Semua Bab Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Bab 61 - Bab 70

220 Bab

Bab 61. Kemarahan Devan

“Kak, kakak beneran ngasih rumah ini ke Karin?” tanya Karin dengan tatapan tidak percaya. “Iya, daripada terbengkalai, kan? Lebih baik kau tempati dengan suamimu.”Karin terdiam. Ada perasaan tidak enak sebenarnya saat Kinara bertemu dengannya hanya untuk mengatakan hal ini. Ya, satu jam yang lalu Kinara menelfon adiknya—Karin, mengatakan agar perempuan itu segera datang ke rumah yang dulu pernah ditempati. Dan di sinilah sekarang mereka, berdua sembari mengamati isi rumah yang tidak ada perbedaan sedikitpun. Dari warna, bentuk bahkan isi dari dalamnya tidak ada satupun yang berubah. Tentu saja, karena Kinara sudah lama ini tidak berkunjung ke rumah ini. Selain karena sibuk dengan kehidupan rumah tangganya, ia juga tidak ada waktu untuk berkunjung. “Jika Dara ingin ke sini, izinkan saja,” ucap Kinara. Perempuan itu mengambil foto, seulas senyum terbit melihat siapa saja yang ada di dalam foto tersebut. Ayah, Ibu, dan kedua adiknya. Mereka tersenyum dengan lebar. Waktu itu umur me
Baca selengkapnya

Bab 62. Masalalu Devan

Devan melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan. Rasa amarah masih memuncak sampai ke ubun-ubunnya. Keponakan tidak tau diri! Bisa-bisanya dia merendahkan dirinya. Apa dia tidak sadar kalau dia hanyalah cucu dari keluarga William? Seharusnya dia yang lebih sadar akan statusnya itu. Sekiranya itulah yang ada di dalam pikiran Devan. “Sialan! Aku tidak akan pernah terima direndahkan begini!” desisnya semakin menancapkan gas. “Mentang-mentang dia cucu yang paling disayang Ayah, membuat ia besar kepala.” Devan masih sibuk menggerutu. Selain pikirannya yang kalut akan emosi hatinya juga masih menyimpan rasa cemburu luar biasa. Pagi tadi, saat Aarav kembali lagi karena ketinggalan dokumen. Dalam diam Devan mengintip dua pasangan itu. Rasa cinta untuk Kinara yang tersimpan membuat Devan membuntuti keduanya.Tak disangka, sebuah adegan panas ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Mana dengan durasi yang lama pula, membuat hatinya terbakar api cemburu. Devan masih mencintai Kinar, itu mengapa
Baca selengkapnya

Bab 63. Ketakutan

Langit di atas sana sudah menunjukkan gelapnya. Tampak mendung juga, karena dari siang tadi langit memang sudah ingin turun hujan. Kinara mondar-mandir ke kiri dan kanan, menggigit jari telunjuknya dengan resah. Sekarang ia tengah berdiri di depan pintu rumah kediaman William, mau masuk tapi takut jika ia berpapasan dengan Devan. Tapi jika di luar pun hari sudah semakin gelap, apalagi sebentar lagi akan adzan magrib, membuat Kinara mau tak mau menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa resah nan gemasnya. “Kakek ada gak ya?” tanya Kinara pada dirinya sendiri. Pagi tadi ia memang tidak ikut ke kantor milik Aarav, melainkan pergi ke rumah dahulunya. Perbincangan bersama Karin siang tadi, Kinara akhiri karena sudah menjelang sore. Dan inilah sekarang. Sekarang ia sudah kembali lagi ke rumah Vanzo, dengan perasaan resah tentunya. “Bismillah, semoga Devan tidak ada di rumah,” ujarnya memberanikan diri. Dengan sekali gerakan Kinara melangkah masuk, tak lupa mengucap salam terlebih
Baca selengkapnya

Bab 64. Gaya Apa?

“Tenanglah, Mas di sini,” ucap Aarav membawa Kinara ke dalam dekapan. Pria itu tampak khawatir saja, sedari tadi Kinara terus berteriak ketakutan. Kinara masih terdiam, terisak di balik dada Aarav yang mampu menenangkanya. Kenapa, kenapa mimpi itu terasa nyata? Pikirnya berkecamuk. Ada rasa takut jika mimpi itu sampai nyata, tapi … itu hanya mimpi, kan? Bukan nyata kan? Lagi-lagi begitulah isi pikiran Kinara. “Tadi kamu mimpi apa, hm?” tanya Aarav. Sembari mengusap Aarav juga mencium ubun-ubun Kinara. “Mas …” “Iya, sayang?”Lembut. Jawaban Aarav begitu lembut, membuat Kinara merasakan ketenangan. Kinara tersenyum tipis, semakin mengeratkan pelukannya. Menyimpan kepalanya untuk tetap menempel di dada suaminya.“Mas punya mantan gak?” tanyanya. Dahi Aarav refleks bertaut. “Kenapa nanyain mantan?” “Ya kan Kinar kepo. Pengen tau.” Masih dalam posisi memeluk, Kinara enggan melepaskan.“Eum … mantan ya?” Kinara mengangguk. “Punya,” jawabnya sukses membuat Kinara menarik dari pelukan
Baca selengkapnya

Bab 65. Ulang Tahun Aarav

Satu hari telah berlalu. Jangan tanyakan perihal malam pertama yang hendak dilakukan, semuanya gagal total! Ya, malam pertama diantara Aarav maupun Kinara nyatanya belum mereka lakukan, hingga detik ini. Aarav mulai uring-uringan, pria itu sudah mau melakukan hubungan itu, namun tiba-tiba Kinara malah mendadak sakit perut, alhasil tidak jadi. Dan sekarang pun perempuan itu mendadak aneh, biasanya setiap pagi Kinara akan menyapanya, memberi ucapan selamat pagi atau mungkin memberinya ciuman walau sebatas pipi. Namun semuanya tiba-tiba berubah. Tidak ada lagi hal-hal romantis untuk pagi ini membuat Aarav merasa lesu saja. Kriekk… Suara knop pintu yang diputar membuat Aarav mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh pada Kinara yang baru keluar dari kamar mandi. “Ssyang?” Aarav langsung menyapa. Namun hanya dibalas gumaman oleh Kinara. “Mas izin gak masuk kerja hari ini,” ucapnya sembari mendekat ke arah Kinara. Perempuan itu menggulung rambutnya yang basah dengan handuk. Pakaian yang ia
Baca selengkapnya

Bab 66. Kebahagiaan Tertunda

Semua persiapan sudah dipersiapkan dengan baik. Sangat malah. Sebuah dekorasi dengan di penuhi berbagai hiasan bunga menutupi sebagian tempat yang ada. Ditambah hiasan yang tampak mewah nan elegan, menjadi perpadun begitu mewahnya acara ini diadakan. Kinara menatap binar rumah ini, tak sabar rasanya akan kepulangan Aarav yang akan disambut dengan begitu meriah. “Cepatlah pulang, sayang … aku menunggumu,” gumam Kinara mulai senyum-senyum sendiri. **Hari sudah menjelang sore, tapi Aarav belum juga kembali ke kediaman William. Kinara yang sedari tadi mondar-mandir dibuat resah akan hal itu. Bertanya ke mana suaminya pergi? Kenapa sampai sekarang belum pulang juga? Mengingat bahwa Aarav izin kerja membuat Kinara percaya saja, namun saat hari menjelang siang Aarav tak kunjung pulang membuat Kinara berpikir bahwa suaminya pasti tidak jadi izin, lelaki itu pasti bekerja. Namun anehnya, biasanya sore begini Aarav sudah pulang, tidak mungkin melebihi batas dari jam kerja biasanya. “Bag
Baca selengkapnya

Bab 67. Sebuah Kejutan Tak Terduga

“Ck! Sebenarnya ada apa dengan Kinara? Kenapa perempuan itu mendadak aneh?” ujar Aarav bertanya pada dirinya sendiri. Pria itu melirik terlebih dahulu ke arah pintu yang sebelumnya ia tutup dengan keras. Menghela nafas kemudian menghembuskannya. Aarav berjalan menuruni anak tangga dengan lesu. Pagi ini adalah pagi tanpa semangat, Kinaranya berubah acuh. Tanpa sapaan, tanpa senyuman dan tanpa ciuman. Kinara … melupakan hal itu. Aarav menuruni anak tangga, namun tepat di tangga terakhir ia melihat Pamannya berdiri—di hadapannya. “Ada hal yang harus kau ketahui,” ucap Devan to the point. Lelaki itu menatap datar keponakan. Tak kalah datar dengan Aarav, pria itu hanya mengalihkan perhatiannya, malas menatap Devan. “Aku ingin berbicara denganmu, Rav.”Aarav menaikan alisnya sebelah. “Maaf, tidak ada waktu!” jawab Aarav, dia melangkah melewati Devan. “Ini tentang Kinara.” Satu nama yang disebut berhasil membuat Aarav berhenti dari langkahnya. Aarav berbalik. “Apa? Apa yang ingin kau b
Baca selengkapnya

Bab 68. Antara Hidup dan Mati

“Titik balik daripada sebuah takdir adalah menerimanya. Mau tak mau, siap tak siap, jika takdir itu menghampiri, maka kita tidak bisa menolaknya.Rasa sedih yang atas nama penderitaan mungkin selalu ada. Setiap hari. Tapi, tidak memungkinkan pula bahagia itu tak datang. Ia akan selalu ada, datang pada orang-orang yang sebelumnya merasakan kesedihan. Porsi setiap manusia itu sama. Antara bahagia dan sedih, tertawa dan menangis, yang datang dan pergi, semuanya sama.”“Lalu, bagaimana jika kita tidak menerima takdir itu, Ayah? Apa kita … menjadi manusia yang tak tau diri?” tanya gadis kecil. Pria itu menjawab. “Maka hanya ada rasa sakit yang akan selalu kita rasakan. Karena pada dasarnya … segala sesuatu yang ada di dalam diri kita, akan menjadi timbali balik dari kehidupan itu sendiri. Kau menerima takdirnya maka hatimu akan merasa baik. Pun sebaliknya, kau tidak menerima takdirnya maka kau sendiri yang akan merasakan sakitnya.”“Kinar … adanya sedih dan bahagia itu tidak harus menjadi
Baca selengkapnya

Bab 69. Koma

Satu hal yang terus Kinara pikirkan, menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa suaminya. Kecelakaan itu tidak bohong, tidak diada-adakan. Kecelakaan itu benar adanya. Bahwa sang suami kini terkapar lemah di atas brankar rumah sakit. Kinara menangis sejadi-jadinya saat ia masuk ke rumah sakit dan langsung menyerobot masuk ke dalam. Tubuhnya bergetar hebat, membekap mulutnya sendiri tatkala melihat sang suami begitu lemah tak berdaya. Kepalanya di perban sampai ke dagu, hidung serta mulutnya tertutup selang oksigen, wajahnya tampak sangat pucat, memejam tanpa mau membukanya. Kinara melangkah pelan, semakin bergetar bahunya melihat Aarav menderita seperti ini.Tangis itu, tangis yang sedari tadi Kinara tahan lepas juga. Ia menangis tepat berada di samping Aarav. “Mas ….” Menunduk lemah, kepalanya menunduk dengan deraian air mata yang semakin berjatuhan. “Maafin Kinar….” Hancur pula hatinya saat Kinara menggenggam tangan Aarav yang amat dingin. Sangat. Seakan di depa
Baca selengkapnya

Bab 70. Kedatangan Aavar dan Papa Mertua

“Mas bakal sembuh, Mas bakal sadar kembali …,” ucap Kinara sembari tangan yang menggenggam telapak tangan Aarav. “Kinar di sini, akan selalu di sini,” lanjutnya lagi dengan suara parau. Suara Kinara tercekat, tiap kali melihat wajah pucat Aarav selalu saja berhasil membuatnya menangis. Ketakutan di dalam hati itu semakin hadir, membuat Kinara benar-benar takut apabila dirinya ditinggal pergi. “Kinar harap Mas cepat bangun … Kinar rindu suara Mas Aarav,” ujarnya sembari menghapus air mata. Kinara berusaha kuat, ia akan berusaha sabar dan ia akan berusaha yakin bahwa Aaravnya tidak akan meninggalkan dirinya. “Aarav?!”Kinara yang tengah melamun dikejutkan oleh seruan seseorang, refleks ia menoleh ke asal suara. “Bagaimana kabar Aarav?”Kinara terkejut saat mendapati Aavar dan Papa mertua ada di sini, dengan segera Kinara beranjak dari duduknya. “Kenapa bisa sampai seperti ini?” tanya Darren, tatapan matanya mengarah pada Kinara. “Pasti kau kan penyebabnya! Dasar tidak becus!”Kin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status