"Mas, hujan. Berhenti dulu, kek. Udah basah ini baju Sarah," teriakku di tengah derasnya hujan.
Mas Farzan sungguh tidak peka. Sudah tau hujan deras, dia malah terus saja tancap gas. Bukannya berhenti sebentar dan berteduh. Pakaianku sudah lumayan basah.
Aku juga sudah mulai menggigil kedinginan. Tak lama dia memberhentikan sepeda motornya di teras ruko kosong.
"Dari tadi kek, Mas. Orang udah kedinginan begini, baru berhenti," omelku seyara mencari sudut yang pas, agar tidak terkena hembusan angin dan air hujan yang tempias.
Mas Farzan tetap diam. Dia hanya melihatku sekilas lalu fokus pada sepeda motornya. Sabarkan diriku ini ya, Allah. Seumur hidup adalah waktu yang sangat lama untuk memahami semua sifatnya dan tetap bertahan pada lelaki seperti dia.
"Pakai itu!" Mas Farzan melemparkan jaketnya dan tepat mengenai wajahku.
"Dari tadi, kek!" gerut