Home / Romansa / Melahirkan Keturunan Untuk CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Chapter 71 - Chapter 80

220 Chapters

Bab 71. Kebenaran Lain

“Duarrrr!”“Aaaaa!” Melengking sudah suara itu menggema di udara. Jeritan keras dari sang korban membuat ia menoleh kepada sang pelaku. “Kak Aarav?” tanya gadis berumur 15 tahun. Dia Lusi, seseorang yang tadi menjerit terkejut kala seseorang mengejutkannya. Sebelumnya Lusi tengah mengumpulkan semua balon-balon yang katanya acara digagalkan. Tidak tahu permasalahannya karena apa Lusi hanya menurut. Rumah dari kediaman Vanzo dibersihkan kembali, semua yang sempat indah oleh hiasan dari berbagai bunga dan balon-balon harus segera dibersihkan. Dengan dibantu para pelayan Lusi hanya mengumpulkan balon-balonnya saja. Namun tak ia sangka, seseorang justru mengagetkannya dengan suara tersebut, tidak lupaa letusan dari balon pula menjadi pemicu keterkejutan Lusi. “Kak Aarav?” ulangnya lagi. Lusi mendengar bahwa Aarav kecelakaan, tapi kenapa pria itu sekarang ada di hadapannya? “Kak Aarav udah bisa pulang?” tanyanya berbinar. Sedang seseorang yang sedari tadi dipanggil Aarav tertawa renyah
Read more

Bab 72. Kecelakaan Yang Direncanakan

Suara decitan mobil terdengar begitu nyaring. Mobil itu menepi di pinggir jalan, pria yang ada di dalamnya menatap lurus jalanan sana. Jalanan di mana kecelakaan itu terjadi. Dia Aavar, turun dari mobil dengan kaki jenjangnya. Sepatu yang tampak bermerek mewah itu mengenai aspal, ditambah dengan celana dan jas yang menambah perpaduan kemewahan dari keturunan William. Melangkah pada jalan tersebut, Aavar melangkah menuju garis kuning yang sudah dibatasi oleh polisi. Kecelakaan kemarin menjadi topik hangat untuk dibicarakan, apalagi mengetahui kalau cucu dari pemilik perusahaan tertinggi mengalami kecelakaan. Kecelakaan ini tak hanya menjadi sorotan publik, tapi juga akan membuat musuh yang ingin mendapatkan posisi tertinggi tertawa senang. Tidak aneh, karena setiap pembisnis akan merasa senang kala musuhnya mengalami titik terendah. Tapi, dari semua itu tidak akan Aavar biarkan terjadi. Tujuan ia ke sini selain menjenguk Aarav ia juga akan mengambil alih perusahaan Cavern Grup, se
Read more

Bab 73. Bukti

“Mas … mas gak rindu Kinar apa? Kinar rindu Mas ,” rengek Kinara pada Aarav. Perempuan itu menarik punggung tangan Aarav agar ia kecup, kemudian beralih mengelus-elus kannya ke pipi. Rasa hangat, nyaman dan lembut dari tangan Aarav mampu membuatnya merasa sedikit tenang, walau di sisi lain ia tahu bahwa sang suami tak kunjung membuka mata. “Mas gak rindu ciuman kita apa?” ujarnya gemblang. “Mas gak mau bikin anak?” tanyanya lagi semakin gemblang. “Kinar udah umur 32 tahun lho sayang, mau sampai kapan keperawanan Kinar belum mas musnahkan?” Semakin melantur. Kinara benar-benar ingin Aarav membuka matanya, tapi tak urung pria itu hanya diam dan tidur. “Burung Mas juga masa Mas gak kasihan?” Tidak tahu malu. Kinara bahkan sampai menyebutkannya tanpa rasa malu. “Pasti tersiksa karena belum menemui sarangnya.” Bercelote sendiri dijawab sendiri, Kinara lagi-lagi hanya bisa menghela nafas kemudian menghembuskannya. “Aku penasaran malam pertama lho, sayang.” Tiba-tiba pikiran Kinara berpus
Read more

Bab 74. Rekaman CCTV

Rasa lelah seharian mengurus ini-itu membuat wajah Aavar tampak kusut saja. Ia mengusap wajahnya kasar, menguap untuk beberapa kali karena tidurnya terganggu. Ya, nyatanya dua hari ini ia terganggu akan kondisinya. Mudah lelah dan sering menguap, itu dikarenakan ia lebih berfokus pada tragedi terjadi kecelakaan itu. Mencari berbagai bukti yang mungkin menjawab semua pertanyaan. Selain itu, posisi Aarav yang digantikan terlebih dahulu oleh Aavar membuat pria itu dibuat sibuk. Mana menumpuk pula tugasnya. Dan sekarang Aavar tengah beristirahat sejenak. Memikirkan apa yang harus ia lakukan dalam proses selanjutnya? Karena dari yang ia lakukan ia hanya diam tidak melakukan apa-apa. Ah, informasi ini saja Aavar tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada Kinara, takut apabila perempuan itu tiba-tiba syok. Menambah kekhawatirannya saja. Kepada Vanzo? Berpikir sama. Takut apabila Vanzo syok, menambah beban pikiran yang ada. Mana udah lanjut usia dikhawatirkan terjadi suatu hal yang tidak
Read more

Bab 75. Pemilik Cincin

“Bagaimana keadaan Aarav?”“Masih sama Kek, belum ada tanda-tanda Mas Aarav sadar.” Kinara merengut lesu, menatap sendu Aarav yang tak kunjung buka mata. Vanzo yang baru saja masuk untuk melihat kondisi sang cucu ikut lesu. Cucu kesayangannya begitu memprihatin. “Sabar ya, semoga secepatnya Allah berikan kesembuhan untuk Aarav.”“Aamiin, semoga saja.”Sebagai seorang istri yang sangat mencintai suaminya, setiap hari bahkan setiap jam Kinara terus memanjatkan doa atas kesembuhan AaravBerharap suaminya akan sadar kembali dan memanggil namanya. “Untuk sekarang kau pulang lah, tiga hari ini kau kurang istirahat karena menjaganya, sekarang giliran kakek yang menjaga Aarav,” ujar Vanzo merasa kasiha. Kelopak mata Kinara terdapat kantung mata, perempuan itu pasti sangat kurang tidur karena seharian menjaga suaminya. Sebenarnya Vanzo hari lalu bisa saja menggantikan dalam menjaga Aarav, hanya saja saat itu Kinara menolak, ia ingin dirinya saja yang menjaga Aarav hal itu membuat Vanzo men
Read more

Bab 76. Modusin Lusi

Prang!“Aduh!”Suara pecahan sampai ringisan terdengar dari arah pintu membuat Kinara dan Aavar spontan menoleh. “Lusi?” pekik Kinara dengan terkejut kala melihat Lusi terjatuh dengan sebuah makanan yang berhamburan di depanya. Dengan segera Kinara berlari untuk membantu, Aavar pula terkejut membuat pria itu ikut berlari untuk melihat. “Ya ampun Lusi, kenapa bisa jatuh begini?” “Ah, kak, sakit.” Lusi terpekik kala Kinara mencoba untuk membantunya. Bagian sikunya yang terkena lantai habis jatuh di sentuh oleh Kinara. “Owh, maaf.” Dengan pelan Kinara membantu Lusi agar gadis itu terduduk. Terdengar ringisan kecil dari mulutnyaooi“Makannya kalau jalan pake mata,” ucap Aavar membuat Lusi menatapnya tajam. “Jalan pake kaki, Kak. Kalau mata buat liat.”“Ya itu tau, kenapa pula harus terjatuh hm, adik manis?” Aavar menertawakan Lusi yang tampak kuyu, dia mengerucutkan sedikit bibirnya. “Namanya kecelakaan gak bisa diprediksi.”“Itu mah kamunya aja yang ceroboh, kalau lebih berhati-hat
Read more

Bab 77. Kalah Dengan Perasaan

“Dek, kakak pergi ke rumah sakit dulu ya, mau lihat keadaan Mas Aarav,” ucap Kinara dengan menatap Lusi yang tengah belajar. Adiknya itu sedang ujian kelulusan, untuk itulah Lusi memintanya agar menemaninya tadi. Bukan semata-mata karena ingin ditemani mandi, melainkan belajar. “Lusi juga mau ketemu Kak Aarav, Kak. Lusi belum ke sana.” Lusi langsung berbinar. Pasca ulang tahun yang gagal Lusi tidak tahu keadaan kakak iparnya itu, bahkan sampai hari ini. “Tapi Lusi kan lagi ujian?”“Pulangnya kan bisa?” jawab Lusi dengan cepat. “Please, Kak. Lusi juga pengen jengukin kak Aarav.”Kinara menghela nafas. “Baiklah, sekarang Lusi siap-siap dulu, tapi gak boleh lama-lama ntar kesorean.”“Siap Kak!”**Kinara terdiam dari dalam mobil, wanita itu hanya menatap ke arah kaca jendela enggan menoleh pada pria di sampingnya. Sialnya dia Devan! Sekarang ia tengah berada di dalam mobil dengan Devan yang mengendarainya. Kenapa bisa bersama? Karena kebetulan Aavar sedang tidak ada di rumah, entah ke
Read more

Bab 78. Dua Hati

“Mas … ku mohon, bangunlah. Bangun Mas ….” Kinara menangis di dalam punggung tangan suaminya. “Aku mohon sadarlah!” ucapnya setengah berteriak. “Jika kau tidak bangun aku akan pergi bersama Devan. Kau dengar? Aku akan pergi dengannya.” Kinara merengut dalam menatap Aarav, namun masih sama, Aarav suaminya tidak kunjung sadar dari komanya. “Aku bingung Mas … hatiku bingung. Tolong, tolonglah sadar Mas … bagaimana caranya agar hatiku tertaut hanya pada satu orang? Aku bingung dengan perasaan ini Mas ….”Kinara mengusap pipinya yang basah. Teringat kembali akan beberapa jam yang lalu… “Kalau begitu … tolong, kembalilah Kinar. Tolong ….” Kinara mati kutu, mendadak dirinya tidak bisa bergerak ataupun membuka suara. Merasakan pelukan hangat yang Devan beri berhasil membuat otaknya terasa diputar balikan. Hilang kendali untuk menolaknya. “Kamu tau kan kalau aku cinta kamu,Nar? Dan aku juga tau kalau kamu masih cinta aku Kinar. Aku tau itu,” ujar Devan lirih. Pelukan hangat yang tidak per
Read more

Bab 79. Pilihan Hati Kinara

”Mas, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Kinara pada Aavar.Pagi ini Aavar menyempatkan diri untuk melihat keadaan saudaranya. Seperti biasa, Kinara lah yang paling sering menemani dari malam sampai pagi menjelang. Dan pagi ini masih sama, Kinara tengah duduk di kursi dekat Aarav, sedang Aavar berada di sebrangnya. “Tanya apa?” Aavar melihat kedua mata Kinara tampak bengkak, seperti habis menangis. Terlebih perempuan itu pasti kurang tidur karena terus-menerus menemani Aarav siang-malam. Padahal sebelum-sebelumnya Aavar sering meminta Kinara untuk ia saja yang menemani Aarav, tapi perempuan itu selalu menolak. Katanya ia mau Aarav melihat istrinya sebelum melihat orang lain. Yah, mungkin sebegitu cintanya Kinara pada Aarav pun sebaliknya,Aarav pada Kinara, menjadikan keduanya ingin terus bersama. “Mas Aavar pasti pernah jatuh cinta, kan?” tanya Kinara. Aavar mengernyitkan alisnya. Sebelum menjawab pria itu duduk di kursi yang ada di dekatnya—pinggir Aarav. Alhasil sekarang antara
Read more

Bab 80. Bodyguard Untuk Aarav

Aavar tersenyum melihat ketulusan Kinara pada Aarav. Perempuan itu pasti sangat putus asa karena suaminya tak kunjung buka mata, membuat Aavar ikut merasakan sedih saja. Pertanyaan yang sempat Kinara lontarkan kini beralih topik, keduanya terdiam dengan pikiran yang sama-sama mengarah pada Aarav. “Kira-kira, kapan ya Mas Aarav akan sadar?” tanya Kinara. Perempuan itu mengelus punggung tangan suaminya yang di tempeli oleh selang infus. “Sudah hampir mau seminggu, tapi Mas Aarav tak kunjung buka mata,” ucapnya. Tatapannya sayu,bola mata hitamnya memancarkan sebuah kerinduan yang amat dalam, cairan bening menjadi saksi akan harapannya yang kian membungkah, berharap bahwa Aarav segera sadar. Aavar hanya bisa diam. Sembari melihat ke arah Aarav, pria itu berkecamuk dengan isi pikirannya. “Ada suatu hal yang harus aku katakan padamu, Kinar,” ucap Aavar setelah beberapa menit terdiam. Kinara mengernyit, pembicaraan apa? tanyanya dalam hati. “Harusnya aku bicarakan ini dengan kakek juga
Read more
PREV
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status