Diam, tergugu, menatap tak percaya pada Ernest. Hanya itu yang bisa Rosalia lakukan kala suaminya itu muncul di depan pintu ruang rawat inap yang ia tempati. Bersamaan dengan itu, semua yang telah Ernest lakukan semalam padanya mulai berkelebat satu persatu di dalam benaknya. Di mana Ernest mendorongnya dengan kasar, menatapnya dengan tajam tanpa memikirkan buat hati mereka. "Ed, katakan pada Pamanmu kalau aku tidak ingin bertemu dengannya!"Edward tentu saja sangat terkejut mendengar keputusan Rosalia itu, bahkan tanpa sadar ia langsung memalingkan wajahnya. Menatap wanita cantik itu dengan mata membola tak percaya. "Rosi?" tegurnya, mencoba memastikan bahwa apa yang baru ia dengar sama sekali tidak salah. Namun, melihat tatapan sayu Rosalia yang tampak tegas, juga anggukan pelan yang Rosalia berikan, ia pun akhirnya mengerti kalau saat ini wanita kesayangannya ini sedang membutuhkan waktu untuk sendiri. "Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan." Edward menghela nafas, kemudian be
"Mengapa kalian membawaku ke sini?!" protes Ernest pada kedua Sahabatnya yang tengah duduk bersamanya. Saat ini, ia dan juga Bill serta Gabriel, sedang berada di sebuah kafe tak jauh dari rumah sakit tempat Rosalia dirawat. Bill melirik Gabriel sebelum ia menjawab pertanyaan Ernest itu. Sementara yang dilirik, dengan tenangnya menyesap kopi panas yang baru saja disuguhkan padanya. Gemas melihat tingkah Sahabatnya itu, Bill pun menendang kaki Gabriel. Membuat Gabriel menyemburkan kopi yang telah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. "Panas, panas." Gabriel dengan cepat meletakkan cawan kopinya ke atas meja lalu mengipasi mulutnya. Yang karena tingkah Bill tadi membuatnya tanpa sengaja menyesap kopi tersebut dengan satu kali sesapan. "Sial kau, Bung!!" protesnya kemudian, sembari melemparkan tatapan kesal pada Bill. Bill hanya melengos, merapatkan bibirnya agar tidak tertawa. Di samping Gabriel, Ernest memijat pelipisnya melihat tingkah kedua Sahabatnya itu. "Seriuslah!"Brakk!! Ia m
"Bagaimana? Kau sudah tahu ke mana Ernest pergi?" tanya Isabelle, pada pria yang sedang berbicara dengannya di ponsel. Semalam, ketika ia diusir dari mansion Ernest. Dengan kasarnya para Bodyguard Tuan Besar Gail membuangnya di tengah kota. Membuat ia jadi bahan tontonan para pria hidung belang. Juga membuat dendamnya pada pria berusia senja itu semakin menjadi. Karena itu, ia yang telah bekerja sama dengan dua penjahat kelas kakap. Kini ingin semakin melancarkan aksinya demi menghancurkan kekuasaan keluarga Gail di Kota L ini. "Pria itu pergi ke sebuah rumah sakit beberapa saat yang lalu, Nona. Aku pikir dia pembalap yang sangat handal, aku hampir tidak bisa mengejar laju mobilnya. Untungnya rumah sakit itu tidak terlalu jauh dari mansion miliknya, Nona.""Sudah kau selidiki siapa yang dia temui di rumah sakit itu?" tanya Isabelle lagi. "Aku sempat mengikutinya selama 2 jam, dan dia berhenti di depan sebuah ruangan. Tapi dia diusir dari ruangan itu oleh dua orang pria. Tak lama,
Pukul 3 sore, di rumah sakit. "Apa itu pakaianku?" Rosalia menatap 1 tas berukuran sedang yang Ben letakkan pada kursi di samping ranjangnya. Dan dari tas itu, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Ben. "Benar, Nyonya." Aku Ben, "Aku memintanya dari Anne. Dia bahkan memintaku untuk mengatakan sesuatu pada Nyonya," Tukasnya, kemudian diam sejenak sambil menatap sayu pada Rosalia. "Apakah Nyonya harus pergi? Lalu bagaimana dengan Tuan Ernest?" lontarnya, berharap Rosalia mau memikirkan kembali tentang keputusannya yang ingin meninggalkan Kota L. "Dia?" Rosalia menggigit bibirnya. Setelahnya, ia pun tersenyum pada Ben. Seraut senyum getir yang terpaksa ia sunggingkan di bibirnya demi menanggapi ucapan Ben tadi. "Aku butuh waktu, Ben. Setelah semua yang Ernest lakukan padaku, kau pasti tahu 'kan bahwa tidak mudah untukku memaafkan Ernest?"Ben mengangguk pelan, ia— Tentu saja mengerti apa yang Rosalia rasakan saat ini. Sebuah kemarahan, yang bahkan ia sendiri juga ikut merasakannya. Ke
Di bandara, Edward dan Rosalia disambut oleh Anton yang telah menunggu di sana. Dengan sigap Asisten berwajah keras ini langsung menurunkan semua tas Edward dan Rosalia dari bagasi mobil. Untuk membawa Rosalia memasuki bandara, ia bahkan telah mempersiapkan sebuah kursi roda atas permintaan Edward. "Ed, ini... Terlalu berlebihan!" tukas Rosalia canggung saat Edward menggendongnya dan menempatkannya ke atas kursi roda. "Turuti aku, Rosi. Kata Dokter, kamu belum boleh terlalu banyak bergerak. Jika tidak... Sebaiknya kita kembali saja ke rumah sakit." "Tidak, tidak." Sahut Rosalia cepat, sembari tersenyum kaku dan melambaikan kedua tangannya di hadapan Edward. Sedikit bingung terhadap perubahan sikap pria ini yang tiba-tiba menjadi terlalu over protektif pada dirinya. Masuk ke bagian dalam bandara, ia lalu ditinggalkan oleh Edward tak jauh dari Keponakan suaminya itu ketika Edward dan Anton sibuk mengurus bagasi serta chek in. Sambil menunggu Edward, ia pun mengedarkan pandangannya
Setelah menerima semua photo dari Edward, Anton dengan cepat melarikan mobilnya. Namun ia bukan pergi menuju mansion Tuan Gail tua, melainkan pergi ke mansion Ernest. Untungnya, ketika ia tiba, Ernest masih berada di mansionnya. Penampilan Bos besarnya itu tampak sangat berantakan, tidak terlihat seperti Ernest yang selama ini ia kenal. Semula, ia merasa ragu untuk menyerahkan semua photo yang ia bawa kepada Ernest. Namun, kedatangannya yang tak biasa telah terlanjur disadari oleh Bosnya itu. Hingga ia terpaksa mengajak sang Bos untuk berbicara empat mata. Dan Ernest membawanya ke dalam ruangan kantornya yang terdapat di lantai 2 mansion. Di dalam ruang kantor Ernest, dengan sangat hati-hati— Anton menyerahkan semua photo yang dibawanya pada Bosnya itu. Setelah memperingatkan Ernest terlebih dahulu kalau photo-photo itu telah dilihat oleh istri Bosnya ini. Dan sesuai dugaannya, Ernest langsung marah besar ketika Bosnya itu melihat semua photo yang telah ia serahkan. "Jadi... Rosi
Pukul 7 malam di mansion Ernest. Di depan pintu mansion, Anne menyambut Ernest yang baru datang sambil menundukkan kepalanya."Tuan Ernest, Asisten Anton." Sapanya pada Majikannya dan juga Anton yang mengikuti sang Majikan. "Apakah Tuan ingin makan malam dipersiapkan sekarang, Tuan Ernest?" lontarnya, ketika Ernest mengacuhkan dirinya. "Aku tidak akan makan, Ann." Sahut Ernest. "Tapi Tuan belum makan sejak pagi, dan jika Tuan tidak makan sekarang— Apakah Tuan yakin Tuan mampu menghadapi Nona Isabelle?" celetuk Anne tak mau kalah, tetap bersikeras untuk meminta Ernest agar mau mengisi perutnya. "Ckk!!" decak Ernest sebal, sambil membalikkan tubuhnya ke arah Anne. "Sebenarnya apa mau mu, Ann?" dengusnya gusar. "Tidak banyak, Tuan." Jawab Anne, "Aku, hanya ingin Tuan makan! Karena sejak kemarin semua pelayan di mansion ini juga telah kehilangan selera makannya karena Nyonya juga tidak bersedia makan. Dan sekarang Tuan..." Ia lalu menjeda kalimatnya, namun dekik kemarahan tampak di ba
"Kamu akan pergi? Bukankah kamu baru saja pulang?" Rose memperhatikan Oliver yang tengah mengenakan kemeja ke tubuhnya. Kemarin malam, ia tahu kalau Rosalia mengalami masalah hingga Adiknya itu hampir kehilangan anak yang ada di dalam kandungannya. Dan Oliver, suaminya ini dari Gail Group langsung ke rumah sakit tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu. Oliver bahkan baru pulang setelah larut malam. Awalnya, ia sempat merasa sangat cemburu, ia pikir Oliver menemui seorang wanita di luar sana hingga Suaminya ini terlambat pulang. Namun Oliver berkata jujur padanya. Dan tanpa perlu ia minta— Melihat ia sedang merajuk, Oliver segera menjelaskan padanya bahwa Suaminya ini pulang terlambat demi melihat keadaan Adiknya yang telah bertengkar dengan Ernest Gail. Lebih tepatnya dengan mantan dari suami Adiknya itu. Rose tahu bagaimana rasanya berada di posisi Rosalia, karena ia pun merasakan hal yang sama terhadap Adiknya itu yang mendapatkan perhatian lebih dari suaminya ketimbang dirinya