Roni geleng-geleng kepala, berpikir bahwa Siska pasti sangat terguncang dengan kepergian Pasha untuk selamanya.Di saat yang sama, Siska harap yang dilihatnya bukanlah khayalan. Dia merasa Pasha sedang berdiri tegak tak jauh dari mereka berdua, tepatnya di belakang Roni.“Pasha, jangan pergi ...” Siska berlari ke arah Pasha, tanpa peduli apakah itu hanya halusinasi atau bukan. Dia peluk suaminya yang terasa padat, nyata dan menjelma dalam dekapannya.Siska mendongak, menatap Pasha yang tersenyum kepadanya, lalu dia pingsan ....Ketika sadar kembali, Siska langsung membuka matanya dan disambut oleh senyuman Pasha yang sangat familiar.“Pasha ...?”“Ya, apa yang kamu rasakan?”“Itukah kamu ...?”“Iya, ini aku.”Siska mengerjabkan matanya berulang kali, khawatir jika ini semua hanyalah mimpi.“Apakah ... apa kita ... kamu sudah ada di surga?” tanya Siska terbata. “Kalau kamu sudah di surga, itu artinya ... aku juga sudah tiada? Bagaimana dengan anak-anak kita?”Pasha kembali tersenyum.“T
Baca selengkapnya