**Inara merindukan tempat ini, sungguh. Lima tahun ia tinggal di sana, memendam sakit dan luka, hanya berteman seorang wanita paruh baya yang sudah dianggapnya ibu sendiri. Kemudian dengan sangat tiba-tiba, ia harus meninggalkan tempat itu dengan cara yang sama sekali tidak terduga. Inara butuh waktu bermenit-menit untuk melepas rindu dengan cara memeluk erat Maulina.“Apakah kalian akan menginap lama?” Wanita itu bertanya kepada Inara, entah apakah kata ‘kalian’ ditujukan kepada Inara dan Aylin saja, ataukah termasuk kepada Gavin juga. Lina masih menganggap Gavin adalah orang jahat yang menculik Inara, omong-omong.“Kami datang untuk memberitahu anda, bahwa saya dan Inara akan menikah.” Gavin menjawab lugas, tanpa basa-basi. “Dan sepertinya kami nggak akan menginap. Saya memiliki sebuah villa di dekat sini.”Membuat Lina tersentak, seketika menjatuhkan pandang kepada Inara untuk meminta penjelasan. “Sebentar … menikah?”“Benar, Bu,” tutur perempuan muda itu dengan suara pelan sembar
Baca selengkapnya