All Chapters of 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova. : Chapter 151 - Chapter 160
196 Chapters
Bab 151. Di Mana Ernest?
"Brengsek!! Aku tahu kalau Paman gila, tapi aku tidak tahu kalau dia lebih memilih Isabelle daripada Rosi." Dengus Edward sambil melangkahkan kakinya memasuki area kolam renang. Terus melangkah hingga ia tiba di hadapan Rosalia. "Hei!" tegurnya pada wanita cantik itu. Teguran itu berhasil membuat Rosalia mengangkat wajahnya dan menatapnya dengan tatapan sayu. "Mengapa tidak menghubungiku?!" protesnya seiring ia menurunkan tubuhnya lalu berjongkok di hadapan Rosalia. Melabuhkan tatapannya yang sayu ke netra Rosalia yang sedang memerah. "Bukankah sudah kukatakan aku akan selalu ada untukmu?"Di hadapan Edward, Rosalia tersenyum getir lalu menggeleng pelan. "Ini bukan masalah besar, Ed. Lagipula Ernest telah berjanji padaku bahwa dia akan pulang. Mungkin dia hanya butuh sedikit waktu agar bisa menyelesaikan masalahnya dengan Isabelle, aku benar 'kan?""Hmm... Kamu tahu, Rosi. Menurutku kata-katamu itu justru terdengar terlalu naif. Kamu adalah istri Paman! Tidak seharusnya Paman lebih me
Read more
Bab 152. Dia Aman Bersamaku.
Pukul 5 sore, semua yang berada di mansion kini mulai gelisah. Terutama Ben dan Rosalia. Ben cemas karena siang ini ketika ia mencoba melacak ponsel Ernest, ternyata ponsel Bosnya itu berada di antara barang-barang Ernest yang ia bawa pulang ke mansion. Sedangkan Rosalia, setelah berulang kali naik turun tangga. Mengguyur tubuhnya yang mulai terasa panas oleh api cemburu karena Ernest tak kunjung pulang dan memberi kabar padanya. Akhirnya, dengan wajah muram ia kembali turun ke lantai bawah mansion dan menemukan Edward yang tampak baru selesai mandi di antara tiga pria lainnya yang berada di ruang makan."Huft!" ia pun menghela nafas sesaat sebelum ia melanjutkan langkahnya menuju ruang makan. Di mana Bill, Ben, Edward, dan Gabriel tampak sedang berdiskusi di sana. Bahkan, samar-samar ia sempat mendengarkan ucapan kemarahan terlontar dari mulut Gabriel, saat pria itu menceritakan semua yang telah dilihatnya selama Gabriel mengikuti suaminya. "Wanita itu benar-benar racun! Dan Ernest
Read more
Bab 153. Kemarahan Edward.
Pukul 9 malam... "Beristirahatlah di kamarmu, Rosi." Bujuk Edward, di pinggir kolam renang. Karena sejak sore, Rosalia sangat kekeh ingin menunggu Pamannya di tempat ini. Tanpa mengacuhkan tubuhnya yang telah terlihat kelelahan. Rosalia hanya menggeleng pelan, lalu diam-diam melirik ke balik pundak Edward. Menembus jendela kaca ke arah ruang tamu mansion. Namun, ia masih juga belum menemukan tanda-tanda bahwa suaminya telah pulang. Menyadari hal itu, rasa pusing sontak menderanya. Seiring pikiran-pikiran buruk mulai menyerbu benaknya tentang apa yang sedang Ernest lakukan di luar sana bersama Isabelle. "Aku tidak bisa menunggu lagi, Ed." Ujarnya kemudian seraya beranjak dari kursi di pinggir kolam. Saat ia mencoba menegakkan tubuhnya, pandangannya tiba-tiba berputar dan menjadi gelap gulita. Sekeras apapun ia mengeraskan betisnya agar tetap berdiri, ia akhirnya terhuyung ke belakang. Saat itu, ia merasakan sebuah tangan kekar menangkap pinggangnya. "Rosi, bisakah kamu jangan ker
Read more
Bab 154. Benarkah Isabelle Belum Mati?
Di dalam mobil yang sedang ia larikan seperti orang kesetanan, Edward sesekali menatap cemas pada Rosalia yang tengah duduk di sampingnya. Wajah cantik itu kini tampak semakin putih bak selembar kertas. Sementara keringat dingin terus memenuhi kening Rosalia. "Rosi?" Ia menyentuh punggung tangan Rosalia yang terus mengusap perutnya, mencoba menenangkan wanita cantik itu dari rasa sakit yang tengah Rosalia rasakan saat ini. "Bertahanlah, oke? Aku tahu kamu mampu melakukannya," tukasnya, sembari meremas tangan Rosalia dengan lembut. "Ed, bayiku...""Hei, Rosi. Dengar! Bayimu akan selamat, kamu juga akan baik-baik saja. Tenanglah, oke?" usai menyelesaikan kalimatnya, Edward segera mempercepat laju mobilnya. ***Dua jam kemudian, saat ini Edward tengah menunggu Rosalia yang sedang mendapatkan penanganan, di depan ruang gawat darurat. Dan dari luar rumah sakit, 3 pria berlari tergesa-gesa memasuki lobby rumah sakit. Lima menit kemudian, sebuah mobil berhenti mendadak di parkiran rumah
Read more
Bab 155. Mengusir Isabelle.
Pukul 11.30 malam, di mansion Ernest. "Di mana Tuan Ernest, Ann?" James yang baru saja tiba langsung melangkah masuk ke dalam mansion sambil memasang wajah datar ketika Anne membukakan pintu mansion untuknya. "Sepertinya... Tuan ada di kamarnya, James." Sahut Anne sembari menutup pintu mansion kemudian mengajak James menuju kamar Ernest yang terletak di lantai 2 mansion."Katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Mengapa Tuan Besar memintaku untuk mengusir seseorang dari sini?" Seiring mengikuti langkah Anne yang membawanya ke lantai 2 mansion, James menatap punggung wanita paruh baya itu dengan wajah serius. "Orang itu— Bukankah kau telah bertemu dengannya pagi ini di depan lobby rumah sakit?" celetuk Anne, kemudian menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Dua jam yang lalu, ia lah yang telah menghubungi Tuan Gail tua tentang perihal kedatangan Isabelle bersama Majikannya ke mansion ini. Saat itu, ia menjelaskan bahwa tingkah Ernest tampak aneh. Dan yang lebih parah
Read more
Bab 156. Tuan Telah Membunuh Anak Tuan.
Waktu kini telah menunjukkan pukul 2 malam, dan di sebuah pemakaman umum— Di depan satu makam yang dikelilingi oleh pagar batu setinggi mata kaki. Di hadapan makam itu berdiri James bersama dua pria yang sengaja ia bawa dari mansion Ernest. Kedua pria itu adalah para Bodyguard Ernest, dan dengan kekuasaan yang ia miliki sebagai Asisten Tuan Gail tua— Kedua pria itu terpaksa harus mengikuti perintahnya. "Gali!" titahnya, pada kedua Bodyguard yang masing-masing telah memegang sekop di tangan mereka.Nama di batu nisan sudah tampak buram karena termakan usia, ditambah dengan cahaya minim di area sekitar makam— Membuat kedua Bodyguard muda itu tidak mengetahui makam siapa yang telah mereka gali. Hanya James, ya hanya James yang tahu siapa pemilik makam itu saat matanya lurus menatap pada batu nisan. "Aku tidak mengira jika akhirnya aku harus meminta bantuan pada seonggok tulang belulang," dengusnya.Tak lama berselang, ia pun mengalihkan pandangannya pada kedua Bodyguard yang telah mul
Read more
Bab 157. Aku Ingin Pergi.
Diam, tergugu, menatap tak percaya pada Ernest. Hanya itu yang bisa Rosalia lakukan kala suaminya itu muncul di depan pintu ruang rawat inap yang ia tempati. Bersamaan dengan itu, semua yang telah Ernest lakukan semalam padanya mulai berkelebat satu persatu di dalam benaknya. Di mana Ernest mendorongnya dengan kasar, menatapnya dengan tajam tanpa memikirkan buat hati mereka. "Ed, katakan pada Pamanmu kalau aku tidak ingin bertemu dengannya!"Edward tentu saja sangat terkejut mendengar keputusan Rosalia itu, bahkan tanpa sadar ia langsung memalingkan wajahnya. Menatap wanita cantik itu dengan mata membola tak percaya. "Rosi?" tegurnya, mencoba memastikan bahwa apa yang baru ia dengar sama sekali tidak salah. Namun, melihat tatapan sayu Rosalia yang tampak tegas, juga anggukan pelan yang Rosalia berikan, ia pun akhirnya mengerti kalau saat ini wanita kesayangannya ini sedang membutuhkan waktu untuk sendiri. "Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan." Edward menghela nafas, kemudian be
Read more
Bab 158. Rahasia Isabelle.
"Mengapa kalian membawaku ke sini?!" protes Ernest pada kedua Sahabatnya yang tengah duduk bersamanya. Saat ini, ia dan juga Bill serta Gabriel, sedang berada di sebuah kafe tak jauh dari rumah sakit tempat Rosalia dirawat. Bill melirik Gabriel sebelum ia menjawab pertanyaan Ernest itu. Sementara yang dilirik, dengan tenangnya menyesap kopi panas yang baru saja disuguhkan padanya. Gemas melihat tingkah Sahabatnya itu, Bill pun menendang kaki Gabriel. Membuat Gabriel menyemburkan kopi yang telah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. "Panas, panas." Gabriel dengan cepat meletakkan cawan kopinya ke atas meja lalu mengipasi mulutnya. Yang karena tingkah Bill tadi membuatnya tanpa sengaja menyesap kopi tersebut dengan satu kali sesapan. "Sial kau, Bung!!" protesnya kemudian, sembari melemparkan tatapan kesal pada Bill. Bill hanya melengos, merapatkan bibirnya agar tidak tertawa. Di samping Gabriel, Ernest memijat pelipisnya melihat tingkah kedua Sahabatnya itu. "Seriuslah!"Brakk!! Ia m
Read more
Bab 159. Kemarahan Ernest.
"Bagaimana? Kau sudah tahu ke mana Ernest pergi?" tanya Isabelle, pada pria yang sedang berbicara dengannya di ponsel. Semalam, ketika ia diusir dari mansion Ernest. Dengan kasarnya para Bodyguard Tuan Besar Gail membuangnya di tengah kota. Membuat ia jadi bahan tontonan para pria hidung belang. Juga membuat dendamnya pada pria berusia senja itu semakin menjadi. Karena itu, ia yang telah bekerja sama dengan dua penjahat kelas kakap. Kini ingin semakin melancarkan aksinya demi menghancurkan kekuasaan keluarga Gail di Kota L ini. "Pria itu pergi ke sebuah rumah sakit beberapa saat yang lalu, Nona. Aku pikir dia pembalap yang sangat handal, aku hampir tidak bisa mengejar laju mobilnya. Untungnya rumah sakit itu tidak terlalu jauh dari mansion miliknya, Nona.""Sudah kau selidiki siapa yang dia temui di rumah sakit itu?" tanya Isabelle lagi. "Aku sempat mengikutinya selama 2 jam, dan dia berhenti di depan sebuah ruangan. Tapi dia diusir dari ruangan itu oleh dua orang pria. Tak lama,
Read more
Bab 160. Meninggalkan Kota L.
Pukul 3 sore, di rumah sakit. "Apa itu pakaianku?" Rosalia menatap 1 tas berukuran sedang yang Ben letakkan pada kursi di samping ranjangnya. Dan dari tas itu, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Ben. "Benar, Nyonya." Aku Ben, "Aku memintanya dari Anne. Dia bahkan memintaku untuk mengatakan sesuatu pada Nyonya," Tukasnya, kemudian diam sejenak sambil menatap sayu pada Rosalia. "Apakah Nyonya harus pergi? Lalu bagaimana dengan Tuan Ernest?" lontarnya, berharap Rosalia mau memikirkan kembali tentang keputusannya yang ingin meninggalkan Kota L. "Dia?" Rosalia menggigit bibirnya. Setelahnya, ia pun tersenyum pada Ben. Seraut senyum getir yang terpaksa ia sunggingkan di bibirnya demi menanggapi ucapan Ben tadi. "Aku butuh waktu, Ben. Setelah semua yang Ernest lakukan padaku, kau pasti tahu 'kan bahwa tidak mudah untukku memaafkan Ernest?"Ben mengangguk pelan, ia— Tentu saja mengerti apa yang Rosalia rasakan saat ini. Sebuah kemarahan, yang bahkan ia sendiri juga ikut merasakannya. Ke
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status