All Chapters of 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova. : Chapter 141 - Chapter 150
196 Chapters
Bab 141. Bicara Empat Mata Dengan Oliver.
"Eng, Oliver. Bisa kita bicara empat mata?" pinta Rosalia, setelah ia menemukan pria itu menatap sayu padanya. "Tentu saja, di sini atau..."Rosalia melirik Ben terlebih dahulu sebelum ia menanggapi ucapan Oliver itu, memberi isyarat pada Asisten suaminya itu bahwa penting baginya untuk berbicara berdua dengan Oliver. Seakan mengerti isyarat darinya, Ben pun mengangguk pelan. "Nyonya pergi saja, lagipula ada Tuan Edward yang akan menemaniku untuk menjaga Tuan di sini. Bukan begitu, Tuan Edward?" Lontar Ben sembari berpaling ke arah Edward. Membuat Edward yang menerima tatapan Ben itu sontak terbatuk. 'Sial! Apakah Ben sengaja menahanku di sini?' umpatnya dalam hati. Namun bibir Edward tetap tersenyum demi menyembunyikan apa yang sedang ia rasakan terhadap Ben. Setelah mendapatkan persetujuan Ben, dan anggukan Edward. Rosalia segera mengajak Oliver untuk pergi dari ruang rawat inap suaminya. Meninggalkan Edward yang menatap kepergiannya bersama Oliver dengan wajah penasaran. Beber
Read more
Bab 142. Harapan.
"Aku mencintaimu, Miss Heart!"'Tidak, itu tidak mungkin!!' Rosalia sontak terbangun dari tidurnya dengan keringat sebesar butiran jagung memenuhi keningnya. Bahkan, kata-kata yang Oliver bisikkan padanya kala Keponakan suaminya itu memeluknya beberapa saat yang lalu, kini masih terus terngiang di telinganya. "Anda baik-baik saja, Nyonya?"Rosalia memalingkan wajahnya, melemparkan pandangannya pada Ben yang sedang menatapnya dengan wajah cemas. "Aku baik-baik saja, Ben." Lontarnya, lalu tersenyum kaku setelahnya. Ben yang melihat senyum Rosalia hanya bisa mengangguk pelan, walaupun ia tahu kalau Rosalia tidak sedang baik-baik saja. 3 jam yang lalu, ketika Rosalia kembali ke ruang rawat inap Bosnya. Saat itu Ben melihat wajah sang Nyonya tampak muram, begitu juga wajah Oliver yang berjalan memasuki ruangan bersama Nyonya itu. Menyaksikan hal itu, Ben sebenarnya sudah bisa menebak apa yang terjadi pada sang Nyonya. Apalagi tak lama setelahnya, Oliver tiba-tiba memaksa Edward untuk
Read more
Bab 143. Melakukan Ide Erick.
"Rosi, kamu yakin ingin melakukannya?" bisik Edward, seraya menatap Rosalia dengan wajah cemas. Mencoba memastikan apakah yang telah Rosalia katakan beberapa saat yang lalu memang benar adanya? "Aku yakin, Ed!" tegas Rosalia. Bukan hanya Edward yang mendengarnya, namun Oliver juga. Ia hampir tak percaya bahwa Rosalia menyetujui begitu saja ide dari Erick. Dan lebih gilanya lagi, Kakeknya sendiri ikut ambil bagian sebagai pendukung terkuat atas kegilaan seorang Erick Marson. Membuat ia dan Edward juga Rosalia harus terjebak di dalam ruangan terapi sang Paman. Selain Rosalia, Edward, dan Oliver, masih ada Erick Marson dan dua Dokter lainnya di dalam ruangan terapi Ernest. Tetapi tugas kedua Dokter yang bersama Erick adalah untuk membantu Ernest apabila ia terkena serangan panik. Sementara yang lainnya menyaksikan dari luar ruangan melalui jendela kaca. Sebelum memulai percobaannya yang tergolong unik dan baru pertama kali ini akan ia lakukan, Erick telah bertanya terlebih dahulu pa
Read more
Bab 144. Apa Hubunganmu Dengan Edward?
"Tuan Ernest, tolong lepaskan Keponakan anda!" titah Erick, pada Ernest yang sedang menatap Edward seakan ingin menghabisi Keponakannya itu. "Tuan Ernest!" tegurnya sekali lagi dengan suara yang sedikit lebih keras. Seraya mengangkat salah satu alisnya, perlahan-lahan Ernest melepaskan lengan Edward dari cengkramannya. Tak lama kemudian, ia mendengus kala melihat Edward pergi dengan cepat menjauhi dirinya. "Bagus, sekarang tenanglah, oke? Saya masih harus memeriksa kondisi anda." Erick lalu memberi isyarat pada Dokter yang tadinya telah ia perintahkan untuk mempersiapkan suntikan pereda kecemasan, demi menenangkan kondisi Ernest yang terbangun secara tiba-tiba. Di luar ruangan, semua berkumpul membicarakan tentang tersadarnya Ernest dengan wajah bahagia. Hanya Rosalia dan Edward yang baru keluar, yang terus memperhatikan kesibukan Erick Marson dari jendela kaca. "Nanti Paman pasti akan membunuhku, setelah dia bisa turun dari ranjang itu!" sungut Edward, sambil menekuk wajahnya. T
Read more
Bab 145. Ernest Curiga?
"Kemarilah!"Rosalia mendelikkan matanya kala ia mendengar teriakan suaminya itu, tidak mengerti mengapa Ernest sangat marah padanya. Dan, sambil menekuk wajahnya-- Ia pun melemparkan pandangannya pada Erick yang tengah memeriksa kondisi suaminya bersama seorang Dokter."Temanilah! Jika hanya satu orang, tidak masalah." Tukas Erick, lalu menganggukkan kepalanya pada Rosalia agar Rosalia mengikuti permintaan Ernest tadi. Setelah melihat anggukan Erick, Rosalia pun menghampiri Ernest yang terus menatapnya dengan wajah datar. Setibanya ia di samping ranjang yang ditempati oleh suaminya itu... "Duduk!" titah Ernest sembari melirik pinggir ranjang yang berada tepat di samping tubuhnya. Memberi isyarat pada Rosalia agar duduk di sana. Sejak ia terbangun dari koma, ia memang belum sempat bertegur sapa dengan istrinya ini karena harus menjalani beberapa pemeriksaan lagi. Dan setelah pemeriksaan berakhir-- Ia malah dihampiri oleh Ayahnya, Saudara lelakinya, iparnya, bahkan kedua mertuanya.
Read more
Bab 146. Kecemasan Rosalia.
Pukul 9 malam, kini ruang rawat inap Ernest sudah mulai terlihat sepi. Beberapa pengunjung telah pulang, hanya menyisakan Ben, Bill, Gabriel yang baru datang dari Paris, serta Tuan Gail tua bersama Asistennya. Sementara di luar ruangan, Rosalia sedang berbicara dengan Edward. Ia bahkan melotot pada Keponakan suaminya itu. "Bodoh! Bodoh!" lontarnya sambil memukul lengan Edward berkali-kali dengan kesal. Sebab, gara-gara ucapan Edward pada Ernest-- Ia pun harus menerima hukuman dari suaminya itu. Bibirnya dikecup selama hampir 1 jam, membuat bibir atas dan bawahnya seketika maju dua senti. "Hei, Rosi! Tenanglah! Bukankah katamu kamu yang akan menjelaskannya pada Paman?" sungut Edward seraya menahan pukulan Rosalia. Sesekali ia akan meringis kala pukulan yang ia terima terasa sedikit lebih keras dari pukulan sebelumnya. "Huh!" akhirnya Rosalia pun menghentikan apa yang ia lakukan terhadap Edward. Dan demi menenangkan dirinya, ia lalu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskanny
Read more
Bab 147. Si Gila Kembali.
"Tinggalkan ruanganku!" teriakan lantang Ernest terdengar di pagi hari, memecah ketenangan suasana pagi di dalam ruangan rawat inapnya. Dan dua dari tiga pria yang menerima teriakan itu, langsung mendengus sesaat setelahnya. Kemudian segera bergegas pergi meninggalkan ruangan rawat inap Ernest. "Ben, tahan pintu itu dari luar! Jangan biarkan seorang pun melewati pintu itu sebelum aku memperbolehkan mereka untuk masuk. Tidak Dokter Marson, tidak Dokter lain dan tidak seorang pun!""Baik, Tuan Ernest." Ben mengangguk patuh, kemudian pergi meninggalkan ruangan rawat inap Ernest. Ia bahkan menutup pintu dari luar dan sengaja berjaga di depan pintu setelah ia berada di luar ruangan. Mengacuhkan tatapan protes dari Bill dan Gabriel yang tidak mengerti mengapa mereka tiba-tiba diusir. "Mengapa si gila itu kembali bertingkah aneh?" sosor Bill sebal, ucapannya itu langsung diangguki oleh Gabriel yang sedang berdiri di sampingnya. Di depan Bill, Ben yang menerima protes tersebut hanya bisa
Read more
Bab 148. Peter?
Pukul 9 siang di penjara khusus Kota L, seorang wanita cantik berkaca mata hitam, melenggang dengan gemulai menemui beberapa sipir yang tengah duduk di depan meja panjang. Sambil membungkukkan tubuhnya dengan gerakan menggoda, wanita itu kemudian menumpukan kedua sikunya ke atas meja. Menyapa salah seorang sipir yang tak berkedip melihat ke arahnya. "Aku ingin bertemu dengan Julius," ucapnya, sembari menggerakkan jemarinya yang lentik di atas meja. Membuat beberapa gambar acak yang tidak terlihat. "Julius? Sang terpidana mati?" tanya sang Sipir, ia lalu mengerutkan keningnya. Bingung mengapa ada orang yang mau menjenguk Julius, padahal sepengetahuannya semua keluarga Julius telah diusir keluar dari Kota L. "Terpidana mati?" sesaat wanita itu tampak sangat terkejut, namun ia dengan cepat mengendalikan dirinya dan kembali mengubah mimik wajahnya. "Maksud anda, Julius...""Yang semua anggota keluarganya telah diusir dari kota ini karena terlalu serakah. Tapi... Anda siapa, Nona?" san
Read more
Bab 149. Wanita Misterius.
Dua hari kemudian, saat ini kesibukan tampak di dalam ruang rawat inap Ernest. Setelah pemeriksaan total selama 2 hari, akhirnya hari ini Ernest diperbolehkan pulang oleh Erick Marson yang juga akan segera kembali ke negaranya. "Terima kasih atas bantuannya, Dokter Marson." Ucap Tuan Gail tua sambil menjabat tangan Erick setelah Erick menyatakan bahwa putra bungsunya sudah diperbolehkan pulang. "Sama-sama Tuan Besar, aku juga berterima kasih pada anda karena sudah mengundangku untuk datang ke Kota L. Jadi aku bisa sedikit bernostalgia dengan Carly," balas Erick. Ia, tersenyum ramah pada Tuan Gail tua. Kemudian berpelukan dengan Carlisle setelah Tuan Gail tua melepaskan tangannya. "Aku baru mengerti mengapa hari ini kamu bersikeras untuk membawa tas pakaianmu," sindir Carlisle. Erick menanggapi ucapan Sahabatnya itu dengan terkekeh pelan, ia bahkan menepuk punggung Carlisle. "Aku akan merindukanmu, Bung." Ujarnya. "Aku juga." Carlisle balas menepuk punggung Erick. Tak jauh dari
Read more
Bab 150. Keputusan Ernest Yang Sangat Mengejutkan.
"Ernest?" Rosalia menyentuh lengan suaminya untuk menyadarkan Ernest. Ernest yang merasakan sentuhan itu, sontak tergugu dan langsung menurunkan pandangannya pada Rosalia yang tengah berdiri di sampingnya. Ketika netranya bertemu dengan netra istri mungilnya itu, Ernest melihat Rosalia menggelengkan kepala padanya. Namun ia hanya menanggapinya dengan tersenyum canggung. Semua karena kehadiran Isabelle yang sama sekali tidak ia duga, cinta pertamanya yang sangat membekas di dalam hatinya. "Baby, bagaimana jika kamu pulang dulu dengan Ben dan Anne?" pintanya. Kata-katanya itu ditanggapi oleh Rosalia dengan mendelikkan matanya, "Jangan lakukan ini, Ernest! Kumohon!"Sesaat Ernest menghela nafas setelah mendengar permintaan istrinya itu, dan meski ia sangat mencintai Rosalia-- Tapi Isabelle... Lalu, sambil mengangkat tangannya, ia pun mengusap lembut pipi sang istri dan terpaksa berkata. "Maaf, Baby. Aku perlu berbicara berdua dengannya, dan kuharap kamu bisa mengerti dengan keputus
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status