketemu Bu Jenny…

DMCA.com Protection Status