Semua Bab Beda Usia, Beda Usaha: Bab 71 - Bab 80

165 Bab

034

***Mine – Sayangku:Udah terbiasa belum pake si Paul?===Don’t underestimate me, gentleman.I already ride the owner…===Can you ride me too?===I don’t think so.My bf is a lil bit bitey…===Is he the famous Salvatore?===Close enough…===Does he suck you dry too?===Well, depends on the occasion…===Do you like that?***+++Chat gue masih belum di-read dari satu setengah jam yang lalu…Lagi apa ya, Dinda?Udah kangen aja gue…+++“Bubu!” Suara Rika yang begitu jelas di kedua telingaku, membuatku harus segera menutup aplikasi obrolan yang ada di ponselku. “Weekend ini ikut gue ke Bali yuk!” Ajaknya lalu duduk di kursi sebelah kiriku. “Lo bisa nggak, manggil gue yang normal dikit?” Tanyaku ketus.“Nggak bisa.” Rika tersenyum lebar. “Sabtu besok ikut ya?”Aku mendengus pelan. “Ogah.” Jawabku sambil membuka salah satu aplikasi mobile game.“Yakin nggak mau? Gue udah sewa villa loh… Lo beneran nggak kepengen apa? Kita udah terlalu lama banget loh nggak ngelakuinnya…”“Gue udah
Baca selengkapnya

034b

Pintu kelas mendadak terbuka, dan Bu Putri, salah satu staff admin yang biasa mengurus kegiatan perkuliahan, masuk ke dalam ruang kelasku sambil membawa buku absensi seperti biasanya. Dia lalu meminta semua murid untuk segera tertib dan kembali duduk di kursi masing-masing.Bu Putri lalu menerangkan bahwa kegiatan perkuliahan Prof. Petra, mulai hari ini, sudah tidak lagi ditangani oleh asisten dosen seperti tiga hari sebelumnya. Melainkan, akan ditangani langsung oleh dosen psikologi dari pihak pascasarjana.“Tuh kan! Apa gue bilang! Ganteng banget dosennya! Keren banget lagi! Semoga dia masih single dan mau sama mahasiswi...”+Berisik amat dah si Desi ini…+Sebelum berpamitan untuk meninggalkan ruang kelas, Bu Putri sempat mengecek beberapa kesiapan hal-hal yang sifatnya teknis. Dia juga sekali lagi mengingatkan kita semua yang ada di dalam kelas, untuk tetap menjaga suasana kelas yang kondusif.Sekitar sepuluh menit setelah kepergian Bu Putri, pintu kelas kemudian terbuka lagi da
Baca selengkapnya

034c

Dinda kemudian memencet remote untuk menyalakan proyektor kelas, lalu telunjuknya mengutak-atik tablet yang dipegangnya dengan cepat. Tidak dibutuhkan waktu yang lama, mendadak di layar depan kelas, muncul riwayat studi dan data mahasiswa atas nama Ahmad Mirza Alkatiri.“Ahmad Mirza Alkatiri…” Suasana kelas mendadak hening. “Belum pernah melakukan cuti semester dan sudah berada di tahun ketujuh.” Kata Dinda sambil menunjuk ke arah layar dengan laser pointer berwarna biru. Dia kemudian kembali menatap Mirza. “Skripsi kamu sudah sampai mana?”“Nunggu judul di-acc, Bu.”Dinda tersenyum kecil. “Mungkin kamu melupakan satu hal selama kuliah di sini... Jadi perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa, di tempat kamu berkuliah, ada satu kebijakan yang bernama ‘Drop Out’.” Dinda menjelaskan dengan santai, namun sorot matanya penuh ketegasan. “Kamu masih bisa mengerti maksud saya kan?” Tanya Dinda sambil tersenyum kecil. Kedua matanya fokus menatap Mirza yang mendadak terdiam dan tidak berkutik itu.
Baca selengkapnya

035 - Adinda

“Eee, Yanti, sama satu lagi dong… Saya ada pertanyaan. Kalau misalnya, saya minta tukar kelas sama Pak Erwin, masih bisa nggak ya kira-kira?”“Bisa, Bu Dinda. Tapi, kalau mau tukar kelas, harus dalam satu mata kuliah yang sama... Bu Dinda mau tukar kelas?”“Eee, prosedurnya itu gimana ya, Yan?” Tanyaku sambil mengecek data mahasiswa atas nama Aldeo Fernando.“Kalau prosedurnya harus mengulang dari awal sih, Bu. Jadi, harus buat surat permohonan dulu, beserta lampiran info perkuliahan dari mata kuliah yang mau ditukar… Lalu, pengajuan untuk persetujuan harus ke ke Ketua Program Studi dulu, setelah itu ke pihak Dekan, setelah itu tanda tangan terakhir dikirim ke pihak Rektorat… Setelah disetujui, pihak Rektorat kirim surat khusus ke Ketua Program Studi, baru setelah itu ke saya. Setelah itu, baru saya bisa akses ke sistem untuk menukar dosen pengajar.”+Buset dah! Ribet amat administrasinya. Banyak banget lagi pintu acc-nya. Kalopun gue jabanin juga bakalan makan waktu banget sih ini…
Baca selengkapnya

035b

“Ini…” Deo duduk di depanku, lalu memberi buku absen kepadaku. “…mau ngumpulin absen.”"Ini sudah lengkap dan sesuai semuanya?" Tanyaku sambil mengecek terlebih dahulu daftar kehadiran mahasiswa tersebut. Aku juga harus memastikan tidak ada mahasiswa yang berbuat curang dengan cara titip absen.“Udah semua. Aku yang terakhir tanda tangan… Sayang…”“Aldeo, kamu di sini mahasiswa saya.” Aku memotong kalimat Deo dengan sangat cepat. “Jadi tolong, jangan bawa urusan pribadi selama kita berada di lingkungan kampus, dan selama saya menjadi dosen pengajar kamu.”Deo terlihat seperti sedikit terkejut dengan responku yang cukup ketus ini. Dia menatapku dan terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu. Deo lalu terlihat seperti hendak mengatakan sesuatu, namun tidak jadi dia ungkapkan sama sekali. “Baik, Bu Dinda.” Katanya kemudian dengan intonasi yang sangat jauh berbeda dari biasanya.“Dan saya minta tolong ke kamu satu hal…” Aku menghela nafas sejenak sambil melirik ke arah pintu ruang
Baca selengkapnya

035c

Ponselku yang ada di atas meja kerjaku, mendadak bergetar dan menyala karena Deo yang mengirimiku pesan.***Aldeo Fernando:Sayang, aku tau kamu marah.Let’s talk at home as soon as possible.Nanti pulang kabarin aku ya?Kita masih bisa pulang bareng.Aku janji nggak akan nungguin atau jemput kamu di kampus.===Nggak usah. Aku bisa naik taksi sendiri.Hari ini jg aku masih ada janji.===Ke Arutala kan?Kamu kabarin aku ya?Nanti aku anterin ke Arutala.===Nggak usah. Aku naik taksi.***+Deo kok bisa tau gue mau ke Arutala dari mana ya? Bukannya kita berdua rencananya baru mau bahas jadwal masing-masing itu besok Sabtu ya? Apa gue yang secara nggak sadar udah ngomong sama dia?Aduh, Dinda! Lo mendingan buruan pikirin solusinya sekarang deh.Ini harus gimana? Lo udah terlanjur pacaran sama Deo, tapi lo juga nggak bisa egois! Masa depan Deo yang jadi taruhannya sekarang. Buruan, pikirin jalan keluarnya!+Pintu ruanganku mendadak diketuk lagi.+Kenapa lagi nih Deo?+Belum sempat
Baca selengkapnya

036 - Aldeo

“Lo ngapain, makan sambil baca buku peraturan kampus?” Tanya Gagas yang mendadak duduk di depanku sambil membawa nampan yang berisi makanannya.+Aduh, Gagas ini kadang-kadang suka muncul di saat yang nggak tepat. Gue lagi butuh konsentrasi dan sendiri, malah gabung di meja gue…Eh, tapi nggak apa-apa juga lah... Kalo ada Gagas, nggak akan ada yang curigain gue, kalo sebenernya gue lagi pengen duduk sambil ngeliatin Dinda. Biarpun yang keliatan cuma punggungnya aja...+“Buat kebutuhan skripsi gue…” Jawabku sekenanya.“Sebel banget deh gue. Bener-bener lagi nggak beruntung hari ini…” Desi dan Rika juga mendadak muncul untuk bergabung di mejaku. “Iri banget gue sama kelas A.”+Buseeeett. Kenapa teteh kunti dua ini sering banget ikutan nimbrung tanpa gue undang?+“Lu kenapa sih, Des?” Tanya Gagas. “Ngomel mulu dari tadi…”“Jadi, Pak Erwin si dosen ganteng yang gantiin Prof. Petra itu ternyata ngajar lebih dulu di kelas A. Bukan di kelas kita.”“Ya, baguslah.” Kata Gagas. “Kalo nggak g
Baca selengkapnya

036b

“Ah, nggak juga, Rik…” Kevin membela Dinda. “Tadi, selama gue konsultasi, Bu Dinda orangnya baik kok. Lebih ngebantuin gue banget malah, ketimbang Prof. Petra. Dia kalo ngoreksi itu nggak asal nyoret-nyoret doang. Udah gitu, sabar lagi. Gue bener-bener dijelasin sampe gue paham. Trus gue juga dikasih tau buku-buku yang bisa gue jadiin bahan acuan buat skripsi gue itu apa aja.”“Ya, itu mah, karena lo ganteng aja. Makanya dia baik.”+Tuh! Giliran sama Kevin bisa baik dan sabar. Kenapa sama pacar sendiri malah diambekin sih, sayang?Padahal juga gantengan aku daripada Kevin…+“Jadi menurut lo, gue ganteng nih? Deo lo kemanain?”“Ya, lo memang ganteng. Tapi yang di hati gue itu tetep Deo dong...”+Rika kalo bukan cewek, udah gue bentak dari kemaren-kemaren…Ini salah gue juga sih ini. Kalo dulu nggak gue iyain, mungkin dia nggak akan terus-terusan berharap lebih.+“Bu Dinda umurnya berapa ya?” Tanya Gagas kepada kita semua. “Lo pada tau nggak?”“Dua lapan.” Jawab Kevin dengan cepat.
Baca selengkapnya

037

Selama di kampus, ekspresi Dinda selalu saja datar ketika kita beberapa kali saling bertatap muka. Namun, dengan mudahnya dia tersenyum, atau malah tertawa jika rekan kerjanya yang bernama Erwin itu hadir di sebelahnya. Sejujurnya, aku lumayan merasa terganggu ketika kekasihku sendiri berubah menjadi orang asing kepadaku, namun tidak ketika dia dengan orang lain. Jika bukan karena pengendalian diriku, dan janji yang sudah terlanjur aku buat dengannya, aku mungkin sudah menarik tubuh Dinda, lalu mencium bibirnya di depan banyak orang sejak tadi.Sejak Dinda memintaku untuk merahasiakan hubungan kita, aku menjadi susah sekali untuk berkonsentrasi. Kegiatan perkuliahanku juga lebih banyak aku isi dengan memikirkan kekasihku yang tiba-tiba saja marah kepadaku. Selain itu, pekerjaan yang biasanya dengan mudah aku lakukan di mana saja, mendadak menjadi sukar dan bahkan tidak menarik sama sekali.Aku tahu, aku masih harus bisa bersabar dan menunggu Dinda, sampai kita benar-benar punya waktu
Baca selengkapnya

037b

===Knp lo? Berantem ya sm Dinda?===Iya. Buruan bantuin gw.===HahahahahahahahahahahahahahahahahahaBaru jg pacaran bbrp hari.Payah ah! Bikin malu gw aja!===Ketawa lagi nih bumil -_-Buruan kasih gw pencerahan napa?===Cb lo beliin es krim sm coklat aja. Beli yg rasanya Dinda bnr2 suka.Atau dessert yg lainnya jg oke. Yg ptg Dinda beneran suka, biar bisa ngebantu buat ngebalikin moodnya dia…===Selain itu apa lagi?===Ya, cari tau pacar lo sukanya apa!Itu aja yg lo kasih ke dia…===Selain itu?===Tegangan tinggi nggak nih?===Bukan tinggi lagi.Udah meledak.===Set dah!Lo apain tuh anak orang?===Bantuin gw dulu. Buruan.===Lo tau penyebab marahnya apa?===Gw bingung.Kayaknya cm salah paham kecil doang. Dan hrsnya nggak nyampe semarah ini.Kita jg blm sempet ngobrol jd gw nggak tau penyebab pastinya apaan.===Deo, kl pacar lo sampe marah itu, nggak mgkn kl cm krn salah paham kecil doang!Lo pasti ngelakuin sesuatu yg lo nggak sadari dan ternyata malah nyakitin cewe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status