"Jika seperti itu jadinya, aku yang menemui om Nico duluan. Enak saja memainkan perasaan Mamah!" Celetukan dari Mateo di belakang Aca, membuatnya terperanjat."Maaf, aku hanya takut itu terjadi.""Seharusnya jangan kamu ucapkan itu, karena perkataan adalah doa!" ketus Mateo, ia duduk di sofa kosong.Helena hanya diam tak berkomentar, ia tahu jika Aca sedang gugup di temui Mateo, karena jemari lentik yang bergetar mengenai pipinya. "Santai aja, Ca. Mateo gak gigit kok!"Aca mengangguk perlahan. Peluh keringat membutir di keningnya. Helena merasa lucu sekali dengan tingkah gadis di depannya itu. "Selesai, Tan. Silakan berkaca!" Helena perlahan bangkit, ia menjiwir gaun yang mengembang seraya berjalan ke dalam kamar. Aca menghela napas pajang, ia duduk di kursi bekas Helena karena lelah terus berdiri. "Gunakan baju ini."Aca mengernyitkan kening, saat Mateo memberikan bingkisan kepadanya sambil pergi begitu saja tanpa menjelaskan. "Kau pikir pakaianku tidak menarik, Mateo?" "Gunakan sa
Read more