Aavar tersenyum melihat ketulusan Kinara pada Aarav. Perempuan itu pasti sangat putus asa karena suaminya tak kunjung buka mata, membuat Aavar ikut merasakan sedih saja. Pertanyaan yang sempat Kinara lontarkan kini beralih topik, keduanya terdiam dengan pikiran yang sama-sama mengarah pada Aarav. “Kira-kira, kapan ya Mas Aarav akan sadar?” tanya Kinara. Perempuan itu mengelus punggung tangan suaminya yang di tempeli oleh selang infus. “Sudah hampir mau seminggu, tapi Mas Aarav tak kunjung buka mata,” ucapnya. Tatapannya sayu,bola mata hitamnya memancarkan sebuah kerinduan yang amat dalam, cairan bening menjadi saksi akan harapannya yang kian membungkah, berharap bahwa Aarav segera sadar. Aavar hanya bisa diam. Sembari melihat ke arah Aarav, pria itu berkecamuk dengan isi pikirannya. “Ada suatu hal yang harus aku katakan padamu, Kinar,” ucap Aavar setelah beberapa menit terdiam. Kinara mengernyit, pembicaraan apa? tanyanya dalam hati. “Harusnya aku bicarakan ini dengan kakek juga
Read more