Semua Bab Beda Usia, Beda Usaha: Bab 61 - Bab 70

165 Bab

031b

Salma mendengus pelan. “Aduh, Dinda, Dinda… Ini kadang yang gue nggak suka dari lo. Lo memang pinter sih. Tapi kalo semuanya harus masuk logika dulu, itu nyebelin banget tau nggak sih...”“Kalo main perasaan doang dan nggak pake pikiran, yang ada nanti kita dibegoin dan dimanfaatin orang lain tau...”“Ya, oke, itu juga bener. Tapi, soal Deo ini, menurut gue nggak ada yang aneh kalo lo bisa ngerasa langsung klik sama dia. Kadang, bangun chemistry antara dua orang itu nggak butuh waktu yang lama. Mungkin aja, lo sama Deo itu satu frekuensi energy-nya, makanya kan bisa langsung cepet nyambungnya…”+Iya, juga ya… Kok gue baru kepikiran sekarang ya?Gue memang termasuk orang yang nggak gampang terbuka sama siapa pun, tapi nggak ada yang perlu gue heranin, dengan hubungan gue dan Deo yang bisa langsung cepet saling connect.+“Sebenernya… kita berdua udah lebih dari sekedar nyambung sih, Sal...”“Maksud lo?” Tanya Salma sambil menatapku dengan sorot mata yang serius.“Gue bisa yang langsun
Baca selengkapnya

031c

“Nggak.” Aku menggelengkan kepalaku sekali lagi. “Untung aja, Deo sama sekali nggak kayak gitu. Satu hal kenapa sex sama Deo itu nyaman banget buat gue, karena dia bener-bener nggak egois. Bahkan cenderung ngutamain gue dulu, baru mikirin kita bareng-bareng, dan dirinya sendiri.”“Good! Di Indonesia, cowok yang kayak gitu populasinya langka banget soalnya.”“Oh, ya? Client lo memangnya ada yang sampe cerai cuma gara-gara masalah sex?”“Banyak! Bukan cuma ‘ada’, tapi banyak banget!” Jawab Salma dengan antusias yang penuh.“Satu hal penting yang wajib lo inget adalah, jangan pernah mau berhubungan sama laki-laki yang cuma bisa asal penetrasi, trus tinggal ejakulasi, dan molor gitu aja! Jangan mau sama kaum laki-laki yang hobinya cuma jadiin perempuan sebagai tempat pembuangan sperma doang! Mereka pasti suka berbuat seenaknya, sok paling berkuasa, dan nyebelin! Mereka itu tipe laki-laki yang otaknya mesum doang dan nggak paham sex itu apa! Pemikirannya pasti kolot, patriarki, dan misogin
Baca selengkapnya

032

Kangen.Satu kata yang saat ini paling tepat dalam menggambarkan isi hatiku untuk Deo, yang siang ini sedang dalam perjalanan pulang dari Singapura menuju ke Indonesia. Padahal, kita berdua sudah saling berusaha untuk meluangkan waktu, supaya kita tetap bisa menjaga komunikasi dengan baik. Akan tetapi, semuanya itu masih belum cukup untukku. Seringkali, aku masih ingin terus bercengkerama dengan Deo, namun selalu aku yang terlebih dahulu mengakhiri percakapan kita. Entah karena aku yang mendadak ketiduran dan meninggalkan Deo begitu saja, atau karena aku yang harus kembali fokus untuk menyelesaikan pekerjaanku.Pekerjaanku mendadak bertambah lebih banyak, semenjak Prof. Petra terkena musibah karena beliau mengemudi mobil dalam keadaan yang lelah dan mengantuk. Oleh karena itu, beberapa tugas dan tanggung jawab milik Prof. Petra yang sudah tidak bisa ditunda lagi, harus segera aku selesaikan dan wakilkan. Bahkan, beberapa kegiatan mengajar beliau pun juga akan segera aku gantikan. Tapi
Baca selengkapnya

032b

“Permisi, Bu Dinda?” Terdengar suara ketukan pintu lagi, dan juga suara dari salah satu staff admin yang sangat aku kenali.Aku menoleh ke arah pintu ruanganku yang masih tertutup. “Masuk, Yan…”Yanti masuk ke dalam ruanganku, lalu duduk di kursi yang ada di depan meja kerjaku, setelah aku persilahkan. Dia kemudian memberikanku beberapa surat-surat perijinan yang harus aku tanda tangani, dan menjelaskan kepadaku beberapa hal penting yang terkait.“Jadwal kelas sudah kamu proses?” Tanyaku kemudian.“Sudah, Bu. Tinggal Bu Dinda sama Pak Erwin yang pilih kelas, setelah itu baru saya input ke sistem.”“Hmm…” Aku berpikir sejenak. “Ini Pak Erwin lagi beli makan siang, kalo nunggu beliau, nanti kamu yang terlalu lama nunggunya. Kelasnya masih sama yang waktu itu kamu bilang kan? Tinggal pilih kelompok kelasnya aja?”“Iya, Bu.”“Ya, udah. Tolong kamu aja yang bagi buat saya sama Pak Erwin ya, Yan? Laporannya harus segera keluar sebelum jam satu siang soalnya.”“Siap, Bu. Habis ini saya input
Baca selengkapnya

032c

“Kamu udah nyampe Jakarta kan ini?” Tanyaku langsung pada Deo.“Ini lagi di jalan. Kamu udah makan?”“Ini mau makan...” Jawabku sambil menyandarkan punggungku ke kursi yang sedang aku duduki. “Aku baru aja mau text kamu, eh malah kamu yang telepon aku duluan.”“Mau ketemu sekarang nggak? Aku bisa samperin kamu dulu.”+Mau! Please…Kangen banget…+“Jangan deh. Kamu pasti capek. Lagian kalo kamu ke sini, kita nggak akan bisa ketemu lama.”“Jadi kalo sama aku, kamu sukanya yang lama nih?”+Deo kalo lagi iseng godain gini, kalimatnya suka multi tafsir…Bener-bener dah ya…+Aku mendengus geli. “Ada yang mau aku sampein, tapi kamu jangan marah ya?”“Oke. Tenang aja, aku nggak mau darah tinggi.”Aku menghela nafas sekali. “Aku bisa ketemu kamu malam ini, tapi kalo rencana dinner kita reschedule gimana? Aku tau, aku udah janji. Tapi, aku baru aja dapet kabar, meeting yang harusnya selesai jam lima, malah baru akan dimulai jam enam nanti. Jadi, kalo dinner-nya kita pindah ke weekend, kamu
Baca selengkapnya

032d

“Tenang aja, pokoknya aku atur biar nggak ganggu jadwal kamu besoknya.”“Oke.” Kataku sambil tersenyum.“Kalo, Sabtu sama Minggu, kita full nge-date gimana? Jadwal kamu kosong nggak?”“Sabtu ada photo-shoot, dari pagi sampe sore. Sisanya aku kosong. Paling cuma nge-gym aja jadwalnya. Minggu-minggu ini aku banyak bolos soalnya.”“Oke, nanti kita bisa nge-gym bareng juga.”+Buset, pikiran gue kenapa malah ke arah yang lain ya ini…?+“Oke.” Kataku sambil tersenyum lagi.“Nanti aku jemput di kampus ya?”“Nggak usah. Aku bawa mobil kok ini. Kamu nanti jemput aku ke apartemen aja. Habis ini, aku kirimin alamatnya.”“Hmm… Oke. Ini beneran, kamu nggak mau kita ketemuan dulu?”“Iya, bener. Nanti aja ketemunya. Lagian, aku juga masih banyak kerjaan kok ini.”Aku sengaja berbohong lagi ke Deo mengenai hal tersebut. Jika menuruti keinginanku, sejujurnya aku ingin sekali bisa bertemu dengan Deo sekarang juga, meskipun hanya sebentar saja. Aku juga pasti akan berusaha untuk memanfaatkan waktu ist
Baca selengkapnya

033 - Aldeo

“Deo?” Dinda menatapku dengan heran, seolah seperti tidak menyangka dengan kehadiranku di hadapannya saat ini. “Aku sengaja…” Kataku sambil tersenyum. “…pengen jemput kamu…” Lalu kedua tanganku bergerak memeluk Dinda untuk melepaskan kerinduanku. “Kamu ke sini naik apa?” Tanya Dinda sambil membalas pelukanku dengan erat. “Taksi online tadi.” “Dari kantor?” Tanya Dinda sambil meregangkan pelukannya supaya bisa menatap wajahku. “Nggak. Aku tadi ada meeting sama Papa di rumahnya.” Jawabku lalu mengecup kening Dinda. “Pulang sekarang yuk...” “Hmm, ayo…” Dinda lalu tersenyum dan mengangguk. “Sini tas kamu, biar aku yang bawa…” Aku kemudian mengulurkan tangan kananku untuk mengambil tas laptop milik Dinda yang ada di tangan kirinya. Dia tersenyum sekali lagi kepadaku, dan membiarkanku untuk membawa tas laptop tersebut. Sebuah bahasa tubuh yang terlihat sederhana di antara kita berdua, namun bagiku, penuh dengan makna. Aku mengambil tas laptop tersebut, bukan karena Dinda tidak bisa
Baca selengkapnya

033b

Hening. Dan ketika aku menoleh ke arah Dinda lagi, dia ternyata masih menatapku. Posisinya masih sama seperti sebelumnya, hanya saja kali ini, Dinda tersenyum manis. “Let me guess… Kamu suka yang feminine colors kan? Like pink and rose gold. Am I right?” “Yes, you are…” Jawab Dinda. “Pink and rose gold. Cuma aku nggak suka yang terlalu mencolok di mata kayak warna stabilo gitu…” Selama perjalanan pulang menuju ke apartemen Dinda, aku sengaja menggiring topik pembicaraan kita ke arah yang ringan, karena Dinda terlihat lumayan letih. Aku bahkan harus mengurungkan niatku terlebih dahulu untuk bertanya mengenai pekerjaan yang mendadak terlalu menguras perhatian kekasihku itu. Situasinya masih belum tepat. Hampir seharian Dinda menghabiskan waktu dengan pekerjaannya. Jadi di waktu luangnya, aku ingin Dinda bisa lebih relax dan berhenti memikirkan pekerjaan. “Sayang... kamu kapan terakhir servis mobil?” “Aku lupa deh, terakhir itu kapan. Udah lumayan lama sih kayaknya... Kenapa memangn
Baca selengkapnya

033c

“Sebentar lagi?” Dinda menatapku dengan sorot mata yang penasaran. Namun aku hanya tersenyum dan diam saja, sambil terus berjalan dan merangkul pinggangnya.“Ini kita mau ke mana ya? Kok malah masuk ke private lift?” Dinda masih saja berusaha mengorek jawaban dariku, namun aku masih tetap tidak ingin memberi tahu dia terlebih dahulu. “Kamu mau ajak aku ke tempat siapa?”Aku tersenyum santai. “Like I said, sebentar lagi juga kamu tau.”Dinda menatapku dengan sorot mata yang bingung, bercampur dengan penasaran. Dan, lagi-lagi, aku masih tidak ingin mengungkapkan apa pun. Aku sengaja membiarkannya menebak dan menunggu terlebih dahulu.“No way!” Kedua mata Dinda terbelalak.“Kamu mikir apa?” Tanyaku sambil tersenyum geli karena aku rasa Dinda sudah menemukan jawabannya.“Aku nggak mau jawab sekarang. My mind is blown away...” Jawaban Dinda barusan, membuatku tertawa geli. Dan aku yakin, Dinda sudah bisa menebak jawabannya dengan benar. “Ini beneran ya? Mungkin nggak sih? Ini kayak yang la
Baca selengkapnya

033d

“Oke, kalo yang itu…” Aku tersenyum nyengir. “…jujur, aku memang sengaja ngikutin kamu. Tapi dengerin dulu… Hari itu sebenernya aku lagi ada business dinner sama Papa dan beberapa koleganya, di hotel yang sama. Makanya pakaianku waktu itu kelewat formal buat ‘Bear and Bar’. Pas di ‘Bear and Bar’ dan ngeliat kamu lagi sibuk ngobrol, aku juga sengaja perhatiin kamu. Karena, ya… nyari kesempatan aja biar bisa deketin kamu.”“Ohh…” Dinda kemudian kembali memelukku lagi. “Jadi kamu memang udah lebih dulu ada rencana buat deketin aku nih?”+Hmm, masih belum bisa gue kasih tau sekarang kalo gue udah lama suka sama Dinda...+“Kamu kalo pulang besok pagi gimana?”“Kamu minta aku tidur di sini?” Dinda meregangkan pelukannya lagi dan kembali menatapku.“Iya. Tinggal jalan kaki dan pindah lift doang kan? Besok pagi, aku temenin balik ke apartemen, biar kamu bisa siap-siap.”“Ya… asal kita beneran tidur sih, aku nggak masalah ya. Aku lumayan ngantuk soalnya.”“Oke. Kita beneran tidur aja dulu...
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status