Home / Pernikahan / Salah Pilih Istri / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Salah Pilih Istri: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Bab 71

"Aku nggak mau kamu main-main di belakangku, ya ...." teriak wanita bertubuh tambun itu. Siapa lagi jika bukan istri Arman.Wanita itu meradang kala mendengar suaminya berbicara dengan nada mesrah. Dia yakin dan sangat yakin suaminya berbicara dengan seorang perempuan. Namun, sayangnya dia tidak bisa melihat siapa perempuan itu. Sebab, suaminya cepat menutup layar ponsel."Nggak, Sayang. Aku mana berani khianati kamu." Arman mencoba merayu sang istri. Diraihnya tangan wanita bernama Puja itu, tetapi cepat ditepis."Bohong! Aku denger sendiri itu suara perempuan!""Itu cuma video di toktok, Mami Sayang ...."Masih belum percaya juga, wanita itu meraih ponsel milik suaminya di atas meja. Tentu saja Arman panik. Secepat kilat dia mencegah."Untuk apa, Sayang?" tanya Arman diiringi senyum canggung. Kemudian sedikit paksa merebut kembali ponselnya."Sini aku mau lihat bener cuma video toktok, apa itu cuma alesan kamu. Sini HP-nya!" Melihat wajah istrinya merah padam Arman segera membuka
Read more

Bab 72

Selepas asar, Hendra dan Laila menjemput anak mereka di rumah Bu Tari. Tadinya Laila enggan ikut, tetapi karena Hendra memaksa, akhirnya wanita itu ikut. Jalanan cukup padat karena bertepatan jam pulang kerja. Sehingga Hendra mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sedangkan Laila sedari tadi diam karena masih kesal dengan suaminya yang memaksa untuk ikut. Padahal dia berencana akan menghubungi Arman untuk mengetahui kelanjutan dari usaha yang akan mereka bangun. Dia harus mencari kesempatan lain untuk bisa berkomunikasi dengan Arman, karena tidak mungkin sekarang ini. Bisa-bisa suaminya akan mengetahui segalanya."Oya, pas kamu pergi jalan-jalan sama Ahmad, Mas dapet notif pembayaran di kafe, jumlahnya banyak. Apa kamu makan di sana sampai sebanyak itu?" Hendra memulai obrolan.Sudah lama ingin menanyakan masalah ini, tetapi lupa. Baru hari ini ingat kembali.Laila yang tadi bersandar kini menegakkan tubuhnya. Pertanyaan Hendra yang tiba-tiba membuat sekujur tubuh panas dingin.
Read more

Bab 73

"Sayang kita jalan-jalan yuk, selagi Mas nggak ada kerjaan. Tadi Mas udah bilang sama Ahmad, dia setuju," ajak Hendra setelah selesai mandi.Lelaki itu sibuk menggosok-gosok rambut menggunakan handuk. Tingkat ketampanannya semakin terlihat, tetapi sayangnya Laila kurang bersyukur memiliki suami seperti Hendra. Entah apa lagi yang kurang. Penyabar, penyayang dan juga wajah tampan semua Hendra miliki. Perut kotak-kotak Hendra juga punya. Namun, semua itu tidak membuat Laila menjadi istri setia."Kamu aja deh, Mas sama Ahmad, badan aku sakit semua habis beres-beres tadi," ujar Laila yang duduk di atas kasur sembari memijat tangannya.Lekas Hendra menaruh handuknya, lalu mendekat. Tanpa di minta lelaki itu memijat pundak istrinya."Di sini yang sakit?" Laila mengangguk.Kali ini bukan kebohongan yang Laila katakan. Memang benar tubuhnya sakit terutama bagian pundak hingga tangan. Sebab, terlalu buru-buru saat mencari surat tadi, tanpa sengaja lengannya berulang kali terbentur sisi lemari
Read more

Bab 74

"Jadi kurangnya gimana, Mas?" Laila sedikit menguatkan suaranya karena saat ini mereka sedang mengendarai motor.Pada akhirnya mereka menerima tawaran Abang Bear dengan bunga yang cukup tinggi. Begitulah namanya juga rentenir, sudah pasti mencari keuntungan untuk menambah pundi-pundi kekayaan.Saat ini uang sepuluh juta sudah berada di tangan, tetapi masih kurang. Laila bingung mau mencari ke mana lagi. Sedangkan Arman tersenyum senang sudah mendapatkan uang itu. Meski kurang setengahnya."Entahlah, Mas pun pusing. Apa kamu nggak punya tabungan?" "Mana ada. Nggak mungkin 'kan aku minta sama suamiku. Bunuh diri itu namanya. Kamu dong usaha cari pinjaman kek, katanya usaha ini untuk berdua, tapi kamu keelihatan santai-santai aja." ucap Laila, ketus.Dari nada bicaranya Arman tahu kekasihnya itu tengah marah."Jangan marah dong, Sayang .... Kamu 'kan tau sendiri kerjaan aku gimana, mau pinjem pun sama siapa? Nanti deh, kita cari solusinya."Laila hanya mendengkus, terlanjur kesal meliha
Read more

Bab 75

"Kami cuma berdua Mbak, lagian aku pergi udah dari pagi, sedangkan Mbak baru ke sini. Jauh loh, jaraknya. Nggak mungkin itu Laila."Santi semakin bingung mendengar penjelasan adiknya. Jelas-jelas dia melihat Laila di bonceng karena menggunakan motor dia mengira itu Hendra. Wanita itu menggelengkan kepala belum percaya."Mbak mungkin salah orang itu," ujar Hendra lagi. Merasa kakaknya salah dalam melihat orang. "Bisa jadi. Tapi ya, Ndra, tadi bajunya itu sama persis sama yang sering Laila pakai. Mukanya juga, dia sempat lihat Mbak, kok."Hendra geleng kepala melihat Santi kekeuh dengan pendapatnya. Istrinya di rumah sedang sakit, mana mungkin pergi keluar. Pikir Hendra.Lantas untuk membuktikan ucapannya, Hendra mencoba menghubungi Laila. Telepon tersambung, tetapi tidak juga di jawab. Hingga timbullah rasa curiga, dia menatap Santi."Nggak di angkat kan? Udah pasti Laila lagi di luar. Entah sama siapa dia pergi itu. Ah, istrimu itu ...." ucap Santi, terdengar emosi mengingat saat Lai
Read more

Bab 76

"Ahmad cepat sedikit, Bubu terlambat ini. Kamu itu pakai baju aja lama banget!" teriak Laila sembari berkacak pinggang. Sebab, Ahmad tak kunjung turun. Padahal dia sudah menunggu lama.Hari ini Laila harus segera pergi ke toko emas untuk menjual perhiasannya. Arman tadi menelepon dan mengatakan sudah berada di gudang sudah menyelesaikan bayaran. Sayur yang sudah di pesan akan segera datang, uang hasil penjualan perhiasan itulah yang diguanakan untuk membayar. "Ahmad!" Sekali lagi Laila berteriak memanggil Ahmad, tetapi tidak ada jawaban."Ck, mana anak ini!" Sementara itu, Ahmad yang kesusahan mengenakan bajunya pun sudah berlinang air mata, takut ibunya semakin murka karena dia tidak juga selesai.Anak itu menyerah, dia berjalan menuruni tangga hanya menggunakan celana, menghampiri ibunya."Bu, Amad nggak bisa pakai baju," ujar Ahmad dengan kepala tertunduk dalam, suaranya terdengar bergetar ketakutan."Begini aja nggak bisa! Kata ayahmu, kamu udah bisa semua sendiri. Tapi, ini apa
Read more

Bab 77

"Kamu baru pulang, La?"Seketika langkah Laila terhenti saat akan menapaki anak tangga, dia menoleh mendapati sang suami duduk di meja makan. Laila mengerutkan alis, sejak kapan pula suaminya duduk di sana? Dia tidak melihatnya tadi."Eh, kamu udah pulang, Mas?" Dia memang baru saja menginjakkan kaki di rumah setelah menyenangkan diri, tentu saja shoping. Menghabiskan uang hasil jual perhiasan. Di tangannya kini banyak paper bag dengan nama brend terkenal. Sungguh Laila sangat menikmati harinya karena jarang sekali dia bisa melakukan itu. Sebab, sang suami selalu melarang."Untuk apa beli baju dan tas kalau hanya untuk pajangan, La. Semua itu nantinya ada hisabnya." Nasehat yang Hendra katakan kala Laila pulang belanja dan barang-barang tidak di butuhkan memenuhi kamar mereka."Belanja itu sesuai kebutuhan kamu, Mas nggak akan larang, kok," tambah Hendra.Jika sudah begitu Laila hanya bisa diam, tetapi dalam hati menggerutu, kesal. "Kamu belanja?" Pertanyaan dari Hendra menarik Lail
Read more

Bab 78

"Hm, Mas cuma ingin kamu tuh, jangan abai sama Ahmad.""Iya aku salah, maafkan aku ya, Mas." Laila tertunduk, lalu air matanya kembali membasahi pipi.Dan, perlahan tangan Hendra merengkuh Laila dalam pelukkan. Amarah yang tadi sempat menguasai diri menguap begitu saja karena dia pikir Laila sudah benar-benar menyesali perbuatannya. Sebab, istrinya kembali meneteskan air mata. Tanpa lelaki itu sadari, Laila tersenyum sinis dalam pelukkan, merasa bangga bisa meluluhkan hati suaminya hanya dengan memasang wajah sedih dan permintaan maaf, yang sebenarnya tidak tulus dari hati.Setelah itu mereka memutuskan untuk tidur karena hari sudah semakin larut. Tepat dini hari Hendra bangun dan tidak mendapati Laila di ranjang. Lelaki itu mengernyitkan dahi. Ke mana istrinya?Kemudian dia beranjak menuju kamar mandi. Niatnya bangun untuk melakukan ibadah malam yaitu salat tahajut. Nanti setelah salat baru dia mencari istrinya. Begitu pikir Hendra."Eh, kamu bangun, Mas?" Laila yang baru memasuki ka
Read more

Bab 79

"Memang bener 'kan situ suka bawa laki-laki ke rumah," ucap wanita bergaya sosialita itu dengan tatapan sinis."Tau dari mana? Kalian itu udah tua harusnya diam di rumah banyak beribadah, bukan gosipin orang nggak jelas." Laila tersengut-sungut tidak terima. Walaupun semua benar adanya. Namun, tetap saja tidak terima menjadi bahan gosip.Dadanya naik turun menahan emosi, takut jika semua orang tahu semakin menyulitkan dirinya jika nanti bertemu Arman. Terutama jika kabar itu sampai ke telinga suaminya, tidak tahu kebohongan apa lagi yang akan dia katakan. Salahnya juga beberapa kali mengajak Arman ke rumah. Dia kira karena tinggal di kota serta komplek tempatnya tinggal jarang bertegur sapa tidak akan ada tempat gibah seperti di kampung. Nyatanya mau di mana pun tinggal tetap saja ada tetangga julid suka menggosip. Wanita itu jadi menyesal."Taulah, jangan kira kita nggak pernah tegur sapa terus kita di sini nggak tau kelakuan kamu," balas wanita itu tak kala emosi, melihat Laila seol
Read more

Bab 80

Hujan turun sangat deras malam ini, tetapi tidak mengganggu lelaki yang sedang duduk termenung dengan pandangan lurus ke depan. Air hujan yang mengenai kaki tidak di hiraukan. Pikiran melayang kala pertengkaran bersama sang istri tadi."Jelaslah aku nggak akan kayak gitu lagi, tapi kata-kata Mas yang tadi terkesan menyudutkan aku." Laila berbicara dengan suara keras. Sehingga Hendra mengernyitkan alis. Hanya karena dia melarang Laila bertengkar dan mengatakan jika tidak salah kenapa harus marah. Dia rasa tidak ada yang salah dari ucapannya."Kamu kenapa sih, La?""Alah kamu itu nggak percaya sama aku kan? Padahal kamu tau kalau aku udah berubah! Argggh, ingat aku udah berubah, Mas," pekik Laila, kesal karena Hendra seolah menuduh dirinya selingkuh.Semakin Hendra tenang, Laila semakin khawatir jika suaminya tahu sesuatu dan suatu saat akan membalas perbuatannya. Pikiran itu terus mendominasi hingga dia lepas kendali dan memecahkan gelas yang isinya sudah kosong.Prang!Pecahan gelas
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status