All Chapters of Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin: Chapter 121 - Chapter 130

254 Chapters

Chapter 121 - Gila! Ternyata Dunia Sesempit Ini!

“Kalung ini merupakan hadiah ulang tahunku dari Papa,” jawab Kaira sambil memandangi kalung yang dipegangnya.Tak bisa dipungkiri jika kedua bola matanya kini menghangat tiba-tiba. Senyum yang tampak pun terasa begitu pedih jika mengingat kejadian belasan tahun lalu.Merasa rindu dengan mendiang kedua orangtuanya, Kaira membawa kalung itu ke dalam dekapan dadanya. Matanya terpejam, menyalurkan perasaannya yang sakit merindukan orang yang telah tiada. Air mata yang sudah ditahannya sejak tadi kini akhirnya luruh pecah membasahi pipi mulusnya.Dipta, yang sama-sama terkejut mendengar fakta ini merasa bingung sendiri. Kepalanya mendadak sakit. Kenapa bisa takdir sekejam ini kepada keluarganya? Kenapa harus Kaira, istrinya, yang menjadi anak korban tabrak lari itu? Kenapa tidak orang lain saja!?“Mas Dipta sudah tahu, ‘kan, kalau kedua orangtuaku ditabrak sama orang tak bertanggung jawab? Aku ingin tahu kejadian itu, siapa tahu Papa Wisnu mengetahuinya,” ucap Kaira lirih sambil membuka ke
Read more

Chapter 122 - Dilema Besar Seorang Dipta

"Soal ini nanti kita bahas kalau sudah di rumah, ya. Aku masih di jalan soalnya," kata Dipta mencoba mengalihkan pembicaraan dengan Kaira.Mendengar suara bising jalanan membuat Kaira mengiyakan ucapan suaminya.Wanita itu akhirnya berpamitan kepada Dipta di telepon. Setelah terputus, Dipta menghela napas begitu kasar.Tiba di rumah sakit, Dipta buru-buru masuk ke dalam ruang rawat inap papanya. Ternyata mereka sedang beres-beres mau pulang."Lho, udah boleh pulang emangnya?" tanya Dipta menatap wajah kedua orangtuanya secara bergantian."Iya, tadi pagi dokter visit ke sini dan bilang kalau Papa sudah boleh pulang," jawab Vania sibuk membereskan beberapa pakaian milik Wisnu.Dipta melihat kondisi Papanya membaik, merasa lega. Tapi memperhatikan ekspresinya sejak tadi yang diam saja membuat Dipta bertanya-tanya sendiri dalam hati."Memikirkan ucapan Kaira?" singgung Dipta yang berhasil membuat Wisnu bereaksi dengan menatapnya. "Dia bahkan ingin membuka kasus belasan tahun itu kembali,"
Read more

Chapter 123 - Insiden Tak Diinginkan

"Pak Dipta yakin kita berdua aja yang pergi?" Kedua manik cokelat itu tampak terlihat gelisah. Merasa tidak enak dengan Kaira, yang notabene adalah Ibu Bosnya."Ya, tidak mungkin saya bawa istri ke acara seperti itu. Dia lagi hamil muda dan butuh istirahat yang cukup," jawab Dipta masuk akal."Tapi saya nggak enak sama Ibu Kaira, Pak.""Kenapa harus tidak enak? Memangnya saya mau ajak kamu ngapain? Tugas kita di sana itu mencari investor sebanyak-banyaknya mumpung ada acara pesta begini," jelas Dipta santai, bahkan terlihat tidak memikirkan perasaan Selly yang tidak enakan itu.Dijawab sarkas begitu membuat Selly menelan ludahnya berkali-kali. Lagipula bukan itu maksud Selly. Dia hanya tidak enak dengan Ibu Bosnya. Takut berpikiran macam-macam nanti.Ya, meski kalau dipikir-pikir dia juga tidak akan berani melakukan hal aneh. Apalagi sampai melakukan hal zina sama pria beristri.Tiba di Bali, Dipta maupun Selly dijemput mobil yang sudah disiapkan oleh Bagas. Mereka langsung melaju ke
Read more

Chapter 124 - Apa Yang Kalian Berdua Lakukan!?

“Siapa, sih, yang ganggu orang tidur,” dengkus Dipta ketika mendengar suara bel, ketukan, bahkan panggilan lirih namanya.Tidak mungkin hantu, ‘kan? Suaranya seperti tidak asing di telinga Dipta. Alhasil, ia bangun dari posisi tengkurepnya.Dipta berjalan menuju ke arah pintu dengan muka ngantuknya. Sebelum membuka pintu, Dipta menyempatkan diri mengintip lubang kecil yang memang tersedia di daun pintu.“Selly,” gumam Dipta lirih, ia buru-buru membukakan pintu. Dipta terkejut saat gadis itu langsung memeluknya erat sambil menangis. “Kamu kenapa nangis?” tanya Dipta kebingungan sendiri.Gadis itu tidak menjawab melainkan terus memeluk Dipta erat. Tangisnya semakin pecah yang membuat Dipta kebingungan sendiri.Tidak ingin mengundang kecurigaan kepada petugas dan penghuni hotel lainnya, Dipta mengajak Selly masuk ke dalam kamarnya. Mempersilakan Selly untuk duduk di pinggiran ranjang.Setelah gadis itu duduk, Dipta menatap ke arah Selly sambil melipat kedua tangan di depan dada. Ada yang
Read more

Chapter 125 - Masalah Hidup Gue Udah Banyak, Jadi Jangan Nambahin Lagi!

“Kayaknya, sih, enggak, Dip,” jawabnya sok berpikir, bahkan ekspresinya dibuat polos yang justru membuat Dipta semakin meradang.“Bego! Lo tolol banget, Gas! Lo rusak anak orang, dan lo lupa pakai pengaman? Pikiran lo di mana, ha!?” semprot Dipta meluapkan emosinya yang terbendung sejak semalam.Tidak hanya menyemprot dengan makian dan omelan kepada Bagas. Dipta bahkan sudah memiting leher milik Bagas, karena saking gregetannya.Bagas yang merasa kehabisan napas, langsung membalas Dipta dengan umpatan yang tak kalah kasarnya.“Bego gue bisa mati kalau gini!” keluhnya sambil berusaha melawan Dipta.“Biarin aja lo mati sekalian! Lagian lo tolol banget ngerusak anak orang sampai segitunya! Kalau dia hamil gimana, ha!? Lo udah rusak masa depan dia tahu nggak!” omel Dipta yang masih saja diliputi rasa emosi yang sangat tinggi.“Kalau dia sampai hamil, gue bakalan tanggung jawab nanti. Gue bakalan nikahin dia, Dip.”Dipta yang lelah berkelahi dengan Bagas, memilih duduk kembali. Menyeruput
Read more

Chapter 126 - Kamu Mau Bantu Aku Balas Dendam, 'Kan, Mas!?

"Kenapa sekarang kamu ingin tahu orang itu, Kaira? Bukannya kasus itu udah lama, hm?" Dipta mencoba bersikap lembut, meski dalam hatinya tak bisa dipungkiri kalau jantungnya berdegup kencang. Bingung sekaligus dilema berada di posisi seperti ini.“Ya, emang sudah lama, tapi aku merasa harus mengusut kasus ini lagi, Mas.”“Tapi untuk apa? Mereka udah tenang di surga, Kaira.”“Kata siapa? Buktinya, mendiang kedua orang tuaku terus hadir dalam mimpi. Mereka tuh seolah-olah kasih petunjuk buat aku gitu,” debat Kaira yang masih bersikukuh dengan pendapatnya.“Lagian mimpi tuh hanya bunga tidur aja.”Mendengar tanggapan suaminya seperti ini membuat Kaira merasa tak dibela sama sekali. Wajahnya langsung muram. Bibirnya cemberut, manyun ke depan.Hal ini sontak mencuri perhatian dari Dipta. Pria itu seakan sadar jika ucapannya menyakiti hati Kaira. Saat ingin memegang wajahnya, Kaira langsung menepis kasar telapak tangan milik Dipta.“Kamu tuh sebenernya mau bantu aku apa enggak, sih!?” deng
Read more

Chapter 127 - Hilang Kendali

"Sabar, sayang. Tenangkan pikiranmu dulu. Redakan emosimu baru kita bahas soal ini," lerai Dipta mengalah."Gimana aku bisa tenang kalau suamiku saja membela bajingan itu! Padahal kamu nggak kenal dan tau dia! Bisa-bisanya kamu bela dia!" cerocos Kaira meledak-ledak.Deru napas Kaira bahkan sedikit tersengal-sengal akibat teriak terus menerus.Emosinya pun kurang stabil yang membuat kepalanya sakit. Ditambah perutnya menjadi keram.Merasa keras di bagian perut, Kaira meringis kesakitan."Awwwh!" rintihnya sambil memegangi lengan kekar milik suaminya."Nah Kan, apa yang sakit, hm? Aku bilang sabar tuh biar kamu nggak gini," nasihat Dipta, yang menolong istrinya dengan mengubah posisi jok mobil menjadi rebahan."Aku mau pulang," pinta Kaira dengan suara lirih, bibirnya masih mencoba menahan sakit di bagian perut.Dipta yang melihat kondisi istrinya seperti itu, tentu saja langsung melaju pulang.Selama di jalan, sebelah tangan kiri milik Dipta dibuat mengusap-usap bagian perut milik Kai
Read more

Chapter 128 - Tak Bisa Menghindari Takdir

"Kami juga tidak ingin seperti ini," sahut Vania dengan sendu. "Tapi lagi-lagi kita semua tak bisa menghindari takdir, 'kan?" tambahnya dengan pandangan mata kosong."Ya, dan mungkin kehadiran Kaira ke dalam keluarga kita agar ….""Ssssstt … kita pasti bisa melewati ini semua, Pa. Semoga saja Kaira bisa mengerti," potong Vania cepat.Melihat perdebatan kedua orangtuanya yang masih saja ingin benar sendiri membuat Dipta memilih pamit pergi.Pria itu kembali menuju ke dalam kamar. Melihat istrinya yang tengah terlelap dalam damainya.Dielusnya kening milik Kaira dengan lembut penuh kasih sayang oleh Dipta. "Jangan pernah tinggalkan aku, Kaira," bisik Dipta setelah mengecup kening istrinya itu.Merasa jika tubuhnya juga butuh istirahat, Dipta memilih pergi ke dalam kamar mandi sebentar untuk bersih-bersih sebelum ikut tidur di samping tubuh istrinya.***"Morning Kaira, Dipta," sapa Vania dengan wajah ceria yang membuat Kaira menoleh ke arah samping, melihat Dipta, karena merasa aneh de
Read more

Chapter 129 - Terkuak Fakta

"Kenapa tiba-tiba datang ke sini? Ada apa, ha!?" sentak Dipta menatap tajam ke arah Bagas."Gue kayaknya harus ketemu sama Selly.""Ck! Emang ada apalagi? Mau bahas soal burung lo yang murahan itu!?" dengkus Dipta mendecak sebal."Ya, gue mau bilang kalau dia telat datang bulan ngabarin gue gitu," balas Bagas santai tanpa beban sedikit pun."Lo tolol apa gimana, sih! Dia pasti malu ketemu sama lo! Mending lo beri waktu dia sendiri dulu. Kalau lo ngebet gini, yang ada dia ilfil sama lo!" cerocos Dipta panjang lebar mengomeli Bagas."Gitu, Dip?" tanya Bagas dengan wajah tanpa dosanya."Ck! Pakai nanya lagi! Ya iya lah gitu!" Dipta yang merasa kesal dengan sahabatnya memilih duduk di kursi kebesarannya.Menghadapi Bagas dan ketololannya membuat emosinya meningkat.Sedangkan Bagas hanya diam sambil mengusap-usap dagunya sendiri, seakan-akan sedang menyerap nasihat dari Dipta."Gue juga lagi bimbang," celetuk Dipta tiba-tiba yang membuat Bagas menoleh ke arahnya sambil menaikkan sebelah a
Read more

Chapter 130 - Jelaskan Apa Maksud Dari Semua Ini!?

"Kamu kemana, sih, Kaira!?" geram Dipta yang gelisah mencari istrinya di sekitar kantor, namun tak menemukan batang hidungnya.Pria itu menyusuri bahu jalanan sampai rela bertanya kepada beberapa orang yang berada di sekitar sana."Maaf, permisi, apakah tadi melihat orang ini di sekitar sini?" tanya Dipta memperlihatkan foto istrinya kepada pedagang asongan."Tadi berjalan ke arah sana sambil menangis," jawabnya menjelaskan. Tak lupa menunjuk arah ke mana Kaira pergi."Oke, kalau begitu terima kasih banyak, Pak," balas Dipta sambil membungkuk sedikit sebagai tanda pamitnya.Pria itu lantas berjalan pergi menuju ke arah yang ditunjukkan oleh bapak tadi.Keningnya mengerut saat jalan yang ditunjukkan ternyata menuju ke sebuah taman.Sengaja Dipta mengurangi gerak langkah kakinya. Debaran jantungnya pun mulai tak karuan saat gendang telinganya menangkap suara tangis yang tak asing.Jujur saja mendengar suara isak tangis milik Kaira membuat hatinya pilu sendiri."Maafkan aku sayang," bati
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
26
DMCA.com Protection Status