Home / Pernikahan / Salah Pilih Istri / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Salah Pilih Istri: Chapter 81 - Chapter 90

116 Chapters

Bab 81

"Kenapa lama banget, sih? Aku nunggu udah jamuran tau. Lagi pula aku nggak bisa lama anakku cuma sebentar aku titipkan sama mertua." Arman baru memasuki kamar hotel menghela napas, mendengar Laila mengomel.Terlihat wajahnya masam dengan tangan terlipat di dada."Maaf, Sayang." Hanya itu yang bisa Arman ucapkan, tidak mungkin memberitahu jika dia terlambat karena ponselnya tertinggal dan juga habis menghabiskan waktu bersama istrinya."Huff, di telepon juga kamu diam aja. Dateng-dateng cuma minta maaf." Laila masih belum puas mengungkapkan kekesalannya.Arman mengerutkan alis. Laila menelepon, kapan? Dia tidak merasa ponselnya berdering sejak tadi. Apa jangan-jangan istrinya? Namun, segara di tepis pikiran itu. Tidak mungkin. Melihat Laila masih merajuk, cepat dia memeluk untuk meredahkan amarah kekasihnya itu. Meski pelukkannya di tepis berulang kali, tetapi Arman tidak menyerah begitu saja, dia terus merayu sampai pada akhirnya Laila diam saat kedua tangan lelaki itu melingkar di p
Read more

Bab 82

"Tara ...." Bu Hambar memutar tubuhnya. Sepertinya kejutan yang dia berikan cukup membuat Laila terkejut, terbukti saat ini mulut putrinya menganga.Atau terpesona dengan penampilannya yang berubah bergaya sosialita. "Kamu terkejut 'kan? Iya dong," ujar Bu Hambar diiringi tawa."Mak, ngapain di sini?" tanya Laila, masih belum percaya jika ibunya sekarang berada di sini, di rumahnya. "Terus ini baju apa lagi?"Pakaian hitam putih garis-garis, melekat di tubuh Bu Hambar. Sebenarnya tidak ada yang salah, hanya saja wanita itu mengenakan warna senada dari ujung kaki hingga ujung kepala yang tidak tertutup kerudung. Sepatu juga menggunakan warna senada sampai bando pun sama. Tidak ketinggalan emas palsu untuk melengkapi penampilannya itu. Laila tepuk jidat melihatnya. Ibunya sudah seperti zebra cross berjalan."Rindulah sama anak Mama, kamu nggak pernah pulang, sih. Baju ini tren orang kaya. Di kampung ibumu ini paling cantik dan modis." Dengan percaya diri Bu Hambar melangkah memasuki
Read more

Bab 83

Laila belum percaya mendapat hadiah di saat dia butuh uang untuk menambah modal usahanya. "Ini buat aku?" tanya Laila memastikan langsung diangguki oleh Hendra.Perlahan Laila membuka kotak itu, cincin bergaya klasik bertengger cantik. Apalagi di tambah pantulan dari cahaya lampu membuat cincin terbuat dari emas putih itu semakin berkilau. Hati wanita mana yang tidak senang mendapat hadiah semewah ini dan bisa dijual lagi kala butuh uang. Seperti Laila ini, dia berencana akan menjualnya.Biasanya hadiah yang Hendra berikan cukup sederhana dan tentu saja Laila tidak menginginkannya. Namun, kali ini berbeda sekali sampai Laila tidak mampu berkata-kata. "Ah, makasih Mas, kayak gini dong hadiah yang sesungguhnya. Bukan cuma tanaman terus bunga atau perabotan. Ini lebih aku suka dan tentunya lebih bermanfaat." Pandangan fokus pada cincin yang melingkar di jarinya. Tanpa menyadari perubahan wajah sang suami. Karena tidak ada tanggapan dia pun melihat suaminya.Wajah Hendra tampak murung,
Read more

Bab 84

ByurrAir comberan berwarna coklat kehitaman mendarat sempurna di tubuh Laila. Untung Hendra sempat menghindar, jadi lelaki itu hanya terkena sedikit saja. Namun, tiba-tiba perutnya mual mencium bau tak sedap dari air itu. Bergegas ke belakang untuk menumpahkan isi perutnya. Dari pada di sini semakin jorok. Laila masih diam terpaku mendapati dirinya basah dan bau busuk menguar sampai ke indara penciuman. Kemudian dia menatap nyalang sembari mengusap wajahnya."Rasakan wanita g***l."Byur Sekali lagi tubuh rampingnya di siram air yang baunya entah bagaimana. Sulit dijelaskan. Seketika emosi dalam dirinya mencuat. Dia meraih ember dari tangan Puja, lalu melemparkan ke tubuh wanita tambun itu. Bugh!"Rasakan, perempuan gila! Apa-apaan datang-datang marah nggak jelas ini?" Suara Laila terdengar lantang."Apa-apaan?" Puja tersenyum miring. "Apa yang kau buat sama suamiku?" tanya Puja seraya melemparkan foto kebersamaan Laila dan Arman.Karena penasaran Laila mengambil satu foto yang b
Read more

Bab 85

Bagai bertemu buah simalakama dimakan mati bapak, tidak dimakan mati ibu. Begitulah keadaan yang Laila rasakan saat ini, serba salah. Mengakui kesalahan akan berimbas pada rumah tangganya. Jika tidak mengakui, tetapi Puja dengan gencar memberikan bukti foto sehingga semua orang menganggapnya bersalah. Mau minta tolong pada siapa?Apalagi kini tatapan orang-orang semua mengarah padanya dengan tatapan sinis. Seperti seorang yang tengah di adili.Namun, meski begitu Laila berusaha tenang agar tidak menimbulkan curiga. Pelan-pelan dia menghembuskan napas untuk menenangkan diri."Jadi bagaimana ini, Mbak Laila?" tanya Pak RT meminta pendapat Laila karena sedari tadi wanita itu hanya diam.Sebelum menjawab Laila melihat sang suami dari ekor matanya yang tengah duduk bersisian dengan dirinya. Rahangnya mengetat serta pandangan lurus melihat foto di atas meja."Hm, bisa aja foto itu di edit, Pak. Zaman sekarang semua udah canggih bisa aja itu di edit. Betul nggak?" ujar Laila setenang mungkin
Read more

Bab 86

POV HendraSeperti luka lama yang kembali diulik yang sakitnya masih terasa hingga sekarang. Penghianatan yang Laila lakukan dulu aku rasa sudah cukup membuat diri ini terluka. Tetapi, saat ini kembali dihadapkan dengan masalah yang sama. Meski, belum tahu seperti apa kebenarannya. Entah Laila yang benar atau perempuan yang tengah duduk gelisah di samping Pak RT yang benar? Aku tidak tau.Andai saja semua yang Puja katakan benar adanya. Entah bagaimana aku harus bersikap? Haruskan memilih jalan perceraian atau bertahan? Memikirkan itu membuat kepala ini semakin pening belum juga ada kejelasan hingga sekarang.Sudah satu jam menunggu kedatangan suaminya Puja yang akan membuktikan jika Laila dan suaminya ada main di belakangku, tetapi sudah lelah rasanya menunggu orang yang di tunggu tak datang juga. Ibu juga sedari tadi tidak henti-hentinya menangis di sampingku. Mungkin syok karena tidak pernah keluarga mendapati masalah seperti ini, di kerumuni orang banyak. Malu, takut, menjadi satu
Read more

Bab 87

"Ya, ini chat mereka ada," ucapku dengan suara lirih dan kepala tertunduk.Seketika Puja menarik ponsel di tangan dan langsung mencocokkan dengan ponsel suaminya. Dia menutup mulut, mungkin tidak menyangkan, sebab chat itu sangat-sangat mesrah. Apalagi di sana mereka membahas usaha bersama. Sudah sejauh itu hubungan keduanya, entahlah kenapa selama ini tidak menyadari."Jahat kamu, Mas. Penipu!" makinya pada sang suami.Ruangan menjadi riuh, mengetahui kebenarannya. Warga yang kesal tidak segan-segan menoyor kepala lelaki yang duduk diam itu.Beberapa warga juga mengambil kursi sofa, lalu melemparkan pada istriku. Aku mencegah? Tidak, mereka mewakili apa yang ingin kulakukan, tetapi tidak kuasa kulakukan karena dia wanita yang sangat aku cintai dan masih istriku. Meskipun menorekan luka teramat dalam, aku sangat sayang padanya. Sedari dulu duniaku hanya ada dua wanita yaitu Ibu dan Mbak Santi. Ibu sempat khawatir aku punya kelainan karena tidak pernah membawa wanita ke rumah, sebena
Read more

Bab 88

Pak RT dan warga pulang, meski tatapan warga tadi terlihat kecewa karena belum tahu akhir dari drama siang ini. Biarlah, lagipula aku tidak ingin rumah tanggaku menjadi konsumsi publik. Sudah cukup malu beberapa warga menceritakan keburukan wanita yang masih menjadi istriku. Dan, keadaan Ibu jauh lebih penting sekarang. Juga aku harus menyiapkan mental untuk nanti malam, sudah bisa di pastikan jika akan banyak menguras tenaga.Sekarang aku berdiam diri di kamar guna menemani Ibu yang masih lemas. Ada juga Laila duduk di ujung ranjang dekat kaki Ibu. Tangannya masih setia memijat bagian kaki dengan kepala tertunduk. Mungkin itu bentuk permintaan maafnya setelah apa yang dia lakukan, tetapi rasanya tidak semudah itu memberi maaf.Tidak ada obrolan di antara kami, hanya deru napas masing-masing dari kami yang terdengar.Sedangkan mertuaku sedari tadi sibuk mengurus Ahmad. Anak itu tumben sekali tidak rewel, padahal biasanya jika aku di rumah selalu saja menempel seperti perangko. Mungkin
Read more

Bab 89

"Mi, aku nggak mau kita pisah. Aku nggak mau! Aku janji nggak bakal buat kayak gini lagi. Aku janji!" Arman mengangkat tangan, lalu membentuk jari dengan huruf V sembari terus memohon di hadapan Puja.Lantas Laila yang berada di sampingku terlihat membuang muka. Apakah istriku cemburu? Jika iya, tentu rasa yang selama ini dia berikan padaku hanya kepalsuan."Dulu kamu juga gitu. Tapi, nyatanya sekarang apa? Udah kalau kamu mau nikah sama selingkuhan kamu, aku persilahkan." Puja beranjak, lalu berpamitan pada kami semua lantas meninggalkan rumah, meski Arman sudah mencegahnya.Haruskah aku melakukan hal yang sama seperti yang Puja lakukan? Entahlah aku masih dilema antara berpisah atau bertahan."Arman jangan pergi! Ini belum selesai," ucap Pak RT menghentikan langkah Arman yang ingin mengejar istrinya."Tapi, saya udah nggak ada urusan lagi.""Duduk kamu!" Suara Paman Ardi meninggi hingga membuat kami semua terjingkat. Terpaksa Arman duduk kembali, sepertinya dia takut dengan wajah
Read more

Bab 90

POV AuthorMenepi dan menyendiri kini Hendra lakukan untuk menyembuhkan luka lama yang sepertinya sengaja disiram air garam, kembali mengangah dan perih hingga kerelung hati. Di balkon dia habiskan malam sembari menyesap teh yang baru saja dibuat. Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu."B*****h awas kau!" Bugh!Bugh!Arman dan Ardi terlibat perkelahian. Arman tidak terima di permalukan di depan umum. Apalagi ada Laila hingga dia nekat melawan, melayangkan tinju ke perut Ardi. Tidak tinggal diam Ardi pun membalas. Hendra yang melerai sempat terkena satu pukulan yang membuat pipinya lebam."Arman udah! Aku udah milih suamiku, baik kamu pergi dari sini," usir Laila dengan tangan menunjuk pintu utama."Oke, kalau itu maumu. Katanya kamu sayang, tapi masih milih dia juga. Cuihhh! Munafik." Arman melenggang meninggalkan kediaman Hendra dengan perasaan marah. Kedua wanita yang menjadi miliknya tidak bisa dimiliki. Sepeninggal Arman, Laila duduk bersimpuh meminta maaf atas segala
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status