Semua Bab Salah Pilih Istri: Bab 61 - Bab 70

116 Bab

Bab 61

"Ya ....""Selamat pagi wanita cantik yang jauh di sana," ucap Arman bermaksud menggoda.Tentu saja Laila langsung terkikik geli. Pujian itu terasa lucu, tetapi saat mendengarnya terselip rasa bahagia. Seketika mood wanita itu kembali membaik, padahal sempat kesal karena ibu mertuanya."Selamat pagi. Aku nggak cantik loh, biasa aja." Laila merendah."Pertama ketemu aku udah terpesona, sungguh terpesona ...." Arman menirukan sebuah lagu yang sedang tren. Tawa Laila semakin jadi hingga matanya berair."Kalau aku di dekat kamu pasti bakal lebih terpesona lagi. Denger suara ketawanya aja udah bisa bayangin gimana cantiknya." Arman terus melancarkan serangan yaitu rayuan maut untuk membuat lawannya tersipu malu.Jelas saja, Laila menggigit bibir bawahnya karena terlalu bahagia. "Gombal banget kamu tuh."Sembari terus mengobrol Laila duduk di tepi ranjang, mengurungkan niatnya untuk bersiap. Sebentar lagi, Hendra pasti akan menunggu. Pikirnya.Tadi malam Laila terpaksa mengambil ponselnya d
Baca selengkapnya

Bab 62

"Mau kamu yang beli atau Hendra sama aja. Terima kasih, Nduk."Setelah mengatakan itu Bu Tari meninggalkan Laila untuk mengambil mangkuk. Sementara Laila mencibikkan bibir, tidak suka. Saat melewati ruang jahit Bu Tari melihat suaminya tampak serius bergelut dengan jarum dan benang."Pak, ada bubur dari Laila. Makan dulu yuk.""Laila udah datang, Buk?""Udah, itu di depan sama Ahmad."Senyum di bibir Pak Tono mengembang, lalu dengan semangat lelaki paruh baya itu menenteng gamis buatannya. Gamis berwarna krem berbahan katun premium. "Untuk siapa itu, Pak?"Untuk Laila. Kemarin ada kain berlebih jadi dari pada mubazir Bapak jahit untuk Laila satu, untuk Santi satu. Semoga Laila suka ya, Buk."Bu Tari mengangguk, lalu mengambil mangkuk dan menyusul sang suami yang sudah lebih dulu ke depan."Kok, modelnya jelek banget Pak. Aku nggak mau pakai itu, ah." Bu Tari mematung mendengar ucapan Laila. Hatinya sedih, Laila tidak bisa menghargai pemberian suaminya. Meski dari kain sisa penjuala
Baca selengkapnya

Bab 63

"Hai ...." Laila melambaikan tangan, sementara dia masih duduk di atas motor."Udah nunggu lama?"Laila menggeleng seraya tersenyum manis. Lelaki yang mengenakan kaos putih di padukan dengan celana jeans serta topi yang melekat di kepalanya sangat-sangat membuat Laila terpesona. Meski, cuma seorang supir. Namun, mampu menggetarkan hati. Ya, lelaki itu adalah Arman, lelaki yang baru saja di kenal, tetapi sudah sangat akrab. Rasa canggung pun tidak ada lagi. Hanya ada rasa saling mengagumi dalam hati. "Yuk kita pergi, jangan di sini.""Ke mana, Mas?" Laila mengernyit heran.Tanpa memberi jawaban, lelaki itu meminta Laila menggeser duduknya agar dia yang mengendarai motor. Bagai kerbau di cucuk hidungnya, Laila menurut tanpa banyak protes. Mereka bertemu di dekat pasar, tempat di mana pertama kali bertemu, sesuai janji keduanya. Kini, motor di kendarai dengan santai sembari menikmati suasana pagi menjelang siang. Namun, perhatian Laila teralihkan saat motor yang Arman kendarai menuju p
Baca selengkapnya

Bab 64

Wanita itu jalan mengendap-endap menuju depan rumah kontrakan. Langkah demi langkah dengan sangat hati-hati melewati selokan yang airnya telah menghitam. Beberapa kali dirinya hampir berteriak karena banyak binatang menggelikan lewat di bawah kakinya."Iss, Mas Arman mau banget deh, tinggal di tempat ini."Laila menggerutu seraya memperhatikan langkahnya. Dirinya jadi berpikir dua kali ingin menjalin kasih dengan lelaki itu. Baru saja hendak melangkah ke depan samar-samar dia mendengar seseorang bicara. Tidak salah lagi, suaranya berasal dari dalam rumah Arman. Lekas Laila menempelkan telinga di dinding yang terbuat dari papan."Nggak ada apa-apa di rumah kita, Sayang. Aku pulang cuma mau istirahat dari pasar capek banget.""Kalau nggak ada apa-apa kenapa di kunci pintunya?""Mas takut ada maling, istriku ...."Deg!Jantung Laila bagai di hujam batu besar mendengar kalimat terakhir dari Arman. Istri? Ternyata Arman telah memiliki istri. Laila geram merasa di bohongi, tetapi wanita i
Baca selengkapnya

Bab 65

Lelaki yang usianya lebih tiga puluh tahun itu merebahkan kepala di atas pangkuan sang ibu. Ingatan Hendra kembali pada saat kasus perselingkuhan Laila terbongkar."Setiap rumah tangga pasti ada masalahnya masing-masing 'kan, Buk?" Bu Tari mengangguk. "Kamu benar, Le.""Nah, begitu juga kami, ada aja masalahnya, tapi masih bisa di selesaikan. Laila udah jadi istri yang terbaik untuk Hendra juga ibu yang baik untuk Ahmad. Doakan keluarga Hendra baik-baik aja ya, Buk. Hendra mampu membimbing mereka menuju surga Allah. Biar bisa kayak Ibuk sama Bapak hidup sama-sama sampai tua," ungkap Hendra. Harapan lelaki itu hanya satu bisa bersama sang istri sampai ajal menjemput."Doa Ibuk nggak pernah putus untuk kamu, Mbak-mu. Untuk kita semua." Tangan itu tidak berhenti mengusap kepala Hendra.Hati Bu Tari mengucap syukur berkali-kali mendengar pengakuan putranya. Jadi, bisa di simpulkan jika sikap ketus Laila selama ini hanya pada dirinya serta suami. Bu Tari tidak mempermasalahkan itu asalka
Baca selengkapnya

Babb 66

Hendra menghentikan laju mobil karena sudah sampai. Dilihat istrinya tertidur lelap, begitu juga anak laki-laki yang berada di jok belakang sudah tertidur memeluk robot pemberian kakaknya.Diam-diam Hendra memandang wajah ayu Laila sembari tersenyum. Tidak tega rasanya ingin membangunkan teringat tadi Laila mengatakan jika membantu ibunya memasak.Lantas Hendra turun, lalu membuka pintu mobil dan mengangkat tubuh langsing Laila memindahkannya ke kamar mereka. Setelah itu barulah kini gilaran Ahmad yang Hendra pindahkan.Peluh membasahi tubuhnya karena naik turun tangga. Setelah mengganti pakaian sendiri juga anak dan istrinya, Hendra merebahkan tubuh di samping Laila. Tidak tunggu lama dengkuran harus terdengar menandakan si empu telah tertidur pulas.Laila mengintip dari ekor matanya, dirasa semua aman dia membuka mata. Ya, sedari tadi wanita itu pura-pura tidur, takut jika mendapat pertanyaan dari suaminya. "Huuu .... Akhirnya kamu tidur, Mas," ucap Laila dengan senyum mengembang.
Baca selengkapnya

Bab 67

Sudah lebih dari setengah jam Hendra duduk gelisah di ruang tamu, menunggu Laila pulang, tetapi nampaknya tidak ada tanda-tanda wanita itu akan datang.Hendra menghela napas kasar seraya menyugar rambut. Dirinya sedikit kesal karena entah sudah panggilan ke berapa, tetapi tak juga Laila menjawab teleponnya."Ke mana kamu, La?" Akhirnya terpaksa Hendra meninggalkan rumah untuk kembali bertemu Saka. Nanti akan Hendra tanyakan ke mana perginya sang istri setelah bertemu."Lama amat, di tungguin dari tadi juga." Saka menggerutu kesal, Hendra terlambat datang. "Maaf, maaf. Jadi gimana alat-alat bengkel apa lagi yang harus di beli?""Nggak banyak sih, cuma ya kalau di lengkapi kayak bengkel yang di sini, ya lumayan duitnya."Mereka larut dalam perbincangan untuk pengembangan bengkel cabang yang saat ini Saka kelola. Hendra berencana akan melengkapi bengkel agar bengkelnya semakin dimintai oleh banyak orang.Salah satu setrategi yang Hendra gunakan untuk menarik minat konsumen, selain tenag
Baca selengkapnya

Bab 68

"Kamu dari mana, La? Tubuh Laila seakan terpaku mendengar suara bariton khas milik suaminya. Memang dia pulang terlambat. Namun, tidak menyangka lelaki itu mengunggu kedatangannya. Sekilas dilirik jam tangan, baru pukul lima. Biasanya Hendra akan pulang jam setengah enam atau kadang lebih lama lagi. Sepertinya tuhan tidak berpihak padanya. Laila memilin ujung kerudung, tidak tahu akan memberi alasan apa.Ya, Hendra pulang lebih awal karena rasa khawatir yang tak kunjung hilang, tetapi sesampainya di rumah, rumah masih dalam keadaan kosong. Lelaki itu kini duduk menyilangkan kaki di atas sofa. Meski kesal dan marah menguasai hati, tetapi dia masih bisa mengontrol emosi. Agar lebih tenang, dia menyandarkan punggung dan banyak-banyak menghirup oksigen."Kamu dari mana, Sayang?" Suara Hendra terdengar lembut. Namun, di telinga Laila terdengar sangat menakutkan.Wanita itu tahu betul jika saat ini suaminya tengah menahan amarah. Terlihat dari wajah suaminya yang memerah, juga beberapa k
Baca selengkapnya

Bab 69

Sudah satu jam yang lalu Hendra pergi bekerja kini tinggallah Laila bersama Ahmad di rumah.Wanita yang masih mengenakan daster sebagai baju kebesarannya itu memilih duduk menonton TV sembari makan cemilan yang di beli beberapa waktu lalu dari pada membersihkan rumah dan mengurus anak.Beginilah Laila jika sang suami bekerja dia akan bersantai ria, tidak perduli keadaan rumah bagai kapal pecah atau anak belum mandi, sungguh Laila tidak perduli. Laila hanya perduli dengan ponsel yang bisa menghubungkan dirinya dengan kekasih haramnya. Ya, hubungan mereka terus berlanjut, tanpa ada rasa takut akan dosa di hati keduanya. Mereka sangat-sangat menikmati kecurangan itu.Dering ponsel mengalihkan matanya dari televisi, lalu melihat dengan ekor mata siapa yang menelepon. Dia berdecak saat tahu siapa yang menelepon."Ahmad ...." panggil Laila dengan suara kuat."Iya, Bu ...." Ahmad berlari dari taman untuk memenuhi panggilan ibunya.Laila langsung menyodorkan ponsel. "Nenekmu."Dengan wajah
Baca selengkapnya

Bab 70

"Eh, Ibuk sama Bapak." Alih-alih menjawab pertanyaan suaminya, dia bangkit setelah menguasai diri, lalu menyalami kedua mertuanya dengan senyum menghiasi bibir. Tentu saja senyum itu, terpaksa dilakukan karena merasa tertangkap basah sedang bersantai. "Ayo Buk, Pak kita makan." Hendra membimbing kedua orang tuanya ke meja makan. Namun, Pak Tono menolak karena ingin makan lesehan katanya. Tentu saja Hendra segera menuruti kemauan orang tuanya. Sebab, jarang sekali orang tuanya mau datang. Apalagi sampai makan bersama."Sayang, tolong ambilkan karpet, ya. Nanti kita makan di sini aja."Meski terpaksa, Laila mengambil karpet di gudang."Datang-datang buat susah aja. Kenapa nggak aku tolak aja tadi." Sepanjang membawa karpet tidak henti-hentinya Laila mengomel.Karpet berukuran mini itu sudah terbentang, dengan sigap Bu Tari membuka rantang bawaannya."La, tolong ambilkan wadah," ujar Bu Tari.Cepat Laila mengambil mangkuk serta piring sesuai perintah mertuanya. Tetapi, tiba-tiba Hendra
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status