Semua Bab Masak Daging Misterius: Bab 71 - Bab 80

100 Bab

Hak Kuasa

"Hh, sial," keluh Haryadi seraya melepaskan pegangannya dan kehilangan kenikmatan memegangi kulit mulus menantunya. Satya setengah berlari menuruni anak tangga. Pria ini tak sudi jika istrinya dijadikan objek mata jelalatan ayah angkatnya. "Apa-apaan barusan?" Satya memelototi pria yang sungguh menyebalkan itu. "Ahh, lupakan saja. Bukan apa-apa. Wajah istri mu cantik dan enak dilihat. Wajar lah kalau saya menyapanya seperti ini. Bukannya dia juga menantu saya?" Haryadi sengaja memancing keributan dengan Satya. Wajah culas Haryadi membuat anak tirinya itu melayangkan sebuah bogem tepat pada pipi pria itu. Bugh!"Akh, kau memang pemarah, Satya. Hei, Widia ... apa kamu tidak riskan menikah dengan pria sensitif seperti dia?" tanya Haryadi semakin menjadi, ia pun menyeka bercak merah di sudut bibir nya. "Apa tujuan kamu ke sini, tua bangka?" tantang Satya yang merasa tersinggung dengan pertanyaan Haryadi. "Tenang, kamu tak perlu sekasar ini kepada tuan rumah. Nanti saya terpaksa mang
Baca selengkapnya

Menyesal

"Kamu tidak perlu tau apa isi map itu. Kamu simpan saja. Nanti kalau sudah waktunya saya butuhkan, saya cari kamu." Pesan Mama Ami kala itu. "Baik, Nyonya." Merasa dipercaya, merasa dibutuhkan, merasa menjadi tempat yang paling aman adalah yang dirasakan Halimah saat itu dan sampai sekarang pun ia merasa bahwa dirinya harus menjaga map titipan Mama Ami meskipun orang nya sudah tiada. Dengan hati-hati, Halimah meletakkan map tersebut di dasar koper. Setelah itu ia menumpuknya dengan pakaian dan barang lainnya. "Hei, kenapa kamu lama sekali?" tanya satpam yang kini diberi tugas memastikan kepulangan para ART. "Ck, sabar lah. Saya juga hampir selesai ini. Huh, mentang-mentang cuma dia yang tidak kena pecat!" gerutu Halimah sambil beringsut dari samping lemari miliknya. "Heh, satpam! Kenapa kamu gak ikut resign?" "Kenapa musti resign kalo aku masih dibutuhkan di sini?" "Tapi kamu sudah menghianati Den Satyadan bersikap kurang ajar padanya." "Itu kan perintah majikan saya yang bar
Baca selengkapnya

Halo, Sayang!

"Halo, sayang!" Suara itu tidak asing ditelinga Widia, suara yang langsung membawa kengerian ke sekujur tubuhnya. Dan detik itu pun Widia dibekam seseorang yang sudah ia bisa ia tebak. "Mmm!" Widia tak bisa berucap satu oatah kata pun. Tangan dan kaki wanita itu mulai memberontak, melakukan penolakan. "Diam dan dengarkan aku!" bisik Danu pada telinga Widia. Pria itu menambah kekuatannya lebih supaya dirinya mampu mengatasi mantan istrinya. "Aku mencintai mu," lanjut kata pria itu yang membuat Widia semakin memberontak. Widia semakin tak mengerti. Entah apa yang diinginkan pria itu hingga berani-beraninya dia masuk dan mengacau di sana. Bahkan, Danu sampai mengeluarkan ikatan hitam untuk mengikat mantan istrinya supaya dia duduk diam di sebuah kursi kayu. "Harusnya aku menculik mu? Aku hanya perlu membopong mu keluar dari sini." Widia menggeleng ketakutan, kedua tatapan netranya seolah meminta Danu melepaskan dan tidak melakukan tindakan bodoh itu. "Kalau kau tak mau ikut dengan k
Baca selengkapnya

Aku Ini Syurga Mu !

Berbagi kehangatan di ruang basah dengan ikatan suci. Mereka menyingkap setiap helai kain yang semula menutupi tubuhnya. Bercampur saling memadu kasih, Widia melakukannya dengan penuh hati. Berharap menjadi pelipur lara untuk sang imam rumah tangga. Berharap kedukaan yang dirasakan suami berkurang meski tak sepenuhnya. Tak usai sampai di sana, setelah keduanya sudah dalam keadaan kering dengan handuk melilit di tubuh mereka masing-masing. Layaknya sepasang pengantin baru, Satya kembali memintanya di kursi sofa ruangan konter. Tak ada penolakan dari Widia, wanita itu masih berusaha menjadi penghibur dan penyembuh duka lara yang dirasakan suaminya. Namun, saat berada di tengah-tengah kenikmatan...."Maaf kan aku, Ma." Sebuah kalimat pendek terucap dari mulut manis Satya bagai belati menusuk lubuk hati. Bagaimana tidak, wanita itu mendengar sendiri ucapan Satya yang menyesal menikahinya kemarin malam. Ditambah lagi kali ini pria itu kembali mengucap kalimat menyakitkan dengan meminta m
Baca selengkapnya

Dasar Penguntit

75Syurga? Jika benar begitu, Widia tidak akan selalu merasa terintimidasi dengan semua ketakutan Satya tentang istrinya yang katanya belum bisa move on dari masa lalu. "Coba fokus pada masalah kita saja, Wid. Tentang ibumu nanti kita berkunjung ke rumahnya. Esok atau lusa." Setelah mendongak menatap langit-langit, Widia menyeka air matanya. Bisa-bisanya pria itu kini menjadi begitu posesif. "Ayo habiskan makannya. Setelah itu aku mau siap-siap buka konter lagi." Batin Widia lelah dengan sikap Satya yang jauh berbeda dengan sebelum pernikahan itu terjadi. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang? Selain menjalani dengan berusaha mengabdi. "Iya, Mas." Widia menggeser pintu konter, udara pagi hari dan kehangatan sinar matahari pagi cukup menghibur Widia. Seberkas harapan muncul ketika pintu tersebut dibuka. Beberapa pelanggan mendekat ke arah Widia. "Mbak, maaf mau tanya. Apa konter ini akan dibuka kembali?" Seorang wanita berpenampilan kantoran datang menyapa. "Benar, Mbak." Wi
Baca selengkapnya

Tagihan

"Masuk, Ay, kita bicara di dalam," ajak Widia. Sambil melangkah, pikirannya tak menentu. Jika Ayu mendesaknya untuk segera membayar. Uang darimana dia? Cobaan hidup yang datang tanpa permisi ini tentu saja membuat batin wanita itu terguncang. Satya yang sudah beranjak ke ruangan belakang konter meninggalkan paper bag berisi uang tunai begitu saja di atas nakas. Mungkin Ayu melihat isi paper bag tersebut karena dia melewati barang tersebut. "Mm ... jadi begini Wid, waktu kamu menghubungi aku minta kerjaan. Besoknya permintaan produksi membludak. Aku sempat hubungi kamu beberapa kali. Tapi, telpon kamu gak aktif. Aku juga gak bisa nyari kamu karena aku sendiri lagi sibuk-sibuknya. Besoknya, si bos minta diantar ke rumahmu. Aku antar lah dia. Tapi, aku sama si bos sampe syok. Rumah kamu hangus dilalap api. Kami pulang kan, ya. Aku minta pengertian si bos supaya bisa maklumin kamu. Tapi, dia gak mau tau karna alat-alat yang ada di rumah kamu itu kan harganya lumayan. Dia tetep nyuruh
Baca selengkapnya

Penguntitmu

Satya melepaskan kepuasan atas tubuh Widia. Ia tak peduli dengan teriakan Widia yang tersiksa karenanya. Suara wanita di bawah penguasaan Satya lemah, hanya terdengar isak tangis kepiluan meliputi diri yang kedinginan. ***"Pusing sekali kepalaku," ucap Satya sembari menatap tubuh sendiri terbuka tanpa sehelai benang pun menutupi. "Apa-apaan ini?" Satya kebingungan sendiri. Dia memindai sekeliling ruangan basement. "Shit, aku mabuk." Dari penampakan botol-botol yang berserakan di bawah sofa, ia menyadari semuanya. Meski dengan potongan-potongan bayangan yang terekam dalam pikirannya. "Akh, sakit sekali." Satya berusaha mengingat kembali apa saja yang membuat dia bertelanjang seperti ini sekarang. Sekelebat wajah Widia tampak saat ia mengerjapkan mata. Suara teriakan Widia dan isak tangisnya pun kini terekam jelas diingatan."Widia? Apa aku telah menyiksanya lagi? Dengan kasar?" Satya beringsut dari sofa tersebut, memunguti pakaian di lantai. Kemudian bergegas mencari Widia di kont
Baca selengkapnya

Masih Mencintaimu

Danu bersandar dan duduk di kursi pengemudi dengan pikiran jauh menerawang masa lalu. Tentang perbuatan kasar, tentang awal mula penyiksaan batin Widia hanya karena sebuah kesalahfahaman. Ia menyesal karena pernah memperlakukan Widia dengan begitu kasar sehingga mungkin membuat Widia tak nyaman dan pergi darinya. Awal mula mendapatkan kabar bahwa wanita itu telah dekat dengan Satya yang akhirnya menikah. Danu sempat kecewa dan mempertanyakan nasib Widia selanjutnya. Ternyata, dugaannya tak menyalahi kenyataan yang terjadi. Widia tidak sedikitpun merasakan kebahagiaan bersama Satya saat ini. Danu merasa bahwa dirinya wajib melindungi wanita pertama yang ia cintai. Dia tidak ingin membiarkan Widia menjalaninya sendirian. Oleh sebab itu lah Danu mulai menjadi penguntit Widia meskipun dengan beberapa ancaman yang ia lontarkan atau sebuah kalimat-kalimat menakut-nakuti Widia. Bahkan Danu sampai harus menyewa sebuah taxi untuk mengantar Widia kemana pun ia mau. Danu membayar pemilik ken
Baca selengkapnya

Menggadaikan Harga Diri

79 "Aku?" Danu tercekat dengan tuduhan Widia yang menyebut dirinya terobsesi. Sama seperti yang baru saja dirinya tuduhkan terhadap Satya. Suami Widia saat ini. "Ya ... kamu juga seperti itu. Makanya, kamu gak pernah memanusiakan aku, berbuat kasar semau mu. Apa kamu pikir aku ini tidak punya perasaan?""Aku hanya tempramen, tapi aku ... sayang kamu, Widia." Wanita itu terdiam, pandangannya tak lagi lekat ke arah pria itu. Widia menatap senja yang kian pamit dari pelupuk mata. "Ini sudah malam, tidak mungkin kita bermalam di sini. Apa kamu bisa mengantarkan aku pulang?" "Tentu, tapi aku tidak akan tinggal diam jika kamu disakiti lagi pria itu. Soal uang itu ... soal utang mu. Aku bisa melunasinya." "Hm?" Widia terkejut, pria itu mengetahui masalah Widia yang kini menjadi penyebab kemelut dalam rumah tangga Widia."Kenapa kamu tau juga tentang itu?" "Aku ini penguntit mu. Apapun yang kamu lakukan, apapun yang kalian bicarakan aku tau, Widia! Maka itu, aku tau kamu tersakiti pagi
Baca selengkapnya

Jatuh Talak

"Dimana alat itu?" Widia terus melakukan penyisiran ke sela-sela ruangan basemen. Sambil berjaga jika Satya mencurigai dan memergokinya. "Wid, temen mu datang!" teriak Satya dari bangunan atas basemen. Widia menunda pencariannya dahulu untuk menemui Ayu. Ia bergegas menaiki anak tangga. "Ayu ...," sapa Widia sambil menyalaminya."Wid, bener uangnya udah ada?" Ayu menggenggam kuat tangan sahabatnya. "Iya, Ay." Senyuman mengembang di bibir Widia. Namun, mata bening Ayu berkaca-kaca karena terharu dengan keseriusan Widia mengadakan uang sebesar itu dengan serentak. "Aku minta maaf ya Wid, harusnya aku ngasih kamu sesuatu atas musibah yang menimpa kamu. Tapi, aku ini malah ngejar-ngejar uang yang bahkan kamu harus bersusah payah dulu mencarinya." "Gak papa, ini bukan salah kamu Ay. Aku bersyukur karena punya sahabat seperti mu. Aku senang ketika aku terpuruk ada kamu yang selalu memberiku support." "Sekarang kamu gimana sama Satya? Dia baik kan sama kamu?" Tiba-tiba sahabatnya menyi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status