“Halo… Ada apa, Lista?”-Percakapanku dengan kekasihku mendadak harus terhenti sementara, karena ponselnya tadi berdering. Aku kembali menikmati tuna cheese whole wheat panini, sambil sesekali mengamati Dinda yang sedang duduk di depanku.-“Iya, oke, iya… iya, nggak apa-apa…”“Tenang aja, nggak apa-apa. Aku udah di airport kok ini…”“Iya, nggak apa-apa, Lista... Yang lain masih pada tidur kah?”“Ohh, oke… Iya… Oke… Iya, bisa… Udah aku tanda tangan sih kemarin… Iya, udah semua kok. Nggak ada yang ketinggalan…”“Oke… Hmm, nanti tolong bilangin ke Rangga ya, aku ke kantor hari Kamis… Iya, oke… Thank you, Lista…”-“Siapa?” Tanyaku ketika Dinda sudah mengakhiri panggilan teleponnya.“Ini, rekan kerja. Temen aku di agency. Dia minta maaf karena bangun kesiangan dan nanyain aku pulangnya gimana. Soalnya kan biasanya yang ngurus taksi itu dia. Dan karena aku pulang duluan, jadinya diaturnya memang beda sendiri.”“Ohh… Pantesan… Aku udah sempet mikir kenapa kamu pulang sendirian, padahal ka
Read more