All Chapters of Terjerat Pernikahan Dengan CEO: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

61. Hari Paling Istimewa

Elvano tersenyum sambil menoleh ke arah Shanka yang duduk di sampingnya. Terselip kata terima kasih yang diucapkannya dalam hati kepada bocah itu setelah sikapnya yang bersimpuh di depan Aneska tak kunjung disetujui.“Boleh, ya, Bunda? Tempatnya, kan, jauh di pusat kota. Sudah keburu malam juga kalau kita enggak cepat-cepat pergi sekarang. Nanti uang naik ojeknya buat beli tambahan ayam goreng saja. Terus dibagiin ke Reza, katanya dia juga belum pernah merasakan ayam goreng itu.”Karena ucapan sang anak itulah akhirnya Aneska mengangguk lemah dan mengiakan permintaan Elvano. Namun, wanita itu enggan untuk duduk di depan, sehingga posisinya digantikan oleh Shanka. Tak mengapa, yang terpenting Elvano sudah selangkah memenangkan hati anaknya.Sepanjang perjalanan, Aneska bungkam dan menatap keluar jendela. Hal itu bisa dilihat Elvano dari center mirror yang terpasang di tengah mobil. Pria itu menghela napas panjang sebelum menggeleng lemah. Setelahnya, dia melirik Shanka yang mengulas
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

62. Mulai Dekat

Senyum yang terpatri di bibir Elvano lenyap seketika mendengar ucapan yang dilontarkan Aneska. Dia berbalik dan menatap lekat wanita itu sambil melangkah mendekat. Namun, Aneska segera berbalik dan memasuki gerbang indekosnya.“Nes, tunggu!” Elvano mencekal pergelangan Aneska sebelum berdiri di hadapannya. “Kenapa kamu anggap semua pemberianku adalah utang? Aku ikhlas memberikan apa yang diminta Shanka hari ini. Apakah salah kalau aku memberikan sedikit kebahagiaan buat Shanka? Dia itu an—““Stop! Sebaiknya Bapak pulang sekarang!”Aneska menepis kasar tangan Elvano sebelum melewatinya menuju kamar. Sementara, pria itu meraup wajah kasar sebelum menengadah dan menghela napas panjang. Dia segera berbalik dan hendak menyusul Aneska, tetapi suara Shanka keburu menyapa.“Om mau ke mana? Tamu cowok enggak boleh masuk ke dalam, bolehnya tunggu di ruang tamu.”Elvano berjongkok di depan Shanka dan mengusap kepalanya dengan lembut. “Om mau pamit karena harus pulang sekarang. Shanka cepeta
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

63. Pengakuan Elvano

Dalam kepanikan, Elvano membawa Shanka ke rumah sakit terdekat. Dia sesekali melirik ke belakang di mana tubuh sang anak lemas tak bergerak.“Ayah mohon bertahanlah, Shanka.”Elvano mencengkeram erat kemudi sambil terus berdoa dalam hati hingga sampai di rumah sakit. Secepatnya dia menggendong Shanka dan membawanya ke UGD.“Tolong selamatkan anak saya.”Pria dengan manik mata biru itu berdiri dengan gelisah di depan pintu UGD sebelum mengempaskan tubuh di kursi. Lalu, merogoh ponsel yang ada di saku celana sebelum menghubungi Aneska. pada dering pertama, panggilannya tak diangkat.“Kamu ke mana, sih, Nes.” Elvano menggerutu sambil terus mencoba hingga akhirnya panggilannya diangkat. “Nes, Shanka ....”Elvano menceritakan apa yang terjadi kepada Shanka dalam satu tarikan napas sebelum terkesiap ketika Aneska langsung mematikan panggilan. Dia mendesah lirih sebelum memejamkan mata sejenak untuk mengusir ketegangan yang ada. Sekelebat bayangan buruk membayang di pelupuk mata.“Eng
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

64. Demi Shanka

“Bunda,” panggil Shanka lirih setelah melihat Aneska mendekat.“Bunda di sini, Nak. Apa yang kamu rasakan, Nak? Apakah ada yang sakit?” tanya wanita itu yang dijawab dengan gelengan.“Mana Om Elvan?”Aneska mengernyit heran mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir mungil Shanka. Namun, belum sempat membuka mulut, suara lirih Shanka kembali terdengar.“Mana Om Elvan, Bunda? Shanka mau ngomong sama Om Elvan.”Aneska menghela napas panjang sebelum berbalik dan berlalu keluar UGD untuk memanggil Elvano. Pria yang masih setia duduk di kursi sambil menengadah itu spontan menunduk begitu mendengar langkah mendekat.“Shanka mau ketemu Bapak.”Elvano mengulas senyum tipis sebelum bangkit dan masuk ke ruang UGD. Dia mendekat dan langsung memeluk anaknya.“Maafkan Om, ya? Om enggak tahu kalau Shanka ternyata alergi seafood. Kenapa Shanka enggak bilang sama Om?”Shanka mengulas senyum tipis sebelum menepuk pelan punggung Elvano. “Shanka juga lupa, Om. Shanka terlalu senang karena b
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

65. Menyusun Rencana

Aneska mendengkus kesal kala melihat Elvano sudah duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tamu indekos itu. Usai mengatur gelebah dalam dada, wanita itu duduk di kursi yanng berseberangan dengan Elvano.“Mau apa Bapak ke sini? Jika mau bertemu dengan Shanka, dia sedang tidur.”“Aku ke sini cuma mau anterin ini, Nes.” Elvano meletakkan sebuah bungkusan plastik ke meja sebelum mendorongnya mendekati Aneska. “Aku tahu kamu belum makan, makanya aku sengaja beli itu buat kamu.”Aneska hanya melirik bungkusan itu dan bangkit dari duduk. “Bawa kembali makanan itu, Pak. Saya masih bisa cari makan sendiri.”Elvano menghela napas panjang sebelum bangkit dari duduk. “Pantang bagiku membawa apa yang sudah aku beri untuk orang lain. Kalau begitu, aku pamit.”Elvano mengayun langkah menuju mobil sebelum melajukannya meninggalkan indekos. Sementara itu, Aneska masih bergeming beberapa jenak sebelum meraih bungkusan plastik tadi dan membawanya ke kamar. Lalu, membuka dan terkesiap melihat tu
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

66. Kecewa Berat

“Beneran, Om?”Elvano mengangguk sambil terus mengulas senyum. “Tentu saja beneran. Memangnya Shanka mau apa dari Om?”“Shanka enggak mau apa-apa, Om. Ehm, kalau misal Shanka panggil ayah boleh enggak? Kalau Shanka panggil ayah ada yang marah enggak? Kata Bunda, Shanka harus tanya dulu, takutnya anak Om marah nanti kalau Shanka juga manggil Om ayah.”Elvano terkesiap dan menatap Shanka tak percaya. “Maksudnya, Shanka mau panggil Om dengan sebutan ayah?”Shanka mengangguk dengan binar mata bahagia. Sontak Elvano tersenyum lebar sambil mengusap rambut anaknya. “Tentu saja enggak ada yang bakalan marah. Shanka sangat boleh panggil Om dengan sebutan ayah.”Shanka spontan memeluk Elvano dan mengecup pipi kirinya. Keduanya larut dalam kebahagiaan seiring tawa yang terdengar dari dalam kabin mobil hingga sampai di depan gerbang sekolah Shanka.“Jadi deal, ya? Shanka boleh panggil ayah sebagai imbalan karena mau bantuin Om buat dapetin maafnya Bunda.”“Deal.” Shanka mengangguk mantap s
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

67. Menahan Sakit

Aneska bergegas mendekati Shanka yang meraung usai membanting mobil mainannya. Dia dekap erat tubuh bocah itu dan mengusap punggungnya. Masih terasa hebat getaran diiringi isak tangis tertahan dari bibir mungil sang anak saat Aneska mengajaknya duduk di gazebo. Tak ada yang dia lakukan kecuali menunggu hingga tangisan anaknya mereda.Selang sepuluh menit, Shanka sudah berhenti menangis. Namun, sesekali masih terdengar isaknya. Aneska segera melerai pelukan dan menghapus air mata yang membasahi pipi bocah itu.“Shanka kenapa? Shanka marah gara-gara Ayah enggak ke sini sesuai janjinya, ya?”Shanka mengangguk lemah sebelum kembali memeluk erat ibunya. Lagi, tangisnya terdengar, meskipun sangat lirih. Aneska hanya tersenyum tipis sambil mengusap punggung anaknya hingga malam sempurna datang. Saat lampu yang menerangi gazebo menyala, tampak wajah sembab Shanka damai dalam pelukan Aneska. Rupanya lelah setelah menangis membuat bocah itu lelap tertidur.Setelah meminta izin, Aneska memil
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

68. Permintaan Shanka

Aneska bergeming di dalam ruang rawat inap di mana Elvano sedang terbaring lemah setelah asam lambungnya kumat. Wanita itu duduk di samping brankar dan menatap lekat Elvano yang masih terpejam. Sebuah jarum infus menembus tangan kirinya.“Bunda, Ayah sakit apa? Kenapa harus dibawa ke sini dan disuntik? Apa Ayah sakit gara-gara Shanka marah?”“Enggak, Nak. Semua ini bukan salah kamu. Ayah memang sejak dulu sudah sakit seperti ini.”Shanka mendekati Aneska dan merangkulnya erat. Dia menenggelamkan kepala di bahu wanita itu dan mulai terisak. Melihat hal itu, Aneska langsung menarik sang anak dan mendudukkannya di pangkuan. Dia hapus air mata yang mengalir membasahi pipi bocah itu sebelum mengecup pipinya.“Shanka kenapa? Kok, sedih?”“Apa Ayah akan sembuh, Bunda? Apa Ayah akan bangun lagi? Shanka enggak mau kehilangan Ayah Elvan sama seperti ayah Shanka.”Aneska mencelus mendengar ucapan anaknya. Dia langsung merengkuh bocah itu ke dalam dekapan. Dia paham bagaimana perasaan sang
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

69. Kembalinya Tawa Aneska

Aneska bergeming saat ucapan Shanka kembali berputar di kepala. Namun, dia segera menggeleng lemah sebelum melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Jujur, hatinya masih meragu oleh perubahan sikap Elvano. Meskipun pria itu sudah jujur tentang hubungannya dengan Mazaya yang kembali kandas, pun tentang perasaannya, tetapi Aneska masih belum bisa menerimanya kembali dengan berbagai pertimbangan.“Nes, ngapain ngelamun? Pasti mikirin suami bule kamu itu, ya?” tanya Maisa begitu melihat Aneska bergeming sebelum menggeleng lemah dan kembali melamun.“Ih, Mbak sok tahu banget. Aku cuma lagi ngitung kira-kira utang papaku kurang berapa lagi.”Maisa terkekeh sebelum mengambil alih pekerjaan Aneska. “Jemput Shanka saja sana. Kasihan kalau sampai telat nanti.”Aneska mengulas senyum tipis sebelum beranjak meninggalkan meja kasir. Lalu, melajukan motor menuju sekolahan sang anak. Setibanya di sana, wanita itu segera ke kelas dan menemukan Shanka duduk sendirian karena semua temannya sud
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

70. Janji untuk Membahagiakan

“Kamu masih ingat ini, kan, Nes?”Aneska menatap lekat benda yang ada di tangan Elvano sebelum membuang pandangan. Ingatannya dipaksa kembali ke masa saat menikah dengan Elvano. Ya, cincin yang pernah dipakaikan dengan kasar itu kembali tampak di depan mata. Dia menggeleng lemah dan bangkit dari bangku. Namun, saat hendak berlalu, Elvano mencekal pergelangan tangannya.“Kembalilah padaku, Nes. Aku mau kita mulai lagi dari awal. Hanya ada kamu dan aku.”Aneska menatap lekat wajah Elvano sebelum beralih kepada cincin yang dibawanya. Hatinya meragu, antara menerima atau menolak tawaran pria itu.“Maaf, saya perlu waktu lagi untuk memikirkan semuanya, Pak. Saya tidak mau kembali terluka karena berjuang sendirian.”Elvano menghela napas panjang sebelum mengendurkan cekalannya. Dia menunduk karena merasa kecewa dengan penolakan Aneska. Semua yang dikatakan wanita itu memang benar adanya. Semua ini adalah salahnya, maka butuh perjuangan ekstra untuk meyakinkan Aneska kembali.“Sebegitu
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status