Di malam pertunangan kembarannya, Rosalia justru memilih untuk ke kelab malam. Niat awal, ia hanya ingin merayakan kelulusannya bersama sang sahabat. Namun, siapa sangka ia tanpa sengaja justru terlibat one night stand dengan seorang pria yang lebih pantas untuk menjadi pamannya. Kabar kaburnya sang kembaran membuat Rosalia terjebak situasi rumit. Ia dipaksa menggantikan kakaknya untuk bertunangan dengan salah satu keluarga bangsawan Gail. Berdalih ingin mengenal dan memilih sendiri calon suaminya, Rosalia lantas mengajukan syarat. Gara-gara syarat darinya, ia harus terjebak bersama 3 CEO lajang Keluarga Gail dengan masing-masing pesonanya. Yang mengejutkan adalah, salah satu pria itu adalah Ernest, pria yang berhasil mendapatkan kesuciannya. Siapakah yang akan dipilih Rosalia nantinya? Design Cover By Shena_art
Lihat lebih banyak"Seorang gadis kecil mabuk di Klub?"
Di dance floor sebuah Klub Malam, Rosalia yang telah mabuk tanpa sengaja menabrak sesosok pria bertubuh tinggi besar. Seharusnya malam ini ia menghadiri pesta pertunangan Rose, sang kembaran, tapi ia justru memilih untuk pergi ke Klub Malam untuk merayakan kelulusannya bersama teman-temannya.Tidak hanya ingin merayakan kelulusan, Rosalia juga memiliki misi lain, ia ingin menanggalkan status perawannya yang selama ini selalu menjadi bahan olokan."Kalau kamu sudah tahu aku mabuk, mengapa tidak membantuku?" Rosalia mengacuhkan ujaran sinis pria itu dan sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari pria tersebut. “Ayo, Tuan … bantu aku!”Tapi, alih-alih membantunya, pria itu justru memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantong celana yang dikenakannya. Sebelah alis pria itu terangkat naik, sementara bibirnya plat membentuk garis lurus."Hei, Tuan!" Rosalia mencembungkan pipinya, ingin rasanya ia memukul pria berwajah arogan itu. Tapi ia mengurungkan niatnya karena netra kuning keemasan milik pria itu untuk sesaat membuyarkan fokusnya. Selain itu, wajah pria itu juga sangat rupawan. Ada dua rahang sempurna tercetak di bawah pipinya... Benar-benar type maskulin yang ia inginkan untuk menghabiskan malam bersamanya. "Pelayan!!""Gadis kecil, apa yang ingin kamu lakukan?!""Aku ingin menyewamu!" jawab Rosalia tegas, ia tersenyum miring usai menyelesaikan kalimatnya. Sedikit puas melihat ada raut terkejut pada pria yang sedang ia ajak bicara.Sesaat kemudian, ia melihat seorang pria yang tengah berdiri di samping pria yang telah ia tabrak kini tampak berbisik pada pria itu. Dan pria itu menanggapinya dengan deheman pelan. Hanya berselang beberapa menit, pria itu tiba-tiba menurunkan tubuhnya dan berjongkok di hadapannya. Menghunjamkan manik matanya ke arah dirinya."Kamu ingin menyewaku?!"Suara pria itu terdengar berat dan mengandung nada mendominasi, namun juga terdengar seksi menyapa indera pendengaran Rosalia."Benar, jadi... Mau kah kamu menghabiskan malam bersamaku?" dengan berani Rosalia membalas tatapan pria itu yang sedang menatap lurus ke dalam matanya, membuatnya hampir tenggelam dalam netra berwarna keemasan milik pria itu."Kamu tahu siapa aku?"Rosalia menilik, jika melihat dari penampilan pria itu, ia bisa menyimpulkan kalau pria yang sedang berjongkok di hadapannya sekarang bukanlah pria dari kalangan menengah ke bawah. Kemungkinan pria itu bisa saja seorang Bangsawan seperti Ayahnya. Dan usia pria itu sepertinya hanya lebih muda beberapa tahun dari Ayahnya. Tapi untuk saat ini ia benar-benar tidak mempedulikan hal itu. Lagipula bukankah bagus jika ia bisa menghabiskan malam dengan seorang Bangsawan juga? Walau hanya sekedar sebagai teman berbagi kesenangan?"Kalau begitu, bagaimana jika kita berkenalan terlebih dahulu?"Kata-kata yang Rosalia ucapkan membuat pria yang sedang berjongkok di hadapannya sontak memicing padanya. Apalagi ia sengaja mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada menggoda."Maaf, aku tidak tertarik dengan gadis kecil."Pria itu tiba-tiba berdiri, mengacuhkan Rosalia yang geram melihat keangkuhannya."Hanya satu malam! Aku tahu kamu mungkin memiliki banyak uang, tapi aku bersedia membayar mahal untuk waktu yang kamu habiskan bersamaku.""Seorang gadis kecil ingin membayarku?" pria itu terkekeh dan memberi isyarat pada pria yang sebelumnya telah berbicara dengannya.Hanya dengan satu isyarat dari pria itu, beberapa pria langsung menghampiri Rosalia dan menarik lengannya. Menyeretnya meninggalkan Klub Malam dengan paksa.Berselang satu jam, di dalam sebuah kamar hotel yang mewah. Rosalia yang terus diseret hingga ke hotel ini di lemparkan ke atas ranjang oleh para penyeretnya. Setelah melakukan hal itu, para pria berwajah sangar yang telah menyeret Rosalia langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Rosalia hanya berdua dengan pria yang telah ia ajak bicara."Bersihkan tubuhmu!" titah pria itu yang hingga kini masih enggan menyebutkan namanya."Ber-bersihkan? Untuk apa?" Rosalia menatap takut pada pria yang telah membawanya secara paksa. Jika tadi ia sangat ingin melalui malam bersama pria ini, sekarang ia justru merasa sedikit cemas."Bukankah tadi kamu mengatakan ingin menyewa jasaku?" pria itu mencibir, seolah Rosalia tidak ada artinya di matanya. Hanya seperti sepiring cemilan tengah malam, "Dengar! Aku paling tidak suka menghabiskan malam dengan seorang gadis kecil yang manja. Jadi, jika tawaranmu tadi masih tersedia... Maka cepatlah bersihkan tubuhmu!"Mendengar ucapan pria itu, Rosalia segera menegakkan tubuhnya dan turun dari ranjang lalu terburu-buru ke kamar mandi."Bersihkan ya bersihkan, tapi haruskah kamu membentakku seperti itu." Rutuknya sebal sambil menutup pintu kamar mandi, tanpa menyadari bahwa pria yang telah ia tabrak saat ini justru tersenyum tipis mendengar ocehannya itu.Hanya 10 menit waktu yang Rosalia habiskan di dalam kamar mandi, setelahnya ia pergi meninggalkan kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe yang terdapat di dalam kamar mandi. Ia sedikit gugup ketika melangkahkan kakinya keluar, apalagi ketika ia menemukan pria asing itu kini hanya mengenakan kemeja dan celana bahannya saja. Dua kancing teratas kemeja pria itu telah terbuka, dan dada bidang pria itu yang mengintip di balik kemeja yang dikenakannya membuat Rosalia susah payah meneguk salivanya.Glekk!!"Ah, mengapa dia seksi sekali?" Rosalia menjerit dalam hati melihat penampilan pria asing itu yang baru ia kenal malam ini dan saat ini tengah duduk di pinggir ranjang."Kemarilah!"Tiba-tiba, jantung Rosalia berdetak semakin cepat. Waktu seolah berputar lama seiring keraguan yang mulai menyergapnya.‘A-apakah pilihanku benar?’Namun, Ia tak ingin mundur. Ia sudah terlanjur menemukan pria yang secara kriteria sangat cocok dengan seleranya, meski ia sadar kemungkinan usianya dan pria itu terpaut cukup jauh.Akhirnya, malam itu Rosalia benar-benar menyerahkan kesuciannya. Perasaan campur aduk antara kenikmatan dan penyesalan menderanya di saat penyatuannya dengan pria itu. Rasa sakit pada inti tubuhnya tatkala pria asing itu terus bergerak menguasai tubuhnya hampir tak terasa karena ternyata pria itu sangat ahli dalam menyenangkan wanita.Namun, sesekali rintihan kesakitannya dan suara umpatan dari pria itu tetap terdengar memenuhi ruangan kamar hotel yang semula sepi. Panas kedua tubuh melebur, menghalau udara kamar yang tadinya terasa dingin.Menurut teman-temannya yang sudah lebih berpengalaman, bercinta sungguh lah nikmat. Tapi Rosalia justru merasakan sakit pada inti tubuhnya, dan rasa sakit itu tidak juga berkurang meski ini bukan pergulatan pertamanya dengan pria asing itu."Tu-Tuan, aku lelah. Bisakah kita berhenti sekarang?"Sahutan pria itu benar-benar membuat Rosalia sakit kepala. Pria asing itu seakan tidak pernah puas untuk menyentuhnya."Tidak, di sini bukan kamu yang memutuskan kapan aku akan berhenti."Ini sudah dua hari sejak terakhir Ernest datang menemui Rosalia di rumah peristirahatan milik Ayah mertuanya. Dan selama dua hari ini, suaminya itu sudah tidak pernah lagi mengganggu dirinya. Tidak menemuinya sama sekali. Membuat Rosalia menjadi bingung dan juga berpikir, apakah Ernest benar-benar telah menyerah padanya. "Ed, aku ingin kembali bekerja!" cetusnya di meja makan, saat ia sarapan pagi bersama Edward. Namun Edward hanya menatapnya dengan wajah seolah kurang yakin kalau ia sudah siap untuk bekerja. "Bagaimana tubuhmu, Rosi? Kau yakin ingin melakukan hal ini?"Rosalia mengangguk tegas, keseriusannya itu juga ia tunjukkan lewat tatapan matanya yang tertuju pada Edward. "Aku bosan, Ed," ungkapnya, mencoba menjelaskan alasan tentang mengapa ia memutuskan untuk pergi bekerja. Sesaat, ia sempat menangkap raut wajah Edward tiba-tiba tampak aneh. Seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan Edward darinya. Tapi apa? "Baik, tapi sebaiknya aku menghubungi Luis terlebih dahulu, b
Di dalam kamarnya, duduk bersandar di atas ranjang, Rosalia terus menunggu seandainya Ernest naik ke lantai dua rumah peristirahatan. Lalu menggedor pintu kamarnya sambil berteriak marah memanggil namanya. Tapi hal itu tidak terjadi sama sekali, terlalu hening, terlalu sepi, membuat ia ingin menangis. Tak lama, suara sedan terdengar di pekarangan rumah. Suara itu seolah bergerak menjauh, pergi menjauhi rumah peristirahatan. "Dia menyerah? Haha ... ternyata hanya begitu." Rosalia tertawa lirih, dan di penghujung tawanya, ia justru terisak pelan. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, meringkuk, dan terus terisak di sana hingga ia tertidur. 1 jam kemudian, gagang pintu kamar Rosalia tiba-tiba bergerak turun. Berselang beberapa detik, pintu itu yang ternyata tidak terkunci bahkan didorong perlahan dari luar oleh sesosok tubuh tinggi besar. Sesaat, pria ini melemparkan pandangannya ke arah ranjang. Menatap cukup lama pada Rosalia yang telah tampak pulas, baru kemudian melangkah perlah
Malam hari, usai makan malam. Rosalia terus mengunci dirinya di dalam kamar, duduk termangu di atas ranjang sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang sengaja ia tekuk. Hari ini ia jengkel sekali, sangat jengkel atas semua yang telah Ernest lakukan padanya. Dan ... bagaimana bisa suaminya itu merayunya, menggodanya, menyentuhnya dengan tangan yang pernah menyentuh Barbara sebelumnya, tanpa merasa bersalah pada dirinya? Ernest anggap apa dirinya? 'Itu karena kau juga sengaja membiarkannya melakukan hal itu padamu, Rosi! Kau ... selalu takluk ketika Ernest menyentuhmu. Kau selalu menyerah di bawah kecupannya. Pria itu menyadarinya, Rosalia Heart! Dia mengetahui kelemahanmu!'Rosalia memiringkan kepalanya, mencoba mengacuhkan semua jeritan yang diteriakkan hatinya padanya. Meski ia tahu kalau semua itu memang benar adanya. Yah, ia memang selemah itu di hadapan Ernest. Itu benar, dan ia tidak menampiknya. Ia juga sadar kalau ia tidak bisa melihat sekelilingnya karena h
Perlahan-lahan, Edward membalikkan tubuhnya. Dan ia sontak membeku saat telah berhadapan sempurna dengan Pamannya. Sebab wajah Ernest kini tampak sangat menakutkan. Beberapa saat yang lalu, Ernest hampir berhasil melepaskan satu-satunya kain yang masih melekat di tubuh Rosalia, namun konsentrasinya tiba-tiba terganggu oleh suara bel. Selama beberapa saat ia mencoba untuk mengacuhkannya, tapi naasnya ... suara bel kedua justru membuat Rosalia seketika membuka matanya. Istrinya itu menatap lekat ke arahnya, ia bahkan melihat ada kebencian di wajah Rosalia saat itu. Dan lebih sialnya lagi, suara bel kembali terdengar. Semakin sering, hingga Rosalia yang semula telah terpengaruh oleh sentuhannya, langsung mendorong tubuhnya. Istrinya itu bahkan segera memunguti semua pakaiannya dan bergegas berlari ke kamar mandi. Keributan itu tentu saja membuat Ernest meradang. Karena gara-gara suara bel, gairahnya yang semula telah berada di puncak, akhirnya langsung terjun bebas akibat penolakan Ros
Pukul 11 siang, Edward, Ben, dan juga Elio tampak memasuki lobby hotel. Ketika ketiganya telah memasuki lift, Edward yang sudah menahan kesabarannya sejak turun dari mobil, langsung membuka mulutnya. "Ini terlalu siang!" protesnya pada Ben, "Kau dengar? Rosi pasti sangat kelaparan sekarang," sungutnya. Ben tidak menanggapi celotehan Edward itu, melainkan melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekarang sudah pukul 11? Seharusnya saat ini Tuan sudah terbangun, 'kan? Dan juga sudah berbicara pada Nyonya, 'kan? Apa mereka baik-baik saja?" gumamnya pelan, ada keresahan di dalam nada suara Ben. Begitu pula kala ia melihat lampu lift yang menunjukkan pergantian lantai semakin mendekati lantai tempat di mana kamar Ernest berada. Tepat di saat lift tiba dan pintu lift telah terbuka, dengan wajah ragu ia keluar dari lift. Edward masih berkicau bak burung merpati yang belum diberi makan, namun Ben sengaja menulikan telinganya. Ia bahkan tidak mengerti sejak kapan Edwar
'Jangan!' erang hati Ernest, saat Rosalia tiba-tiba membuka piyama yang ia kenakan. Lalu mengusap tubuhnya yang memanas dengan menggunakan ... apapun itu, kini benda sialan itu sedang menari-nari di atas kulit tubuhnya. Membuat ia sontak menahan nafas ketika benda itu perlahan bergerak turun dan menyusuri perutnya. Menuju ke area ... "Bagaimana ini? Tubuh Ernest semakin panas, apa yang harus kulakukan sekarang? Dan di mana mereka?"Fiuh, Ernest menghela nafas lega. Karena bertepatan ia membuka matanya— di saat yang sama Rosalia tiba-tiba melemparkan pandangannya ke arah pintu kamar. Namun tangan istrinya itu masih mengusap perutnya, bahkan handuk yang Rosalia genggam di tangannya hampir menyentuh ... Ernest melirik benda lembut berwarna putih itu sambil kembali menahan nafas. Sebab, jika benda sialan itu sampai menyentuh miliknya, Rosalia pasti akan segera tahu kalau ia telah terjaga. 'Jangan ke sana! Ukh ....' Ia sontak merapatkan bibirnya kala jari kelingking Rosalia tiba-tiba me
"Sudah 30 menit berlalu, di mana mereka?" Rosalia beranjak dari tepian ranjang, berdiri tegak, lalu melemparkan pandangannya pada pintu kamar. Tanpa menyadari bahwa seseorang telah terjaga dan kini sedang menatap dirinya dengan wajah tak percaya. Pria tampan itu bahkan mengerjapkan matanya, seolah ia sedang bermimpi saat ini. 'Baby? Apa yang terjadi? Mengapa dia ... Dia ada di dalam kamarku?' monolog Ernest dalam hati, tanpa melepaskan pandangannya dari tubuh ramping Rosalia yang sedang membelakangi dirinya. Well, ia sebenarnya sudah bangun sejak merasakan ranjang yang ia tiduri berderit pelan. Saat itu ia menemukan Rosalia tengah mencoba untuk beranjak dari pinggir ranjang. Namun istrinya itu tampak tidak menyadari kalau ia sudah terjaga. Dan sekarang, ia justru sedang berpikir keras tentang apa yang telah terjadi semalam? Mengapa ia sampai tidak tahu kalau Rosalia telah datang ke kamar hotelnya? Dan juga ... dari mana istrinya ini tahu di mana ia menginap? Apakah itu Elio yang tel
Setelah hampir dua jam menunggu Dokter yang Ben katakan akan segera datang, dan sambil mengusap wajah Ernest dengan handuk hangat, Rosalia yang tak sabar akhirnya kembali membuka mulutnya."Di mana Dokternya? Apa kau benar-benar telah menghubunginya, Ben?" sungutnya, seiring ia berpaling pada Asisten suaminya yang justru tidak berani menatap matanya. Aneh, sangat aneh.Keanehan itu juga dirasakan oleh Edward dan Elio. Hanya saja, Elio tidak berani berbicara pada Ben. Selain itu, posisinya hanyalah penjaga rumah. Apa haknya untuk mempertanyakan apa yang telah Ben perbuat, sedangkan pria itu memiliki status yang lebih tinggi darinya?Berbeda dengan Elio, Edward justru segera menarik lengan Ben. Membawa pria itu menjauh dari Rosalia yang terus mengikuti Ben dengan tatapan matanya.Di dekat sofa, Edward langsung melepaskan lengan Ben. Ia bahkan memukul lengan itu seraya berbisik, "Hei, kau ... apa benar kau sudah memanggil Dokter?" gerutunya.Namun Ben, entah apa yang terjadi? Tiba-tiba p
"Apa yang terjadi, Ben?" dengan langkah lebar Rosalia menghampiri Ben yang menyambutnya di lobby hotel. Di belakangnya, Edward dan Elio bergegas mengejar dirinya. "Kita bertemu lagi, Nyonya," sapa Ben seraya menundukkan kepalanya. Usai melakukan hal itu, ia lalu melemparkan pandangannya pada Edward dan Elio. Kemudian mengangguk pada kedua pria itu dan berpaling kembali pada Rosalia. "Maaf, Nyonya. Seharusnya aku tidak menakuti Nyonya seperti ini," cetusnya. "Dan Tuan, mungkin Tuan juga akan marah padaku nanti jika Tuan bangun dan mengetahui apa yang telah kulakukan pada Nyonya. Tapi masalahnya ...." Ben diam sejenak, menurunkan pandangannya juga memasang wajah cemas. Ekspresi Ben itu tentu saja membuat Rosalia menjadi semakin takut. Sementara Edward dan Elio, justru saling bertukar pandang, bertanya-tanya dalam hati apakah telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap Ernest? "Ben?!" desak Rosalia, dengan suara sedikit meninggi. Namun setelahnya, ia justru menghela nafas kala menemukan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen