Home / Pernikahan / Salah Pilih Istri / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Salah Pilih Istri: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Bab 91

"Apa lagi ini?" tanya Hendra dengan sorot mata tajam.Niat ingin menenangkan diri di kamar terusik karena gedoran pintu. Dia masih bersyukur meski ribut tidak karuan Ahmad masih pulas dalam tidurnya. Suara benda saling beradu kembali terdengar."Ada apa ini, La?" Hendra mengulang pertanyaan karena tidak kunjung mendapat jawaban."Nggak tau, Mas. Ada orang-orang dateng banting-banting kursi depan. Aku nggak berani buka pintu." Tubuh wanita itu bergetar karena takut."Awas, biar aku yang keluar.""Itu pasti suruhannya Arman. Kita harus lapor polisi." Laila menahan lengan Hendra."Woi! LAILA KELUAR KAU!"Suara itu seketika membuat Laila semakin mengeratkan tangannya serta merapatkan tubuh. Jelas dia takut, tetapi kini lebih penting mencari perhatian agar Hendra simpati. Ibarat menyelam sambil minum air itu yang Laila lakukan."Lepas! Biar aku keluar," ujar Hendra sembari melepas tangan Laila sekali sentakan."Mas ...." Laila merengek, tetapi Hendra tidak perduli. Dia membuka pintu langs
Read more

Bab 92

Shok! Itu yang pertama kali Laila rasakan saat melihat rincian hutangnya tidak sedikitpun terbayarkan. Apalagi melihat nominal hutangnya mencapai angka 14 juta dengan bunga sangat besar. Memang dia sepakat dengan bunga cukup tinggi waktu itu, tetapi tidak menyangka jika secepat itu bertambah. Sungguh kini dia menyesal.Laila menggeram kesal mengutuk Arman yang sudah berani menipu dirinya. Dia berjanji dalam hati nanti akan minta kejelasan dan uangnya harus kembali."Ini uang apa lagi sampai 3 juta?" tanya Laila dengan kedua alis mengerut seraya menelisik tulisan dalam kertas."Itu denda karena lambat membayar."Seketika mata wanita itu hampir keluar dari tempatnya. Baru dua bulan, tetapi uang denda sudah sebanyak itu. Benar-benar rentenir. Dia menggelengkan kepala tidak terima."Yang betul aja, pakai bunga segala. Aku nggak pernah tau ini! Jangan-jangan kalian mau nipu, ya?""Hei! Jaga mulutmu!" Bentakan beriiringan dengan suara meja digebrak. Brak!Seketika hanyali Laila menciut, me
Read more

Bab 93

Kabar perselingkuhan Laila berhembus secepat angin membuat gempar seluruh komplek. Tidak tua dan muda semua membicarakan wanita itu. Kebetulan hari ini akhir pekan hampir seluruh penghuni komplek berada di rumah hingga mereka sengaja menunggu tukang sayur untuk mencari berita terbaru."Eh, kalian udah tau belum kalau istrinya Mas Hendra yang punya rumah ini selingkuh?" Wanita itu berbicara sembari menunjuk rumah yang berada di depannya."Lambat, Tin. Udah lama kami tau. Apalagi ada Nur, paling cepet kalau soal beginian. Ya nggak Nur?" Teman Nur itu menyenggol wanita bergaya solialita itu."Iya dong. Kabarnya kalian tau nggak ....?" Kompak para ibu-ibu itu menggeleng seraya mendekat.Tentu saja tidak ingin ketinggalan berita terbaru. Mereka memasang telinga baik-baik agar berita yang ditangkap tidak salah dan bisa di jadikan bahan gosip di tempat lain."Kabarnya Mas Hendra mau nerima lagi. Terus selingkuhannya itu miskin, apa coba yang di cari? Memang perempuan g**** dia itu," ucap Nur
Read more

Bab 94

Uang tidak di dapat malah lelah yang mendera. Laila menjatuhkan bobot tubuhnya ke sofa. Di sampingnya Ahmad mulai merengek minta susu."Diamlah!" Laila tidak punya suara lagi untuk berteriak, jadi hanya berujar pelan, tetapi penuh penekanan."Bu ... susu." Ahmad mengangkat kotak susunya."Buat sendiri 'kan udah besar.""Bu ...."Malas mendengar rengekan, Laila pun terpaksa beranjak membuat susu, lalu memberikan dengan kasar."Minum tuh, nanti minta sama Ayahmu. Nyusahkan aja!" hardiknya sembari memungut kantong belanja.Dia mengambil susu di atas meja dengan senyum menghiasi bibir. Biarpun Laila bersikap begitu, tetapi bagi anak tiga tahun yang tidak tahu apa-apa bukan masalah. Hanya sebentar rasa takut, nanti hilang dan kembali mendekati ibunya. Laila melihat jam di dinding sudah hampir mendekati makan siang. Mau tidak mau dia harus memasak untuk menyambut suaminya. Jika tidak, pasti akan curiga.Satu jam berkutat dengan peralatan dapur akhirnya ikan goreng, tumis kangkung siap di m
Read more

Bab 95

"Mas, udahan dong marahnya. Aku 'kan udah minta maaf."Kini Laila masih berusaha membujuk Hendra agar kembali seperti dulu.Hendra yang sedang menidurkan Ahmad di kamarnya pun beranjak."Aku udah maafkan kamu, La.""Tapi, sikap Mas masih belum sama. Aku bener-bener khilaf Mas."Terdengar helaan napas dari mulut Hendra, lalu melipat tangan di dada masih setia mendengar ocehan Laila. Seolah benar-benar marah, padahal dia tengah menatap wajah ayu milik istrinya. Hidung mancung, bibir mungil dan tipis serta yang paling membuat aura kecantikannya semakin terlihat rambut hitam lurus sangat indah. Sungguh dia sangat mengagumi kecantikan istrinya. Namun, sayang semua Laila gunakan untuk hal yang tidak baik. Andai Laila setia dia akan merasa beruntung sekali mendapatkan istri seperti Laila."Untuk masalah cincin itu, aku juga minta maaf. Aku terhasut sama Arman." Laila yang tadi menunduk sembari memilin ujung bajunya, kini mendongak menatap wajah sang suami. Dia tahu jika Hendra masih marah ka
Read more

Bab 96

Pov HendraTidak terasa waktu berlalu cepat sudah berbulan-bulan sejak kejadian di mana Laila ketahuan mendua. Banyak perubahan yang terjadi setelah dua kali dikhianati. Ya, aku jadi sering memantau keberadaan Laila dari cctv yang kupasang di rumah. Tak hanya itu, ponselnya pun selalu kucek hampir setiap hari, jika ada waktu luang. Bukan apa-apa hanya saja ingin Laila benar-benar berubah dan menjalani pernikahan ini hingga raga memisahkan kami. Jika Allah mengizinkan.Sejak hari itu pula aku tidak pernah mendapati kesalahan yang Laila lakukan. Semua berjalan baik-baik saja.Kedua orang tuaku pun tidak pernah menghakimi Laila. Mereka tetap sayang pada menantunya. Seperti hari ini kedua orang tuaku datang berkunjung dan sedang bermain bersama Ahmad. Sedangkan Laila masih takut-takut untuk bertemu karena ini memang pertemuan pertama."Ayolah, Bapak sama Ibuk nggak akan marah," bujukku agar Laila mau turun ke bawah."Tapi, mereka nggak akan marah kan?" Cepat aku menggeleng.Akhirnya Lail
Read more

Bab 97

"Tumben pagi-pagi udah di sini?"Saka baru datang langsung duduk di sofa. Setelah mengantar Laila tadi aku memang memutuskan ke bengkel. Malas sekali kembali ke rumah, pasti terasa sunyi."Alah mau pagi atau siang sama aja. Aku mau periksa pembukuan.""Mana mungkin sama aja, lu kan sekarang tambah bucin tuh sama si Laila canggung. Nggak mungkin dong, pagi-pagi udah di sini kalau nggak ada apa-apa."Bugh!Bantal sofa melayang. Untung cepat Saka menghindar kalau tidak bisa kupastikan mengenai wajahnya. Enak sekali menyematkan panggilan sesuka hati pada istriku."Hayo ngapa lu datang cepat?" Sebelum mendapat jawaban yang memuaskan Saka terus bertanya, tetapi aku enggan menjawab karena jika dia tahu pasti akan diejek habis-habisan."Nggak asik ah, lu nggak mau cerita." Dia beranjak ingin keluar ruangan ini. Jurus andalan, merajuk. Seperti perempuan saja."Laila pulang ke rumah ibunya," kataku dengan ekspresi malas.Dia berbalik."Hah? Serius? Kenapa, kalian udah pisah? Apa gue bilang dia
Read more

Bab 98

"Kamu harus mau, La!" "Nggak, aku mau berubah Arman!pergilah jangan ganggu hidupku lagi, kita udah selesai!"Lelaki yang memeliki wajah tampan itu menyeringai, lalu menyalakan video dan memperlihatkan pada wanita di hadapannya. Pasar yang sangat ramai tidak menyurutkan niatnya untuk memperdaya Laila.Seketika kedua tangan Laila menutup mulut serta mata seakan keluar dari tempatnya karena terlalu terkejut mendapati video dirinya dan Arman yang sedang melakukan hubungan suami istri. "Sini HP-nya." Laila berusaha menggapai benda pipih yang berada di tangan Arman, tetapi cepat lelaki itu menjauhkan tangannya."Mau atau nggak? Kalau nggak mau aku pastikan video ini tersebar. Pilihan di tanganmu!" ujar Arman dengan senyum jahat menghiasi bibirnya.Laila frustasi tidak mungkin menuruti keinginan Arman untuk kembali menjalin hubungan terlarang. Pasalnya dia sudah berjanji akan berubah. Namun, kini dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Jika tidak mau maka bisa di pastikan namanya akan semaki
Read more

Bab 99

Pov HendraSudah lebih tiga hari Laila tak kunjung pulang. Katanya bertambah jadi seminggu karena masih rindu dengan suasana desa dan ibunya. Sebenarnya sungguh aku rindu bukan padanya saja, tetapi pada anak semata wayang kami. Namun, apa mau dikata, Laila memohon terakhir kali mengirim pesan, tentu aku tidak tega dan memberi izin.Hanya sesekali saja bertukar pesan. Tiap kali kutelepon selalu tidak bisa. Alasannya karena di rumah ibu mertua susah sinyal. Aku menatap layar ponsel. Sudah sedari tadi mencoba menelepon Laila, tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Tidak tahukan dia jika aku sangat merindu?[Mas, susah sinyalnya mau angkat telepon kamu. Ini aja kirim pesan harus ke bukit dulu.]Membaca pesan itu aku menghela napas. Padahal sudah tiga tahun lebih berlalu sejak aku bertandang ke sana, tetapi desa ibu mertua selalu sulit sinyal. Entahlah kenapa bisa begitu, tidak ada kemajuan sama sekali.[Nggak bisa sebentar aja, Sayang. Mas rindu.] Balasku cepat.[Nggak bisa, Mas. Oya, aku b
Read more

Bab 100

"Mau ke mana, Ndra?" tanya Saka saat kami berpapasan. Aku baru saja keluar dari kamar.Kubuang muka, lalu menutup pintu dan membawa tas. Masih cukup kesal perihal tadi malam. Aku berencana akan pulang lalu menjemput Laila karena setelah meminta uang nomornya tidak lagi bisa dihubungi. Susah sekali hanya ingin tahu kabarnya. "Lu mau ke mana?"Masih saja dia mengikuti. Aku mendengkus dan mengabaikan pertanyaannya dan semakin mempercepat langkah keluar rumah. Benar-benar malas bicara, entahlah ucapan tadi malam sedikit menyinggung.Tidak perlu lagi berpamitan, tadi malam sebelum tidur aku sudah mengatakan pada Ibu akan pergi pagi-pagi sekali. Ibu maupun Bapak tidak terlihat, mungkin sedang berada di musallah. Sebab, hari memang masih gelap, subuh belum lama berlalu.Kubuka pintu mobil dan segera masuk. Namun, baru saja akan menyalakan mobil, Saka sudah duduk di kursi penumpang.Menghela napas melihat kelakuan sahabatku itu, tidak tahukah aku sedang kesal dengannya?"Mau ke mana? Aku mau
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status