Home / Pernikahan / Beda Usia, Beda Usaha / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Beda Usia, Beda Usaha: Chapter 51 - Chapter 60

165 Chapters

025

Pagi ini, aku terbangun karena suara alarm yang sebelumnya sudah diatur oleh Dinda untuk berbunyi tepat pada pukul empat pagi, dini hari. Aku langsung meraih ponsel Dinda yang masih tergeletak di atas tempat tidur, lalu segera kumatikan alarm tersebut, sebelum Dinda terbangun dari tidurnya.Mataku terbuka lebih lebar lagi dan aku diam sejenak, sambil mengamati Dinda yang masih tidur nyenyak di sampingku. Tangan kanannya berada tepat di atas perutku, dan kaki kanannya menindih kedua kakiku yang berbaring lurus di sebelahnya. Sungguh, bagiku, salah satu pemandangan yang sangat indah adalah, ketika bangun tidurku disambut dengan pemandangan seorang perempuan yang sangat aku sayangi, sedang tertidur nyenyak di sampingku, dan dengan posisi memeluk tubuhku.“I love you…” Bisikku sambil melirik ke bawah, ke arah Dinda. Senyumku mengembang, dan tangan kananku mengelus tangan kanan Dinda yang ada diperutku.+Suatu hari nanti, kalau momennya udah tepat, gue akan bilang ke Dinda kalo gue udah j
Read more

025b

“Hmm... Jam berapa ini?” Tanya Dinda yang terdengar sedikit tidak jelas dan parau.“Udah jam empat lewat.”“Hmm.”“Jadi gimana?” Tanyaku sambil memandangi Dinda yang masih saja terpejam dan tidak mau beranjak sama sekali. "Mau pulang hari ini nggak?"“Hmm...""Dinda?""Hmm..."Aku kemudian menghela nafas secara perlahan. Mendadak, aku harus segera memikirkan berita-berita korupsi dari seluruh sistem pemerintahan yang ada di Indonesia. Karena suara Dinda yang khas ketika dia bangun tidur, ditambah pelukannya yang semakin erat, dan kulitnya yang menempel di kulitku secara langsung, benar-benar membuatku ingin melanjutkan kegiatan kita berdua sebelum tertidur pulas.“Din?” Suaraku mendadak berubah menjadi sedikit lebih serak. Aku berdeham pelan, lalu diam sebentar. “Dinda?”“Hmm.”“Ini kalo kamu nggak bangun, bisa-bisa aku yang bangun lagi loh...”“Hmm.”“Din?” Panggilku lagi karena Dinda masih tidak bergerak sedikit pun. “Jadi mau pulang nggak?”“Pulang...”“Nggak mau mandi dulu?”“Yaaa
Read more

026

“Kamu nggak lagi becandain aku doang kan ya ini?”“Nggak, Dindaku sayang… Aku masih inget semua yang kamu bilang kemarin. Dan aku juga serius. Aku sayang sama kamu, dan aku mau kita pacaran..."Dinda menghela nafas pelan, kemudian termenung sejenak. Bagiku saat ini, satu detik saja terasa lebih lama daripada biasanya. Menunggu Dinda yang sedang diam, dan menunggu jawaban, atau kepastian dari Dinda, rasanya sudah lebih dari cukup untuk membuatku gelisah.Namun, aku memilih untuk tetap diam saja, dan pasrah menunggu Dinda. Aku ingin Dinda membuat keputusan berdasarkan hati dan pikirannya sendiri. Bukan karena aku yang dengan tidak baik mempengaruhi dia. Sekalipun aku sangat menginginkan Dinda di hidupku, tetap saja, aku lebih suka untuk tidak memaksanya. Aku ingin selalu bisa menghargai Dinda sebagai seorang perempuan yang sangat aku cintai.Dinda kembali menatap kedua mataku lagi. "Aku..." Dia kemudian menghela nafas pelan. "...Kalo, aku bilang nggak mau, itu artinya, aku udah bohong k
Read more

026b

Kedua mata Dinda semakin berair, seperti hendak menangis, namun masih berusaha dia tahan. “Kalo aku nyakitin kamu gimana? Atau malah sebaliknya? Atau, gimana kalo kita malah saling nyakitin satu sama lain?”“Dinda… Aku nggak bisa janjiin ke kamu, hubungan yang isinya mawar, melati, atau semua taman bunga buat kamu… Karena di dalam hidup ini, pasti ada titik di mana kita akan hadapi masalah. Bisa aja, salah satu di antara kita berakhir marah dan kecewa. Atau malah kayak yang kamu bilang tadi… saling nyakitin. Aku sadar, apa pun bisa terjadi di masa depan. Tapi, gimana kalo kita bikin kesepakatan bareng?”“Kesepakatan soal apa?” Tanya Dinda dengan suara pelan dan mata yang masih berkaca-kaca.“Kalo someday, kita punya masalah, apa pun itu masalahnya… aku mau, kita berdua cari jalan keluarnya bareng-bareng. Kita hadapi sama-sama, dan kita selesaiin sama-sama.” Perkataanku barusan, akhirnya membuat Dinda membiarkan air matanya untuk mengalir di kedua pipinya.“Dinda…” Aku menghela nafas d
Read more

027

“Halo… Ada apa, Lista?”-Percakapanku dengan kekasihku mendadak harus terhenti sementara, karena ponselnya tadi berdering. Aku kembali menikmati tuna cheese whole wheat panini, sambil sesekali mengamati Dinda yang sedang duduk di depanku.-“Iya, oke, iya… iya, nggak apa-apa…”“Tenang aja, nggak apa-apa. Aku udah di airport kok ini…”“Iya, nggak apa-apa, Lista... Yang lain masih pada tidur kah?”“Ohh, oke… Iya… Oke… Iya, bisa… Udah aku tanda tangan sih kemarin… Iya, udah semua kok. Nggak ada yang ketinggalan…”“Oke… Hmm, nanti tolong bilangin ke Rangga ya, aku ke kantor hari Kamis… Iya, oke… Thank you, Lista…”-“Siapa?” Tanyaku ketika Dinda sudah mengakhiri panggilan teleponnya.“Ini, rekan kerja. Temen aku di agency. Dia minta maaf karena bangun kesiangan dan nanyain aku pulangnya gimana. Soalnya kan biasanya yang ngurus taksi itu dia. Dan karena aku pulang duluan, jadinya diaturnya memang beda sendiri.”“Ohh… Pantesan… Aku udah sempet mikir kenapa kamu pulang sendirian, padahal ka
Read more

028

“Sumpah ya, lo nyebelin banget jadi orang... Ditelepon berkali-kali nggak ada yang diangkat. Dipencet juga, lama banget bukannya. Pegel tau kaki gue nungguin lo buka pintu…”+Aduh…Hanna kalo nggak lagi hamil, udah gue suruh ke luar, dan gue larang masuk lagi…Demen amat gangguin orang tidur dah…Ini si Roy juga kemana lagi? Kenapa istrinya bisa balik lagi ke kamar gue?+“Salah lo sendiri, Han… Ngapain lo dateng pas gue lagi tidur?” Tanyaku sambil menguap.Hanna menatapku sambil menggelengkan kepalanya, seperti tidak habis pikir dengan kelakuanku. “Udah gue duga. Udah gue duga.”+Ngomel apaan lagi, ibu-ibu hamil satu ini?+“Roy ada di mana?” Tanyaku sambil menguap lagi, dan berjalan ke arah kulkas mini untuk mengambil kopi hitamku.“Lagi beli makan. Lumayan ngantrinya, jadi gue ke sini duluan deh.”Aku langsung menoleh ke arah Hanna. “Tumben lo nggak ikutan makan?”Hanna mendengus pelan. “Kan Roy lagi pesen. Trus, nanti di bawa ke sini, jadi kita bisa makan berempat bareng-bareng.
Read more

028b

“Iya. Kalo gue nggak salah ngitung ya sekitar setengah limaan lah. Cuma gue nggak yakin ya. Nggak merhatiin jam.”Kedua mata Hanna langsung melotot. “Lo berdua udaaahhh…?”“Udah." Jawabku langsung tanpa menunggu Hanna untuk menyelesaikan kalimatnya. "Makanya gue tidur cuma satu jam.”Lagi-lagi, Hanna membuka mulutnya dengan sangat lebar dan membuatku tertawa geli. “Biasa aja kagetnya… Itu anak lo bisa ada di perut lo juga, artinya karena lo keseringan main sama Roy.”Hanna terdiam sejenak. “Kayaknya nggak mungkin deh, kalo cewek kayak Adinda bisa langsung cepet mau sama lo…”“Tapi, kenyataannya mungkin tuh. Lagian, gue juga ganteng, keren, pinter, baik hati, penyayang, tulus sama dia... Apa lagi yang kurang?”Hanna masih menatapku secara serius. Dia lalu mendengus pelan. “Yo, tapi lo tetep harus ati-ati loh... Kalo sampe Adinda tau track record lo sama perempuan kayak apa, bisa jadi masalah besar nanti…”“Gue udah cerita kok. Sebelum gue nembak dia.”“Serius lo?” Lagi-lagi Hanna terli
Read more

029 - Adinda

“SURPRISE!!”“Buset dah, lo ngagetin gue banget tau, Saall...” Kataku sambil mengelus dadaku yang sebelah kiri. Aku kemudian mempersilahkan Salma masuk ke dalam apartemenku.“Gue fresh from the airport nih, langsung ke sini…” Kata Salma sambil meletakkan koper besarnya di sisi pinggir, dekat sofa ruang tamu.“Lo di Bali, nggak pernah lupa pake yang ‘SPF 50 plus’ terus kan, Sal?” Tanyaku sambil mengamati kulit Salma secara menyeluruh.“Pake terus dong! Makin keren kan kulit gue sekarang?”“Iya, makin mengkilap dan eksotis…”Salma tertawa geli. “Kalo buat kulit, istilahnya itu glowing, Dindaaa… Bukan mengkilap… Lo kata gue piring prasmanan?”“Ya, itu lah istilahnya. Sama aja artinya…” Kataku sambil berjalan menuju ke dapur. “Gue mau lanjut bikin sandwich sama yogurt buah dulu. Lo mau sekalian nggak?”“Boleh deh! Tadi gue nggak sempet sarapan soalnya…” Jawab Salma sambil mengikutiku ke dapur. “Gue beli wine nih buat lo, sekalian buat kita rumpi-rumpi manja hari ini…” Salma kemudian menga
Read more

029b

Kedua tanganku kusandarkan di kitchen island, dan kutatap kedua mata Salma lagi. “Jadi kok. Cuma gue belum tau kapan waktu yang tepat. Di sisi lain, gue juga masih bingung sama diri gue sendiri…”“Bingung soal?”“Rencana gue selanjutnya setelah resign.” Jawabku sambil kembali fokus membuat sarapan untuk kita berdua.“Lo masih bingung ya, mau kerja apa?”“Iya, itu salah satu yang bikin gue bingung.”“Apa lagi yang lainnya?”“Lo tau kan, gue selama ini selalu nurutin rencana bokap gue… sampe-sampe, gue nggak ada waktu buat kasih kesempatan ke diri gue sendiri. Gue terlalu lama nurutin bokap, sampe keterusan dan lupa sama diri gue sendiri.”“Dan sekarang, gue lagi di titik yang bingung banget sama hidup gue… Gue masih belum tau, mau gue sebenernya apaan… Banyak hal yang masih gue pertanyakan, dan gue belum nemuin jawabannya. Banyak hal yang kepengen banget gue lakuin, tapi, gue juga nggak tau mesti mulai dari mana dan gimana caranya…”“Menurut lo, gue aneh nggak sih, Sal?” Tanyaku sambil
Read more

030

“By the way… gue hampir aja lupa. Gue ke sini kan karena mau sekalian denger soal cowok misterius yang waktu itu lo ceritain…” “Lo nggak liat ini gue lagi apa?” Tanyaku sambil fokus bekerja di depan laptopku. “Ya, sambil cerita dong, Dinda… Atau cerita dulu juga boleh. Lo udah bikin gue penasaran soalnya, jadi sekarang, lo harus tanggung jawab ya!” “Mau gue ceritain yang bagian mana?” Tanyaku sambil fokus menatap layar laptopku. “Semuanya dong. Dari awal sampe akhir.” Kata Salma dengan intonasi yang terdengar seperti sudah tidak sabar lagi. “Namanya Aldeo…” Aku menyimpan file kerjaku terlebih dahulu, karena aku yakin bahwa aku tidak akan pernah bisa membagi konsentrasiku untuk pekerjaan dan Salma, di waktu yang bersamaan. Nanti, setelah menceritakan semuanya ke Salma, aku akan melanjutkan lagi pekerjaanku yang progress-nya masih sekitar delapan puluh lima persen ini. “Aldeo? Kayaknya gue nggak ada temen atau kenalan yang namanya Aldeo deh…” “Sama... Gue juga baru ketemu dia pas
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status