All Chapters of Istri Tebusan Paman Mantanku: Chapter 211 - Chapter 220
260 Chapters
211. Perebut Suami Orang
“Sudahlah!” seru ayahnya. “Biarkan saja jika Kian tidak mau datang untuk makan malam! Yang terpenting, kamu sudah hadir di sini. Ayo kita ke ruang makan! Koki di rumahku sudah menyiapkan menu terbaik.”Ayahnya menekan punggung Helga dan membimbingnya menuju ke ruang makan. Marisa dan Adinda saling tukar pandang, lalu Marisa mengangkat alisnya. Ibu mereka masih terus memasang wajah masam sambil melipat tangannya di dada.Marisa merangkul ibunya dan kemudian mereka sama-sama mengikuti ayah mereka ke ruang makan. Ia cukup yakin jika ibunya sedang banyak tekanan dalam pikirannya. Ayahnya yang baru saja pulang dari rumah sakit, tapi malah langsung mengajak Helga untuk makan malam.Sikap ayahnya agak berlebihan, tidak seperti biasanya. Ayahnya terlalu terang-terangan menunjukkan bahwa ia sangat menyukai Helga.Untuk sejenak, Marisa mengesampingkan rasa bencinya dan fokus untuk menyantap makan malamnya. Sepertinya Adinda pun melakukan hal yang sama. Ia tidak lagi mendelik ke arah Helga.Si t
Read more
212. Nasehat Sang Adik
Malam semakin larut, Kian menyetir mobilnya menuju ke rumah. Seharusnya Helga sudah pulang dari rumahnya. Ketika ia hendak berbelok masuk ke jalan rumahnya, ia merasa khawatir jika tiba-tiba ia akan mendapatkan kejutan di rumahnya. Apa pun bisa saja terjadi. Kian pun mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkannya. Ada banyak panggilan tak terjawab dari ibunya, Adinda, Marisa, dan juga Helga. Ia membaca pesan yang masuk satu per satu. Pesan dari Adinda ia buka terlebih dulu. “Kak Kian pengecut! Kenapa Kakak tidak pulang dan menghadapi Helga? Usir dia dari rumah ini!” Kian tersenyum. Adinda sepertinya setuju jika Kian dan Helga tidak perlu dijodohkan. Adiknya itu adalah orang yang telah memergokinya di hotel saat ia sedang berselingkuh dengan Helga. Rasanya tidak mungkin jika Adinda menerima Helga begitu saja. Kian membalasnya. “Maafkan aku. Apa Helga sudah pulang?” Lalu ia membaca pesan dari Marisa. “Begitu kamu tiba di rumah, aku akan langsung men
Read more
213. Angkat Kaki
Semalaman itu Kian terus menerus memikirkan tentang ucapan Marisa. Untuk apa ia memaksa membawa Laureta pulang ke rumah ini jika pada akhirnya, ia hanya akan membuat Laureta menderita? Sebutan anak perampok itu tidak akan hilang begitu saja. Semua orang belum tentu akan menaruh rasa hormat lagi pada Laureta setelah mengetahui statusnya yang sebenarnya. Lantas, apa yang sebenarnya Kian inginkan? Mengikuti egonya untuk tetap membawa Laureta kembali ke sini? Atau ia justru harus merelakan Laureta supaya wanita itu bisa hidup bebas dan merasakan kebahagiaannya yang sesungguhnya? Perlahan setetes air mata pun mengalir di pipinya. Ia tidak rela jika harus kehilangan wanita itu untuk selamanya. Apakah Laureta pun tega membiarkan Kian hidup sendirian tanpa dirinya? Kian menoleh ke samping tempat tidurnya, tempat biasanya Laureta berbaring dengan wajahnya yang polos. Andai ia bisa, ia ingin tahu apa yang sebenarnya Laureta pikirkan. Apa yang sebenarnya tengah
Read more
214. Ide Marisa
Sejujurnya, Kian tidak tahu mau pergi ke mana karena ia tidak punya tujuan sama sekali. Ia tidak pernah merencanakan hal ini dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya Kian dengan penuh amarah, keluar dari rumah yang sejak kecil ia dibesarkan di sana.Kian merasa hampa. Pikirannya serabutan dalam kepalanya, membuatnya jadi pusing. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan berusaha merenungkan apa yang tengah ia lakukan.Apalah gunanya ia pergi dari rumahnya jika tidak ada yang mencarinya. Tak ada yang peduli padanya. Orang tuanya hanya ingin supaya Kian menikah dengan Helga dan segera memberi mereka cucu laki-laki.Seharusnya hal itu tidak terdengar sulit. Namun, begitu Kian melibatkan perasaan dalam kepentingan keluarga ini, yang ada ia tenggelam dalam perasaannya. Ia pun harus merelakan banyak hal untuk memperjuangkan apa yang hatinya inginkan.Laureta. Di manakah Kian bisa menemukan Laureta?Seandainya ia bisa menemukan wanita itu, apakah Laureta bersedia untuk kembali padanya? Apa
Read more
215. Wanita Bayaran
“Bukan urusanmu,” ucap Kian dingin.“Ah, ayolah. Apa kamu sedang berlibur ke pantai? Pantai mana? Apa aku boleh menemuimu?”Kian cukup yakin jika Helga pasti akan mengancam Clara untuk memberitahunya keberadaan Kian. Kebetulan Kian tidak memberitahu Clara posisinya ada di mana. Tak ada yang tahu, tapi sebentar lagi Helga pasti tahu.“Untuk apa kamu menemuiku? Aku sedang bersenang-senang di sini.”“Ah ya, tentu saja. Kamu sedang bersenang-senang setelah kepergian Laureta. Kamu senang karena akhirnya kamu bebas dan kamu bisa berkencan denganku semaumu.”“Tidak denganmu.”Helga terdiam sejenak. “Apa maksudmu?”“Aku bisa berkencan dengan wanita mana pun yang aku suka, tidak harus kamu,” ujar Kian.“Begitu ya? Aku tidak yakin kalau kamu akan bersikap seperti itu. Kamu hanya sedang bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Ingat, kamu masih punya aku untuk meluapkan semua kesedihanmu. Aku siap untuk melakukan apa saja untukmu. Apa perlu aku menyusulmu malam ini juga?”“Tidak perlu,” ujar
Read more
216. Pacar Pura-Pura
Miya menoleh pada Kian. “Sentuh saja! Di mana pun kamu ingin menyentuh Miya. Sentuhlah dengan sepenuh hatimu.”Miya tiba-tiba menarik tangan Kian dan menaruhnya di payudaranya. Kian terkesiap. Ia segera menarik tangannya. Sekujur tubuhnya merinding menyentuh benda padat nan empuk itu. Sudah lama sekali rasanya semenjak ia menyentuh Laureta, ia baru menyentuh lagi yang seperti itu.Milik Miya sangat besar dan amat sangat besar hingga Kian khawatir benda itu akan meledak jika tertusuk jarum. Kian bergidik dan kembali fokus menyetir.Miya terkekeh manja. “Kenapa, Sayang? Kamu seperti yang kaget.”Kian mengatur napasnya dan menoleh pada Miya yang tampak senang. Ia tersenyum manja sambil memainkan rambutnya yang panjang. Lalu ia sengaja menurunkan sedikit bajunya supaya belahan dadanya semakin terlihat jelas.“Mau pegang langsung ke kulitnya juga boleh. Kalau kamu butuh seks, aku akan memberikanmu tiga ronde sesukamu. Bagai
Read more
217. Kepedihan Helga
Tiba di hotel, Helga segera menaruh kopernya di kamar. Sejujurnya, ia tidak tahu harus mulai mencari Kian ke mana. Lalu ia melihat ada postingan baru di statusnya Kian. Betapa terkejutnya ia karena melihat seorang wanita seksi sedang berfoto dengan Kian.Sepertinya ucapan Kian tentang berpesta dengan teman kencannya itu memang benar adanya. Hati Helga terasa pedih melihat foto mesra Kian yang sedang dicium oleh wanita asing itu.Kian tidak mungkin mengkhianatinya. Pria itu pasti sengaja melakukan semua ini supaya dirinya cemburu. Menolak pemikiran bahwa semua itu benar, Helga pun bersikeras untuk mengejar Kian sampai ke tempat café itu.Saat mengecek peta di ponselnya, ternyata posisinya sangat jauh dari hotelnya berada. Dengan lemas, Helga duduk di kasur dan menaruh ponselnya.Ia merasa sia-sia menyusul Kian sampai ke tempat ini. Pria itu tidak akan merespon kehadirannya. Belum apa-apa, Helga rasanya ingin menjerit keras-keras. Namun, ia tidak aka
Read more
218. Kiss Me
“Kamu harus menciumku,” perintah Miya pada Kian.“Aku tidak mau!” tolak Kian. “Jangan memintaku melakukan hal-hal yang aneh.”Miya mengangkat alisnya. “Kamu yakin tidak ingin membuat orang itu patah hati? Aku rasa, cara ini akan berhasil kalau dia sampai melihatmu menciumku.”“Dia belum tentu datang ke sini.”“Oh ya? Coba cek sosial mediamu. Apa dia sudah melihat status barumu? Haruskah kita unggah foto lainnya?”Terpaksa Kian mengeluarkan ponselnya dan melihat orang yang sudah melihat statusnya. Ternyata Helga sudah melihatnya. Miya sengaja menyematkan nama tempat beach club ini supaya Helga bisa lebih mudah menemukannya.Kian merasa bersalah karena melakukan semua ini demi menghancurkan perasaan Helga. Namun, tak ada jalan lain selain membuat Helga cemburu.“Dia sudah melihatnya sejak setengah jam yang lalu,” ujar Kian.“Baguslah kalau begitu. Apa kamu tahu dia menginap di mana?” tanya Miya.Kian menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu.”“Ya sudah. Mungkin dia baru akan tiba di sin
Read more
219. Bergairah
“Lepaskan tanganku!” seru Helga sambil menyentak tangannya.Pria itu tersenyum lebar. “Aku tidak menyangka akan langsung bertemu denganmu di sini. Tadinya aku hendak membelikanmu sebuah gaun pink yang cantik, eh tiba-tiba kamu ada di sini. Ayo masuk ke ruanganku!”“Aku tidak mau!” tolak Helga.“Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku, Sayang?” Pria itu merengkuh sebelah pipi Helga dengan lembut, lalu memiringkan kepalanya untuk menciumnya, tapi Helga langsung memalingkan wajahnya.“Aku ke sini untuk menemui orang lain!” ucap Helga ketus.Bibir pria itu sudah nyaris menyentuh bibir Helga, tapi ia hanya mencium angin yang kosong. Dengan berat hati, ia memundurkan wajahnya dan menatap Helga dengan mata yang sendu.“Aku tidak pernah mencari tahu tentang pria yang selalu kamu bicarakan itu, tapi kali ini aku benar-benar penasaran. Siapa dia sebenarnya? Biar aku temui dia dan beritahu padanya kalau kamu adalah kekasihku, milikku.”“Aku bukan kekasihmu, Ivan! Aku ini hanyalah ….”“Hanya apa? Tem
Read more
220. Langkah Terakhir
“Dia benar-benar datang!” seru Kian. “Apa kubilang,” ujar Miya. “Ayo cepat cium aku!” Kian menautkan alisnya. “Haruskah?” “Terserah padamu. Aku hanya tidak ingin kamu sia-sia membayarku hari ini.” Miya memposisikan tubuhnya sedekat mungkin dengan Kian. Ia sudah memejamkan matanya. Kian masih menatap wajah Miya yang sudah amat sangat siap untuk dicium, sementara Kian tidak menginginkannya. Namun, lagi-lagi ide gilanya itu memang harus dibarengi dengan orang yang sepadan. Miya memang rekan yang tepat untuk melakukannya. Kian pun memiringkan kepalanya dan mendekati wajah Miya. Wanita itu memajukan wajahnya dan segera saja bibir mereka saling bertemu. Miya mengenakan semprot mulut yang wangi segar. Kian menyukai aromanya. Ia mencium bibir wanita itu sambil membayangkan wajah Laureta. Jika tidak begitu, ia mungkin akan merasa canggung karena Miya adalah seorang wanita bayaran yang tentunya sudah sering dicium oleh banyak pria yang berbeda-beda. Kian benar-benar resmi menjadi seorang
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
26
DMCA.com Protection Status