"Bapakmu pasti datang. Kita tunggu saja," ucap Bi Nining, menenangkanku. Air mataku yang terjatuh juga sudah dihapus menggunakan tissu olehnya. "Nggak anak, nggak Bapak, menyusahkan saja kerjanya!" gerutu Nenek, mengutak-atik ponsel di tangannya. Lima belas menit lagi, acara akan di mulai. Keluarga Mas Farzan juga sudah masuk dan duduk di ruangan yang sudah di dekorasi. Bahkan Pak penghulu juga sudah berada di sana bersama mereka. Tapi, sampai saat ini, Bapak belum menampakkan batang hidungnya. Apa susahnya, sih, datang ke acara pernikahan anaknya? Hanya sebagai wali, tidak lebih. Aku bahkan tidak meminta apapun dari Bapak, kecuali kehadirannya. Tapi kenapa Bapak seperti ini? Tidak bisakah ia meluangkan waktunya barang sehari untukku?Seandainya bisa aku meminta, maka aku akan minta dilahirkan lagi, dari Bapak yang berbeda. Banyak yang bilang, cinta pertama anak perempuan adalah Ayahnya. Tapi, itu tidak berlaku padaku. Ia ma
Read more