Semua Bab Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin: Bab 131 - Bab 140

254 Bab

Chapter 131 - Mencoba Belajar Berdamai Dengan Keadaan

“Ya, Dip, aku sakit.”Dipta masih memilih diam, mencoba memperhatikan gelagat dan ekspresi dari Salsa. Dipta takut jika wanita itu hanya akting saja.Apalagi sudah berulang kali jika Salsa nekat melakukan apapun demi keinginannya tercapai. Dipta tidak ingin terjebak di keadaan yang sama, yang membuat hidupnya justru lebih hancur dan terpuruk.“Aku kena kanker kelenjar getah bening. Dokter bilang sudah stadium empat. Untuk itu, sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini, aku ingin dikenang sebagai orang baik bukan jahat lagi,” lanjutnya menjelaskan dengan suara serak karena habis menangis.“Kamu serius?” tanya Dipta menatap Salsa dengan intens, mencoba menelisik ucapannya karena takut ada kebohongan di sana. “Kapan?”“Apanya?” Salsa balik bertanya karena pertanyaan yang dilontarkan Dipta sangat ambigu.“Kamu tahu ini? Kenapa bisa sampai sudah tahap akhir begini?”“Sebenarnya aku sudah tahu lama, Dip, tapi aku selalu denial soal keadaanku. Parahnya kemarin saat aku menjalani pengobatan me
Baca selengkapnya

Chapter 132 - Berakhir Di Atas Ranjang [21+]

“Apaan, sih, kasih pilihan seperti itu!?”Dipta tak menanggapi respon dari istrinya. Pria itu lebih memilih terus melanjutkan niatnya untuk segera menyelesaikan masalah yang ada.Kaira yang merasa ditarik paksa oleh Dipta, hanya bisa pasrah saja saat ini. Pasalnya ekspresi dari Dipta saat ini sangat menakutkan.Kaira bahkan terus melihat ke arah pergelangan tangan miliknya yang sudah ikut berlumur darah.“Pak Dipta, tadi—“ kata salah satu karyawan yang ingin menyampaikan sesuatu, namun langsung diberi kode oleh Dipta untuk berhenti berbicara.Karyawan itu bahkan merasa syok saat melihat ke arah lantai lobby yang penuh dengan tetesan darah milik Dipta.Merasa jadi pusat perhatian oleh para karyawan, Kaira mencoba berontak minta dilepaskan. Akan tetapi Dipta tetaplah Dipta, pria yang sulit untuk diruntuhkan keinginannya.Ting!“Lepas, Mas! Kamu tahu nggak kita jadi pusat perhatian tadi di lobby!” seru Kaira saat sudah berdua di dalam lift.Dipta tidak merespon protesan dari istrinya. Ke
Baca selengkapnya

Chapter 133 - Deep Talk

“Kenapa tangan kamu berdarah?” tanya Kaira sambil menatap telapak tangan milik Dipta yang sudah tertutup perban.“Tadi nonjokin pohon di taman.”“Cih! Mau jadi sok jagoan?” dengkus Kaira merasa kesal sendiri dengan tindakan bodoh suaminya.“Ya, aku kesel soalnya lihat kamu nangis terus di taman.”“Jadi kamu kesel sama aku?”“Bukan, aku kesel sama diriku sendiri sayang. Masa kita habis bercinta panas membara mau berantem lagi, sih!?” sungut Dipta merasa capek sendiri mengimbangi mood swing istrinya yang gampang sekali naik turun.“Cih! Lagian kamu sok banget mukulin pohon segala! Udah tahu kalau pohon itu keras, malahan dipukul!” omel Kaira panjang lebar. “Dan, satu lagi, kita emang lagi musuhan!”Dipta yang mendengar ucapan istrinya hanya memutarkan kedua bola matanya malas. Musuhan tapi minta bercinta berkali-kali bahkan Kaira merengek minta Dipta memompa sangat cepat.Parahnya tadi suara desahan Kaira sangat kencang. Tidak seperti biasanya yang suka malu-malu. Kali ini Kaira sedikit
Baca selengkapnya

Chapter 134 - Mertuaku Pembunuh Kedua Orangtuaku

“Kenapa mukanya cemberut gitu, sih?” tanya Dipta yang masih saja bertanya seperti ini setelah apa yang dilakukannya. Tidak memberikan permainan yang diinginkan oleh Kaira dengan dalih harus segera ke rumah sakit.“Ya, pikir aja sendiri,” jawabnya jutek, bahkan enggan menatap ke arah Dipta, lebih suka menatap ke arah jendela melihat pemandangan di jalanan.“Yaudah aku minta maaf. Nanti aku kasih berkali lipat deh buat istriku tercinta,” rayu Dipta memberikan janji yang membuat Kaira sedikit mesam-mesem tapi masih gengsi untuk menatap ke arahnya. “Pengen berapa ronde?” tanya Dipta menawarkan diri.“Beronde-ronde!” jawabnya tegas sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan karena malu. “Ini permintaan anakmu bukan aku, Mas! Kamu jangan mikir kalau aku yang kepengen lho!” lanjutnya mencoba membersihkan namanya karena gengsi.“Iya, iya.”Dipta menyengir saja ketika istrinya masih saja malu dan gengsi kalau dia memang doyan ena-ena. Padahal jujur juga tidak apa-apa. Ia sebagai pria justru
Baca selengkapnya

Chapter 135 - Perdebatan Sengit Antara Menantu Vs Mertua

Plak!“Jaga mulutmu, Kaira!?”Kaira terkejut saat pipi mulusnya mendapat tamparan keras dari Vania. Ia merasa dejavu dengan perasaan ini, yang mana dulu juga pernah mendapat tamparan keras dari Widya karena kasusnya dengan Mas Bayu.Tak pernah menyangka bagi Kaira kalau ia akan mendapat perlakuan yang sama seperti dulu. Bahkan kini rasanya jauh lebih sakit dibanding dengan Widya, yang notabene masih calon belum resmi menjadi mertua seperti Vania.Masih dengan memegangi pipinya, Kaira menatap sengit ke arah Vania juga Wisnu. Tak lama Dipta baru muncul dari belakang tubuh Kaira dengan deru napas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Sayang.”Dipta tampak diam saat melihat keadaan istri dan kedua orang tuanya yang tampak sedang saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang begitu tegang.“Ada apa ini?” tanya Dipta pelan penuh hati-hati.“Kekacauan ini gara-gara Papa,” celetuk Wisnu yang tiba-tiba jatuh bersimpuh di atas tanah yang membuat Vania tidak terima. “Saya mengaku salah karena d
Baca selengkapnya

Chapter 136 - Menyerahkan Diri Kepada Pihak Berwajib

“Jadi kronologi aslinya seperti itu, Pak,” jelas Wisnu saat selesai menceritakan semua kejadiaan malam itu dengan sejujur-jujurnya.Vania yang ikut mendampingi suaminya hanya bisa pasrah atas tindakan ini. Bagaimanapun Vania sudah tidak bisa merayu ataupun mencegahnya.“Kalau begitu kami akan mengundang beberapa pihak terkait untuk meminta keterangan,” balas Polisi itu dengan bijaksana.Wisnu mengangguk pasrah, namun Vania membuang wajah karena tidak kuat melihat suaminya yang harus mendekam di jeruji besi malam ini.Sebelum berpisah, Wisnu menatap Vania dengan tatapan penuh cintanya seperti biasa. Vania yang merasa sedih langsung menangis dipelukan Wisnu.Meski mereka dibilang sudah tidak muda lagi, namun sikap romantis keduanya patut diacungi jempol.“Jaga diri kamu baik-baik selama aku tidak ada,” pesan Wisnu sambil mengusapi rambut milik Vania dengan lembut. “Aku di sini akan selalu berdoa untuk kamu, Dipta, dan calon cucu kita.”“Mama rasanya nggak sanggup lihat Papa begini,” kel
Baca selengkapnya

Chapter 137 - Mulai Merasakan Adanya Jarak

“Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah bisa membenci kamu, Kaira.”Kaira mendongak ke atas, ingin melihat wajah suaminya yang ternyata sudah memejamkan mata meski bibirnya masih terus menjawabi semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Kaira.“Meski aku berbuat salah?”“Ya, meski kamu berbuat salah sekali pun rasa itu tidak akan pernah pudar karena aku sangat mencintai kamu melebihi rasa cintaku kepada diriku sendiri.”Terharu mendengar pernyataan dari Dipta membuat Kaira semakin senang sekaligus bersyukur meski sejujurnya ia masih saja sedikit egois di dalam hubungan rumah tangganya ini.Tanpa sadar rasa kantuk itu mulai Kaira rasakan hingga tak lama kemudian wanita itu benar-benar tertidur pulas dipelukan sang suami.Beberapa jam kemudian.Kaira yang masih terpejam merasakan aroma wangi maskulin yang sudah menyeruak ke mana-mana. Kedua matanya yang masih mengantuk berat ia paksakan terbuka.Bisa Kaira lihat jika suaminya sudah berdiri tegap di depan cermin sambil memasang dasi. Buru-b
Baca selengkapnya

Chapter 138 - Sejujurnya Aku Juga Terluka Dengan Keadaan Ini

“Dipta, kamu ke sini? Sama siapa?”Tampak jelas kepala Wisnu melihat ke arah tubuh putranya yang tidak ada siapa-siapa di sana. Kedua alisnya tertaut di tengah ketika Dipta menyerahkan sebuah paperbag yang entah isinya apa.“Apa ini, Dip? Tumben kamu mau bawa-bawa beginian?” sindir Wisnu yang paham betul jika putranya tidak suka ribet.“Makanan untuk Papa sarapan. Gimana, bisa tidur tadi malam?” tanya Dipta yang menatap sendu ke arah Papanya, meski tahu kalau senyum yang ditampilkan Wisnu saat ini hanyalah senyuman palsu agar dirinya tidak khawatir.“Tentu saja sangat nyenyak,” jawab Wisnu dengan senyum lebarnya. “Kamu sendiri sudah makan? Kita makan bersama gimana?”Dipta menggeleng sebagai jawaban. “Dipta udah sarapan tadi sama Mama dan Kaira.”Terjadi keheningan sesaat saat mendengar nama Kaira disebutkan. Wisnu yang akan menghadapi menantunya sendiri nanti merasa bimbang sekaligus gusar. Ada rasa bersalah yang membumbung tinggi di hatinya.Apalagi membayangkan Kaira hidup menderit
Baca selengkapnya

Chapter 139 - Menemui Seseorang

Kaira merasa bingung sendiri dengan keadaan yang dialaminya. Entah keputusannya salah atau bagaimana? Yang pasti Kaira hanya ingin melakukan yang terbaik demi keluarganya yang sudah tiada. Kaira hanya ingin memperjuangkan keadilan serta hak mendiang kedua orang tuanya saja tidak lebih.Namun, lagi-lagi langkah yang diambil membuat hati orang yang dicintainya terluka seperti itu. Haruskah Kaira memaafkan? Tapi sungguh hatinya terasa berat dan sulit jika mengingat kejadian belasan tahun lalu, yang mana keluarga suaminya sangat tega kepada kedua orang tuanya.“Bu Kaira, kok ngelamun terus dari tadi? Terus kenapa makan siangnya masih utuh?” tanya Selly saat melihat Kaira tampak diam terbengong sambil memandangi layar komputernya.Parahnya menu makan siang yang sudah diorder untuk dua orang juga masih utuh tak tersentuh sama sekali. Pikiran Kaira berkelana soal ucapan Dipta yang mengobrol dengan Vania di telepon.Mengingat sifat dan karakter Kaira yang gampang kepikiran membuat wanita itu
Baca selengkapnya

Chapter 140 - Konsultasi

“Jadi ceritanya begitu, Wan. Menurut lo tindakan yang gue ambil itu benar apa salah?” tanya Kaira yang sudah tidak tahu lagi harus meminta pendapat siapa di dunia ini.Wawan, sahabat dari Kaira masih memilih diam, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Kaira barusan.Bagi Wawan sendiri, masalah yang dihadapi oleh Kaira sangat komplit. Bahkan cenderung membuat psikis Kaira terganggu jika terus-terusan didiamkan saja.“Masalah lo berat banget. Gue dengernya aja sampai ngefreeze beberapa kali,” akui Wawan dengan jujur.“Makanya gue bingung banget, Wan. Menurut lo gue harus gimana? Apa tindakan yang gue ambil salah?”“Menurut gue pribadi tindakan yang lo ambil nggak salah sama sekali. Lo berhak perjuangin apa yang menjadi hak lo. Cuma, ya itu resikonya lo tahu sendiri.”“Terus gue kudu gimana? Sumpah otak gue buntu banget mikirin masalah ini.”“Kalau lo pengin hidup tenang, coba lo pelan-pelan buka hati dan maafin semua kesalahan dari mertua lo itu. Apalagi lo sekarang sedang mengandung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
26
DMCA.com Protection Status